Stasiun KA Purwokerto tempo Doeloe |
A. PENDAHULUAN
Perkembangan
ekologi kota menurut Abdurrachman Surjomihardjo (1979: 157) memiliki
manifestasi perubahan yang melatarbelakangi. Manifestasi tersebut yang cukup
dominan antara lain :
- Adanya
pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara cepat.
- Terjadinya
perubahan-perubahan fungsi pasar.
- Terdapat
jaringan komunikasi yang menyebar dari dan menuju kota.
- Terjadi
perubahan dalam sistem produksi
- Retaknya
gaya dan cara hidup lama (tradisional).
- kecenderungan
untuk membuat konsep baru bagi kehidupan kota yang tertib.
Makalah ini berbicara tentang
ekologi kota dengan batasan spasial wilayah Purwokerto, Kabupaten Banyumas,
Jawa-Tengah. Kota Purwokerto memiliki latar belakang perkembangan yang unik.
Kelahiran dan kebesaran Kota Purwokerto tidak dapat terlepas dari sejarah
terbentuknya kabupaten Banyumas. Sejarah dan perkembangan kota Purwokerto yang
pernah mengecap sebagai Kota Administratip patut di ketahui oleh warga Kab.
Banyumas, meskipun akhirnya kembali menjadi Kecamatan Kota.
Perkembangan
Kota Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten Banyumas yang juga ibukota eks
karesidenan Banyumas semakin bertambah pesat. Beberapa fasilitas umum ditambah
dan ditingkatkan. Di samping sebagai kota pedalaman, kota agraris, dan kota
transit, Purwokerto juga berfungsi sebagai wilayah penyangga (hinterland) dari kota Cilacap.
B. SEJARAH KOTA PURWOKERTO
Istilah
kota dalam sumber-sumber sejarah kuno telah dikenal dengan berbagai nama. Dalam
kitab Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi, ditemukan istilah kota
nagari atau negara yang artinya sama dengan kota (Suyatno K. dan Sutiyah. 2007:
31). Ini merupakan petunjuk adanya kota-kota di daerah pedalaman yang mempunyai
basis ekonomi pertanian. Sedangkan istilah Purwokerto berasal dari kata purwo yang
artinya wiwitan atau asal mula, dan kerto
yang artinya kemakmuran, jadi Purwokerto
artinya asal mula kemakmuran.
Pada
tanggal 21 – 23 Pebruari 1861 kota Banyumas sebagai ibukota Kabupaten Banyumas
dilanda banjir hebat (Blabur Banyumas)
karena meluapnya sungai Serayu. Bupati
Banyumas waktu itu adalah Raden Adipati Cokronegoro I yang menjabat sejak tahun
1831. Pada perkembangan selanjutnya, Kabupaten Purwokerto dihapus, digabungkan
dengan Kabupaten Banyumas beribukota di
Purwokerto yang juga menjadi ibukota Karesidenan Banyumas pada tahun 1936. Atas
prakarsa Adipati Aryo Sujiman Gondosubroto (Bupati Banyumas II), pendopo “Si
Panji” pada tanggal 5 Januari 1937
dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto ( Bambang S. Purwoko. 2004 : 2).
Undang-undang
tentang Pemerintah Daerah telah mengalami beberapa pergantian itu tidak banyak
mempengaruhi pembagian wilayah (kecamatan dan desa) dalam Kabupaten Banyumas.
Kota Purwokerto sebagai tempat kedudukan Pembantu Gubernur Jawa Tengah wilayah
Banyumas dan ibukota Kabupaten Banyumas terus mengalami pertumbuhan, karena
ditunjang oleh letaknya yang strategis dan lingkungan sekitar beruapa lahan
pertanian yang subur.
Luas
wilayah Kota Purwokerto adalah 3.585,34 ha, terdiri dari tanah sawah kering,
perkebunan negara/ swasta/ perorangan dan lain-lain termasuk sungai, jalan dan
kuburan. Wilayah kota Purwokerto saat ini terdiri atas 28 kelurahan yang
terbagi dalam 4 wilayah kecamatan. Kecamatan Purwokerto Utara terdiri atas 7
kelurahan, kecamatan Purwokerto Selatan ada 7 kelurahan, kecamatan Purwokerto
Barata da 7 kelurahan juga dan kecamatan Purwokerto Timar juga ada 7 kelurahan.
Sedangkan batas wilayah kota Purwokerto yaitu; sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Karang Lewas, sebelah utara dengan Kecamatan Sumbang dan Kecamatan
Baturraden, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sumbang dan Kecamatan
Sokaraja dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Patikraja dan
Kecamatan Sokaraja.
C. KONDISI KOTA PURWOKERTO
Wilayah
kota Purwokerto terletak di bagian selatan Propinsi Jawa Tengah, terdiri atas 4
kecamatan dan 28 kelurahan berpenduduk sekitar 208.160 jiwa. Adanya jalur
regional yang menghubungkan kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
yang melalui Kota Purwokerto yang menyebabkan kota ini menjadi pusat simpul
jalur transportasi dan distribusi. Sedangkan menurut sistem perkotaan di Jawa
Tengah, peranan dan fungsi kota Purwokerto adalah sebagai pusat utama wilayah
pembangunan poros Cilacap. Berdasarkan letak geografis, wilayah kota Purwokerto
dibagi dalam tiga kawasan, yaitu :
- Lingkungan
rural (daerah pedesaan atau pinggiran) yang meliputi sebagian Kecamatan
Purwokerto Utara dan Purwokerto Selatan.
- Lingkungan
urban (perkotaan) yaitu sebagian Purwokerto Utara dan Purwokerto Timur.
- Lingkungan
transisi, yaitu kecamatan Purwokerto Barat.
Fasilitas perekonomian yang
ada meliputi perusahaan, bengkel, pasar, hotel supermarket/ pertokoan dan home
industri. Di bidang pendidikan, sosial dan budaya terdapat sarana pendidikan
mulai dari TK sampai perguruan Tinggi dan beberapa lembaga pendidikan lain.
Pemeliharaan keamanan dan ketertiban di wilayah Purwokerto menggunakan sistem
keamanan lingkungan secara terpadu. Secara umum Purwokerto sesuai dengan
fungsinya terdapat 4 jenis lingkungan kota, yaitu :
- Lingkungan
perdagangan dan perkantoran, berlokasi di daerah pusat kota, sepanjang
jalan regional dan berkembang lancar sepanjang beberapa jalan arteri.
- Pada
bagian tengah kota, penggunaan lahannya untuk perumahan, berkembang
konsentris terhadap pusat kota.
- Fasilitas
pendidikan dasar dan menengah menyebar di beberapa bagian kota dan masih
berlokasi di sekitar wilayah pusat kota.
- fasilitas sosial yang paling menonjol adalah fasilitas kesehatan berlokasi di beberapa pusat kota, ada yang di wilayah bagian barat, timur dan utara.
Kota Purwokerto dalam
menyelenggarakan pemerintahan, menggerakan pembangunan dan dalam membina
masyarakat selalu bertolak dari kondisi, potensi dan kemungkinan
pengembangannya di masa yang akan datang. Adapun potensi yang dimiliki Kota
Purwokerto dapat dikelompokkan dalam 2 aspek yaitu sumber daya manusia dan
sumber daya alam. Sumber daya manusia merupakan motor penggerak lajunya
pembangunan, sehingga selalu diupayakan pembinaanya, baik dalam segi kualitas
maupun kuantitas. Potensi sumber daya alam secara geografis di samping memiliki
letak strategis sebagai kota sentral terhadap kota-kota lain dalam wilayah
kabupaten Banyumas, dilaluinya jalur regional yang menghubungkan kota-kota di
Jawa Tengah juga memiliki peran
sebagai jasa koleksi dan distribusi hasil-hasil pertanian dan industri kecil.
D. MOTTO SATRIA SEBAGAI ARAH PEMBANGUNAN
Sudut Purwokerto tempo doeloe |
Pembangunan
Banyumas yang dilaksanakan di berbagai
daerah, sektor dan bidang, perlu dilakukan secara terarah, terpadu, bertahap
dan berencana serta berkesinambungan. Selain itu perlu dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip yang sehat mental, sehat pengelolaan, berdaya guna dan berhasil
guna serta disiplin yang kuat dengan berdasarkan pada strategi wawasan
identitas menuju terwujudnya masyarakat Kabupaten Banyumas yang berketahanan.
Dengan
mendasarkan pada tujuan pembangunan daerah serta kondisi dan potensi daerah,
maka pembangunan Banyumas terus diupayakan dan diarahkan pada pemecahan
masalah-masalah pokok yang dihadapi melalui pencptaan keterpaduan dengan
pembangunan daerah tetangga. Dengan arahan tersebut, kota Purwokerto akan
menyesuaikan, karena kedudukannya sebagai salah satu pusat pengembangan,
pendukung utama pembangunan Kabupaten Banyumas.
Koentjaraningrat
dalam bukunya Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (2002 : 79) bahwa
pemerintah pusat menganjurkan kepada pemerintah daerah agar diusahakan supaya
rakyat berpartisipasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam pembangunan
menyangkut 2 tipe yang pada prinsipnya berbeda, ialah :
- Partisipasi
dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan yang
khusus.
- partisipasi
sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan,
atas dasar kemauan mereka sendiri untuk berinisiatif dan berkarya.
Bawor si jelata yang cablaka |
Dengan Surat Keputusan Bupati
Kepala daerah Tingkat II nomor 130/1207/1988, pada waktu itu Bupati Djoko
Sudantoko, telah ditetapkan motto Kota Purwokerto/ Kabupaten Banyumas. Motto
diperlukan sebagai motivasi memacu jalannya pembangunan. Karena itu, dipilih
motto kota ‘SATRIA’ yang dirasa tepat untuk Kabupaten Banyumas yang beribu kota
di Purwokerto. Satria di sini mengandung dua pengertian. Pertama, Satria adalah
singkatan atau akronim dari Sejahtera, Adil, Tertib, Rapi, Indah dan Aman.
Motto yang terkandung dalam ungkapan Satria ini sejalan dengan usaha-usaha
pembangunan yang sedang dan terus dilaksanakan pemerintah daerah. Peran Satria
sebagai motto, etos kerja bagi aparat dan masyarakat juga sebagai sasaran atau
arah pembangunan. Kedua, Satria mempunyai pengertian sifat masyarakat Banyumas
yang “cablaka”. Artinya Jujur,
terbuka (terus terang), tulus ikhlas, mempunyai loyalitas, dedikasi yang tinggi
dan berani sebagai watak seorang ksatria. Sosok Bawor sebagai tokoh wayang khas Banyumas menjadi trade mark.
Dari segi historis, Banyumas
memang banyak melahirkan satria, baik dari zaman perjuangan maupun zaman
pembangunan dewasa ini sebagaimana diuraikan M. Kudori (1991 : 9) . Di barisan
militer , Banyumas memang gudangnya, seperti Panglima Besar Jenderal Sudirman,
Jendral gatot Subroto, dan Letjen Suprapto. Di bidang kesehatan, tercatat Prof.
Dr. Margono Sukaryo sebagai ahli bedah pertama di Indonesia. Kini nama nya
diabadikan sebagai nama rumah sakit umum Purwokerto. Di bidang koperasi,
perintisnya adalah A. Wiria Atmaja, patih Purwokerto saat itu. K.H. Abu Dardiri
perintis berdirinya Departemen agama. Dunia Perbangkan yang kini tumbuh
menjamur, ternyata perintis pertamanya juga putra Banyumas yaitu Margono
Joyohadikusumo (ayah Prof. Sumitro Djojohadikusumo).
Arah yang ingin dicapai dari
slogan atau motto Purwokerto kota Satria adalah :
1.
Sejahtera : Kondisi masyarakat yang sejahtera lahir dan
batin.
2. Adil : Kesejahteraan yang merata dalam arti seluruh
wilayahnya.
3. Tertib : Situasi masyarakat yang serba tertib dalam
kehidupannya.
4. Rapi : Keadaan tertata sebagai dampak lanjut dari
ketertiban.
5. Indah : Dalam arti enak dilihat dan nyaman
6. Aman : Suasana tentram dan tenang sehingga
pembangunan lancar.
Pertumbuhan ekonomi nasional
dewasa ini telah berlangsung cukup significan dan dampaknya berpengaruh
langsung terhadap perkembangan daerah perkotaan, yang biasanya diiringi pula
dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari lajunya secara alamiah.
Didukung oleh pesatnya industrialisasi dan perdagangan, maka daerah perkotaan,
dalam hal ini Purwokerto mempunyai peranan yang semakin besar dalam kegiatan
ekonomi nasional. Dengan demikian cita-cita Kota Satria akan segera terwujud
yaitu masyarakat Banyumas atau Purwokerto yang didam-idamkan yaitu masyarakat
yang Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem
Kerta Raharja.
E. PENUTUP
Kota
Purwokerto ditinjau dari perkembangan ekologi kota, memiliki kekhasan
tersendiri. Wilayah kota Purwokerto yang terletak di bagian selatan Propinsi
Jawa Tengah, terdiri atas 4 kecamatan dan 28 kelurahan berpenduduk sekitar
208.160 jiwa merupakan potensi terseindiri. Adanya jalur regional yang
menghubungkan kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang melalui
Kota Purwokerto, menyebabkan kota ini menjadi pusat simpul jalur transportasi
dan distribusi.
‘SATRIA’
dipilih sebagai slogan atau motto yang dirasa tepat untuk Kabupaten Banyumas
yang beribu kota di Purwokerto. Satria di sini mengandung dua pengertian. Pertama, Satria adalah singkatan atau
akronim dari Sejahtera, Adil, Tertib, Rapi, Indah dan Aman. Motto yang
terkandung dalam ungkapan Satria ini sejalan dengan usaha-usaha pembangunan
yang sedang dan terus dilaksanakan pemerintah daerah. Peran Satria sebagai
motto, etos kerja bagi aparat dan masyarakat juga sebagai sasaran atau arah
pembangunan. Kedua, Satria mempunyai
pengertian sifat masyarakat Banyumas yang “cablaka”. Artinya Jujur, terbuka
(terus terang), tulus ikhlas, mempunyai loyalitas, dedikasi yang tinggi dan
berani sebagai watak seorang ksatria.
Idaman
ke depan masyarakat Banyumas, khususnya kota Purwokerto adalah masyarakat
Banyumas atau Purwokerto yaitu masyarakat yang Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman
Surjomihardjo. 1979. Pembinaan Bangsa dan Masalah Historiografi.
Jakarta : Yayasan Idayu
Bambang S.
Purwoko. 2004. Kota Purwokerto. Purwokerto : UD. Satria Utama
Koentjaraningrat.
2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
M. Koderi. 1991. Banyumas
Wisata dan Budaya. Purwokerto : CV. Metro Jaya
Suyatno Kartodirdjo dan Sutiyah. 2007. Sejarah Kota. Salatiga : Widya Sari
bagus gan blog nya, agan org banyumas juga bukan? ayo ikut serta populerkan keunikan kab banyumas gan, visit my blog n like FP x, makasih
BalasHapusNegeri Kang Bawor