A. PENDAHULUAN
Mengajar, menurut Joyce dan Weil pada hahehatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi,
ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya
dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Sugiyanto, 2007: 3). Tujuan akhir
pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk
dapat belajar lebih mudah dan efektif. Pencapaian hal tersebut perlu kerangka
pembelajaran secara konseptual yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran.
Kerangka pembelajaran ini sering dikenal sebagai model pembelajaran.
Model pembelajaran menurut Winata
Putra sebagaimana dikutip oleh Sugiyanto ( 2007 : 3), adalah merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
Ada banyak model, pendekatan atau
strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Pada konten makalah ini akan mengulas 4
model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran Quantum dan model pembelajaran terpadu.
B. MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Kontekstual (Contextual
Theaching and Learning) adalah model pembelajaran yang diharapkan mampu
memberikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, karena siswa belajar
sesuai konteksnya. Landasan Filosofis : adalah konstruktivisme yaitu belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak sendiri. Prinsip pembelajaran constektual adalah Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta
dan konsep yang siap diterima, tetapi ‘sesuatu’ yang harus dikonstruksi sendiri
oleh siswa. Anak belajar dari mengalami sendiri, mengonstruksi pengetahuan,
kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Tugas guru mengatur strategi
belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dan baru, dan memfasilitasi
belajar (Depdiknas. 2002 : 4).
Hakekat Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni :
- Konstruktivisme (Constructivism)
- Bertanya (Questioning)
- Menemukan (Inquiri)
- Masyarakat belajar (Learning Community)
- Pemodelan (Modeling)
- Refleksi (Reflecting)
- Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)
Ciri-Ciri Kontekstual dalam pembelajaran mata pelajaran apapun dengan mudah untuk dikenali. Indikator bahwa kelas sedang melakukan proses pembelajaran kontekstual adalah :
- Pengalaman
Nyata
- Kerjasasama,
- Saling
menunjang.
- Gembira,
bergairah.
- Terintegrasi
- Menggunakan
berbagai sumber
- Aktif dan
kritis
- Menyenangkan
- Sharing
- Guru kreatif
Langkah –langkah dalam pembelajaran kontekstual
tidaklah rumit. Untuk mengubah paradigma yang semula pembelajaran berpusat pada
guru kemudian beralih pada siswa, pada awalnya terkesan sulit. Namun, setelah
persiapan matang dan terbiasa, pembelajaran lebih praktis, efektif dan
menyenangkan. Langkah sederhana dalam pembelajaran kontekstual sebagai
contoh :
- Kembangkan
pemikiran, bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri
- Inquiri semua
topik
- Kembangkan
bertanya
- Belajar
kelompok
- Modeling
- Refleksi
akhir
- Beri
penilaian
Konstruktifisme berpendapat bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Strategi
di sini lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan.
C. MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) adalah menurut Isjoni ( 12-13) adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran
yang secara sadar dan sengaja ini menghubungkan interaksi yang silih asuh untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan per musuhan
sebagai latihan di masyarakat. Landasan
historisnya adalah pembelajaran yang menekankan penciptaan interaksi yang
asah asih asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community).
Ciri-ciri pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif adalah adanya ketergantungan positif, interaksi
tatap muka atau secara langsung, akuntabilitas atau rasa tanggung jawab secara
individual, dan adanya ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi. Senada dengan pendapat Slavin ( Isjoni, 2007
: 21) ada tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning, yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Keuntungan
model pembelajaran ini adalah membentuk siswa memiliki kompetensi yang baik
dalam hal kepakaan sosial, perilaku social,
adaptasi social, terbentuk nilai social, menghindari egois, menjalin persahabatan, saling
membutuhkan, rasa saling percaya, menghormati pendapat orang lain, menggunakan
ide orang lain dan gemar berteman.
Model pembelajaran kooperatif memiliki
banyak ragam atau jenis. Jenis itu antara lain adalah :
- Metode STAD
- JIGSAW
- Metode GI
(Group Investigasi)
- Metode
Struktural :
- Mencari
pasangan
- Bertukar
pasangan
- Cerita berpasangan
- Dua tinggal
dua tamu
- Keliling
berkelompok
- Kancing
gemerincing
Melalui beberapa model ini, memungkinkan siswa
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan secara penuh dalam
suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Motivasi siswa terbangun dengan
baik, dan mampu menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, kemampuan berpikir
kritis dan memperbaiki siswa dalam hal sikap dan tingkah laku.
D. MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
Pengertian
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching
dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsure-unsur
untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi
ini juga mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan
bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain (DePorter, 1999: 5).
Pembelajaran
Quantum adalah model pembelajaran
yang merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi
kognitif dan pemrograman neorologi/neorolinguistik yang jauh sebelumnya ada. Pembelajaran Quantum berupaya
memadukan, menyinergikan dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia
selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik-mental) sebagai konteks pembelajaran.
Prinsip
pembelajaran Quantum, bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia
kita ke dunia mereka. Pembelajaran ibarat sebagai permainan orkestra sinfoni
yang memiliki arti segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman
mendahului penamaan, akuilah setiap usaha pembelajaran. Sesuatu yang layak
dipelajari layak dirayakan, harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan,
tetapkan hidup dalam integritas. Akuilah kegagalan akan membawa kesuksesan, berbicaralah
dengan etikat baik, tegaskan komitmen, jadilah pemilik, tetaplah lentur, dan pertahankan
keseimbangan
Karakteristik
Quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bersifat humanistis, konstruktifistis,
interaksi bermutu dan bermakna, pemercepatan belajar (taraf tinggi). Menekankan
kealamiahan dan kewajaran, memadukan konsteks dan isi, pembentukan ketrampilan
akademis, nilai dan keyakinan, kebersamaan dan kebebasan. Mengintegrasikan
totalitas tubuh dan pikiran dalam kegiatan proses pembelajaran.
Kerangka
rancangan belajar Quantum Teaching
adalah TANDUR, yang memiliki makna
sebagai berikut :
1.
Tumbuhkan, dalam hal ini tumbuhkan minat ‘apakah manfaat bagiku?’ dan
manfaatkan kehidupan pelajar.
2.
Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua pelajar.
3.
Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah
‘masukkan’.
4.
Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa
mereka tahu’.
5.
Ulangi, tunjukkan pelajar cara-cara mengulangi materi dan menegaskan, ‘
Aku tahu bahwa aku memang tahu’.
6.
Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan
keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Teknik
Pembelajaran Quantum memiliki beberapa macam. Tentunya teknik ini tidak ada
yang paling baik dan sempurna. Banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan
penggunaan teknik pembelajaran Quantum, bias dari faktor guru, sarana, kondisi,
siswa maupun materi / bahan pelajaran. Macam teknik pembelajaran Quantum antara
lain :
- Peta Konsep
- Tehnik memori
- Tehnik rantai
kata
- Teknik
plesetan kata
- Tehnik-tehnik akrostik (jembatan keledai)
E. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Pembelajaran
Terpadu merupakan pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dengan
memadukan beberapa pokok bahasan.
Prinsip Pembelajaran Terpadu dapat
diklasifikasikan menjadi empat, yakni prinsip
penggalian tema : tidak terlalu luas, bermakna, sesuai perkembangan psikologi
anak, mewadai minat, peristiwa otentik. Tiga prinsip berikutnya adalah prinsip
pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi.
Karakteristik model pembelajaran
terpadu meliputi :
- Holistik
- Bermakna
- Otentik
- Aktif :
- Dunia nyata
- Pemahaman
terorganisir
- Pengembangkan
kemampuan diri
- Memperkuat
kemampuan
- Efisiensi
waktu
Keunggulan terpadu adalah
pengalaman dan kegiatan relevan dengan tingkat perkembangan siswa. Kegiatan
sesuai dengan kebutuhan siswa, ketrampilan berpikir berkembang. Kegiatan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan siswa, dan ketrampilan social juga
berkembang.
Model Pembelajaran Terpadu macamnya ada
beberapa, seperti : Fragmented Model, Connected
Model, Nestead Model, Sequenced Model, Share Model, Webbed Model, Threathed
Model, Integrated Model, Immersed Model dan Networked Model. Teknik Pembelajaran Terpadu dapat melalui :
- Integrasi
berdasar topik
- Integrasi
berdasarkan potensi utama
- Integrasi
berdasarkan permasalahan
Langkah-langkah
penerapan model pembelajaran terpadu adalah menentukan tujuan, menentukan materi, menyusun sekenario, menentukan
evaluasi. Memang di sini guru dituntut lebih kreatif, inovatif dan ulet.
F. PENUTUP
Kompetensi profesional dan paedagogi
guru adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas
keguruan dan pembelajaran. Sedangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial menyangkut kapasitas diri dan hubungannya dengan orang lain. Jika
keempat kompetensi ini dikuasai dengan baik oleh guru maka dalam usaha memberi
layanan pembelajaran dapat optimal kearah pelaksanaan pendekatan pembelajaran
PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan ).
Pembelajaran PAIKEM ternyata efektif
dengan penerapan model atau strategi pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif,
model pembelajarn quantum dan model pembelajaran terpadu. Setiap model
pembelajaran memberikan tekanan pada aspek tertentu dibandingkan model
pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, guru dapat memilih model pembelajaran
secara bergantian atau simultan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi,
etc. 1999. Quantum Teaching. Bandung : Mizan Pustaka
Departemen
Pendidikan nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat
Pendidikan
Lanjutan Pertama
Isjoni. 2007. Cooperative
Learning. Bandung : Alfabeta
Sugiyanto. 2007.
Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Model-model
Pembelajaran
Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar