Total Tayangan Halaman

Senin, 30 Januari 2012

KULTUM




MEMBANGUN JIWA YANG SEHAT
Oleh  : Amin Hidayat

Para jamaah ….. yang dimulyakan Allah,
Marilah kita berjuang dan melaksanakan amal kebaikan, selaras dengan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam yang suci dan luhur, serta menjauhkan semua tindakan yang tercela.
Agar hidup kita mendapat rahmat dan perlindungan dari Allah, selamat, bahagia dunia dan akherat.

Sudah disebutkan dalam Al Quran :

Yang artinya :
Sesungguhnya Allah itu menyertai orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang melakukan perbuatan kebaikan” (Q.S. An Nahl : 128).

Para jamaah yang dimulyakan Allah,
Kita semua sudah memaklumi bahwa membangun jiwa, membangun rohani atau budi pekerti termasuk faktor yang penting di jaman pembangunan dewasa ini. Lebih-lebih di jaman modern, jaman kemajuan teknologi yang canggih, untuk itu sebagai keseimbangan kemajuan lahiriah sangat perlu rohaniyah dipupuk dan digembleng, agar sifat-sifat kemanusiaan, dapat dipertahankan, sehingga kesucian, kebenaran dan kebaikan dapat diwujudkan dijagad raya ini.
Para hadirin, sudah jelas bahwa bila hanya pembangunan lahir saja yang digiatkan, sedangkan pembangunan rohani dan budi pekerti diabaikan, tentu saja akan pincang. Oleh karena itu, di dalam kita berupaya memperbagus diri, rumah pekarangan dan masjidnya, disitu kita juga harus berupaya meningkatkan watak dan kelakuan budi pekerti. Sebab, apabila tidak begitu, para hadirin, dapat kita umpamakan barang yang bobrok. Walaupun dibungkus dengan kain mahal harganya, ya tetap bobrok.
Atau dapat kita umpamakan orang yang kurus, sakit-sakitan, walaupun berpakaian wool dan menempati gedung mewah, toh yang sakit tadi tetap sakit-sakitan dan tetap merintih.
Begitulah gambaran bila tidak imbang antara lahiriyah dan batiniyah. Menurut ajaran Islam, jelas bahwa pembangunan lahir harus dibarengi sarana pembangunan batin, harus sama-sama diutamakan dan tidak boleh dibedakan.
Para hadirin jamaah …. yang dimulyakan Allah,
Kemudian muncul pertanyaan, lalu bagaimana caranya membangun jiwa, membangun rohani biar tidak sakit-sakitan?

Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah omongan paling bohong. Dan janganlah engkau mencari-cari pembicaraan orang, dan jangan pula meneliti kejelekan seseorang, dan jangan suka pamer, dan jangan saling menghasud, dan jangan saling benci membenci, dan jangan saling menjauhi, dan hendaklah kamu sekalian menjadi hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana ia telah memerintahkan kepadamu (H.R. Bukhari – Muslim).

Hadis ini mengingatkan kepada kita agar mau menjauhi akhlak yang tercela dalam rangka menuju membangun jiwa atau membangun rokhani. Akhlak-akhlak tercel yang harus kita jauhi sebagimana disebut pada hadist ini adalah :
  1. Berprasangka, yakni menyangka orang lain melakukan kejahatan, tetapi sangkaan itu hanya terpendam dalam hatinyatanpa diucapkannya.
  2. Mencari-cari pembicaraan orang, yakni ingin mengetahui kekurangan orang lain dengan cara mencarinya lewat pembicaraan orang, termasuk di dalamnya adalah berkumpul untuk membahasa kejelekan orang lain (ngrasani).
  3. Meneliti kejelekan orang lain, yakni berusaha untuk mengetahui kejelekan orang lain dengan segala cara, baik dengan cara yang sudah disebutkan tadi atau dengan cara lainnya.
Perhatikan baik-baik kiblat kita

Menurut ajaran Islam, seperti itu mudah cukup hanya melaksanakan tiga hal :
  1. Harus dikembangkan dalam masyarakat, jiwa agama yang kuat, iman yang kokoh. Diyakinkan dengan sebenarnya sarana iman yang kuat, bahwa masih ada dzat yang Maha Kuasa yang lebih kuasa diatas manusia, yaitu Allah SWT. Bila kita melihat sejarah perjuangan para pahlawan bangsa, para Rasul, para Shuhada, para Shalihin, ternyata semua memiliki keteguhan, karena kekuatan iman.
  2.  Harus dibangun dimasyarakat, ilmu yang bermanfaat. Tidak hanya mengenai ilmu duniawi saja, tapi juga ilmu agama harus disebar dan ditanamkan  pengertiannya pada masyarakat. Cukup sudah bukti pentingnya bab ilmu, dalam Al Qur’an :  
Yang artinya :
“Allah akan mengangkat derajatnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu dengan beberapa derajat” (Q.S Al Mujadalah : 11).
           
                          
  1. Tanamkan di masyarakat, , budi pekerti yang luhur. Rasulullah bersabda :   
Yang artinya
 ”Yang dinamakan kebaikan adalah budi pekerti yang luhur” (HR. Muslim).

Para hadirin, bila manusia sudah berbicara santun, bersikap sopan, tingkah laku baik, ini artinya sudah dapat membangun badannya dengan tatakrama agama Islam. Bila kita sanepakan / ibaratkan sebuah rumah :
Iman dan ilmu itu ibarat tulangnya tembok dan tiang-tiangnya. Sedangkan budi pekerti itu ibarat cet-cetnya, kain gordennya, taplak meja, sprei dan kasurnya. Dengan demikian artinya dapat mewujudkan sebagai pribadi muslim yang sempurna. Jiwa menjadi sehat, hidupnya dapat rahmat dari Allah SWT.
Demikian para hadirin, tiga jalan untuk mebangun masyarakat yang baik.
Akhirul kalam,

Mudah-mudahan Allah senantiasa memberi rahmat kepada kita semua, sehingga hidup kita dapat menemukan kebahagiaan dan keselamatan, fid dun ya wal akhirah.
Amin ya robbal alamin


Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.






KULTUM
HIKMAH MUSYAWARAH
Oleh  : Amin Hidayat


Hadirin jamah sholat .... yang berbahagia,
Bila kita kaji dengan pikiran yang bening, mengenai keberadaan manusia di dunia ini, jelas bahwa manusia itu makhluk yang paling utama. Artinya makhluk yang lebih sempurna bentuknya tinimbang makhluk-makhluk lainnya, lebih terhormat dan mulia keberadaannya dibandingkan dengan makhluk selain manusia. Tidak lain karena manusia itu dianugerahi keistimewaan oleh Allah SWT yaitu diberi panca indera yang lengkap dan fikiran yang lebih sempurna.
Sebenarnya Islam itu memberi keleluasaan berpikir pada manusia, menganjurkan agar manusia mau menggunakan pikirannya jangan sampai pikirannya mati dan beku, njendhel, tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Tersebut dalam salah satu ayat :

Artinya :
”Apakah orang-orang tadi tidak pernah berpikir tentang isinya Al Qur’an, apakah memang di dalam hati itu ada tutupnya (sehingga tidak mau berpikir isi kandungan Al Qur’an).” (Q.S. Muhammad :24).

Demikianlah, Islam sangat menghargai kepada pikiran manusia yang baik. Artinya siapa saja dapat mencetuskan pikirannya yang baik dan benar, yang dapat berguna bagi hidup sesama dan masyarakat.
Dalam bab Ubudiyah, Rasulullah SAW diperintahkan berpegang teguh kepada ajaran Al Qur’an dan Hadits, jangan sampai menyimpang dari apa yang telah dituntunkan Al Qur’an dan Hadits.

Tetapi bila mengenai urusan kemasyarakatan atau mengenai kepentingan masyarakat bab urusan keduniawian utawa mu’amalat, kita diperintahkan Allah agar selalu bermusyawarah dengan sahabatnya, temannya koleganya.

Allah memerintah dalam Al Qur’an :
Artinya :
”Dan ajaklah orang-orang tadi hai Muhammad musyawarah dalam masalah-masalah tadi” (Q.S. Ali Imraan : 159).

Maka junjungan kita Nabi Muhammad SAW selalu musyawarah dengan umatnya dalam bab kepentingan siasat peperangan dan lain-lainnya. Yaitu dalam perang Khondhak, Nabi SAW musyawarah dengan para sahabat, di situ salah satu sahabat yang bernama Salman Al Farasi mengusulkan membuat parit yang dalam yang mengelilingi kota Madinah agar musuh tidak bisa masuk kota Madinah.

Rasulullah SAW menyetujui usul tersebut dan beliau juga turut serta membuat parit tersebut. Akhirnya musuh kemudian mundur dengan kerugian dan kocar-kacir. Dan perkara lainnya bab mu’amalat, Nabi SAW juga selalu musyawarah dengan para sahabat-sahabatnya, bagaimana baiknya, jangan sampai masyarakat rugi, dalam hal kekayaannya. Al hasil para jamaah, Rasulullah SAW disegani dan disenangi oleh sahabat, sebab beliau selalu melakukan musyawarah dalam hal kepentingan umatnya.
Sehingga Rasulullah SAW pernah bersabda :

Artinya  :
”Tidak mungkin rugi orang yang istikharah dan tidak mungkin menyesal orang yang musyawarah”
Musyawarah dalam keluarga


Nabi bersabda begitu, menandakan bahwa musyawarah itu termasuk perkara yang penting dalam hidup bermasyarakat. Jangan sampai manusia hanya mencari senangnya sendiri dengan merugikan orang lain. Hal seperti itu dapat merusak persaudaraan dan kerukunan.
Para jama’ah, di dalam hal perkara yang penting-penting dan yang besar dan berat serta rumit, harus dimusyawarahkan , sebab tidak dapat dipecahkan hanya oleh satu orang. Bila dipikir oleh orang banyak akan terasa enteng dan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Maka prinsip musyawarah itu harus kita lakukan sebenarnya, memang seperti itu perintah dan tuntunan dalam Islam. Sebagai penutup, mari kita tidak bosan-bosannya senantiasa memohon kehadirat Allah, semoga kita semua diberi rahmat dan ditunjukkan pada jalan yang benar, yang pada akhirnya menjadi umat yang ’begja fid dun ya wal akhirah. Amin.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.



KULTUM :
RASA PERSAUDARAAN
Oleh  : Amin Hidayat


Para Jamaah sholat ... yang dimulyakan Allah,
Alhamdulillah, sebagai umat Islam yang beriman, marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah. Dalam arti, selalu mawas diri untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang diperintah oleh Allah dan menjauhi segala laranganNya. Sebab dengan taqwa itu, kita semua dapat menempuh jalan yang sukses, baik ketika di dunia maupun di akherat kelak.
Sebab para jama’ah,
Sudah tertuang dalam Al Qur’an :

Artinya :
”Allah sudah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan melaksanakan kebaikan kepada orang-orang tersebut ampunan dan pahala yang agung” (Q.S Al Maidah :9).

Para Jamaah Jum’at yang dimulyakan Allah,
Seperti yang sudah kita kita maklumi bahwa Islam memberi tuntunan kepada kita semua kaum muslimin agar setiap muslim dan muslimat menanamkan rasa persaudaraan di dalam dada, jangan sampai ada rasa mendongkol, sentimen, iri, dengki dan lainnya.
Oleh karena itu, satu dengan yang lainnya harus harga-menghargai, mau tolong-menolong, bantu-membantu menegakkan agama Allah dengan sebaik-baiknya. Melaksanakan ajaran agama dengan sebenarnya.

Kita umat Islam jangan sampai satu dengan yang lain ada sikap meremehkan dan menyepelekan. Sebab para jama’ah :
” Sesungguhnya semua manusia itu di depan Allah adalah sama”
Jelasnya, semua sama-sama menjadi hamba Allah. Yang lebih mulia adalah yang lebih tebal taqwanya kepada Allah SWT. Siapa saja yang melakukan kebaikan akan menerima pahala dari Allah, sebaliknya siapa saja yang berbuat maksiat dan tindakan yang tercela akan menerima siksa Allah.
Oleh karena itu, sudah sepestinya para jama’ah, yang kaya jangan sampai meremehkan dan menganggap sepele kepada yang miskin, yang tua juga jangan sampai menyepelekan yang muda, demikian juga yang miskin, jangan sampai meremehkan dan menganggap sepele kepada yang kaya. Yang memiliki kedudukan tinggi jangan menyepelekan kepada yang memiliki kedudukan rendah, begitu juga sebaliknya.



Jama’ah yang berbahagia,
Rasa persaudaraan harus dipupuk pada jiwa setiap muslim dan muslimat, pada setiap siswa dan siswi, pada setiap Bapak/ Ibu guru dan karyawan. Demikian juga rasa persamaan Islam, sebagimana sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
” Walaupun yang memimpin kamu sekalian, salah seorang habsyi.”
Artinya, bila memang cakap dan memenuhi syarat sebagai pemimpin, dia walaupun berasal dari kalangan miskin, desa, dia harus ditaati kepemimpinannya. Jadi yang penting yaitu memiliki kecakapan, ketrampilan dan kemampuan dapat memimpin masyarakat ke arah kebaikan.
Jama’ah yang berbahagia,
Allah tidak akan ridla, bila ada orang yang pamer pangkat dan kedudukan atau menonjol-nonjolkan ilmunya atau hartanya sehingga akhirnya mudah sekali menyepelekan orang lain.

Sahabat Anas menceritakan bab sikap Rasulullah SAW terhadap pembantunya, dimana pembantu Rasulullah berkata : Sepuluh tahun aku ikut Rasulullah SAW belum pernah aku mendengar beliau berkata yang tidak enak atau menyakitkan hati apalagi meremehkan orang lain.
Oleh karena itu di jaman sekarang ajaran agama : yaitu rasa persamaan dan rasa persaudaraan itu harus kita pupuk dihati sanubari umat Islam. Insya Allah dengan seperti itu, kita akan menerima keridlaan dari Allah SWT, begja selamat dunia akherat. Amin ya robbal alamin. 


Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.


Santri 
                                                                                  
KULTUM :
SIFAT-SIFAT ORANG MUKMIN
Oleh  : Amin Hidayat

Jamaah sholat … yang dimulyakan Allah,
Pada kesempatan ini saya memilih topik bab sifat-sifat orang mukmin yang sejati. Mengingat bab ini saya anggap penting dan harus menjadi perhatian kita lebih-lebih di era sekarang.
Jalaran para jama’ah, masalah iman itu salah satu masalah yang sangat penting, bagi hidup manusia di alam dunia ini. Sehingga pada saat manusia kehilangan iman, ibarat dia kehilangan mahkota hidup yang sangat mahal harganya.
Rasulullah SAW pernah bersabda : Tidak aneh bila salah seorang manusia kadang-kadang ada yang :

” Pagi-pagi masih iman kepada AllahSWT, tetapi sorenya malahan menjadi kafir, menjadi orang yang ingkar kepada Allah SWT.”
Hal ini disebabkan karena tidak bisa mempertahankan imannya, imannya kabur terkena pengaruh angin yang tidak baik. Bila siswa salah mencari teman, salah bergaul, akan mudah terpengaruh hal-hal yang mengaburkan iman.

Para jama’ah, ciri-ciri atau tanda-tanda orang beriman dan bagaimana sifat-sifat orang mukmin itu sebenarnya telah dijabarkan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 15 dan surat Al Anfal ayat 2-4. Bahwa setengah dari sifat-sifat orang mukmin sejati adalah :
  1. pertama
Percaya dengan sungguh-sungguh, iman dengan sebenarnya kepada Allah dan Rasulnya, imannya mendarah daging, tidak ragu secuilpun, sampai tidak ada apapun yang dapat mementalkan imannya. Imannya tetap tidak goncang, kokoh tidak bergeser sedikitpun.
Sampai kita ibaratkan, seandainya ada pelor atau peluru berseliweran, atau meriam seribu dibunyikan bersamaan, imannya tidak gentar. Memiliki pendirian yang teguh, melaksanakan, menjunjung tinggi,  segala perintah Allah dan Rasulnya di atas segala.
Inilah ciri orang mukmin yang pertama.

  1. Kedua
Yaitu mau berjuang menegakkan agama, membela agama sampai jiwa raga dan hartanya.
Artinya para jama’ah, orang mukmin sejati itu hidupnya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Seperti keadaan para sahabat yang hebat apda jaman Rasulullah SAW. Para sahabat itu imannya benar-benar tebal dan termasuk ’mukmin kamil’, orang mukmin yang imannya sempurna.

  1. Ketiga
Bila disebut nama Allah hatinya bergetar, sebab ingat akan kekuasaan dan keagungan Allah SWT.
Dari sini kemudian tumbuh rasa dan keyakinan bahwa dirinya hanyalah kecil dan sepele, tidak punya daya bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah yang maha sempurna segalanya.
Hanya Allah sendiri yang diagungkan dan disembah serta dimintai. Oleh karena itu orang mukmin sejati selalu tawadlu’. Andhap asor, sopan santun di dalam pergaulan dengan siapa saja, tidak sombong.

4.      Ke empat
Yaitu bila dibacakan ayat-ayat Allah atau membaca sendiri ayat-ayat Al Qur’an, malah bertambah tabal imannya.

5.      Ke lima
Melaksanakan salat dengan benar, khusyu’ dan pasrah, salta dapat menentramkan pikiran dan hati, tidak mudah melaksnakan hal-hal yang tercela.

6.      Ke enam
Yaitu membelanjakan hartanya untuk kepentingan diri pribadi dan agama. Seperti nafkah wajib yaitu memberi sandang pangan anak istri, atau sodaqoh kepada fakir miskin. Demikian juga membantu dengan hartanya untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin

Para jama’ah,
Orang mukmin yang memiliki sifat seperti inilah yang dikatakan mukmin yang hebat, peng-pengan :
Orang mukmin tersebut akan mendapat derajat dan martabat yang mulia di hadapan Allah SWT. Termasuk manusia yang terhormat dihadapan Allah dan agama.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.


                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar