A. Pendahuluan
Belajar pada hakekatnya merupakan
perubahan (cange) tingkah laku (behavior) atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan seperti dengan mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Belajar akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalaminya
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalis. Perubahan tingkah laku
tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti : bahan yang dipelajari, instrumen, lingkungan,
dan kondisi individu si pelajar. Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar
mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal.
Orang yang tadinya tidak tahu
setelah belajar menjadi tahu. Proses belajar terjadi apabila seseorang
menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Jadi belajar menempatkan seseorang dari
status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Menurut Bloom, perubahan
status abilitas ini meliputi tiga ranah/ matra, yaitu : matra kognitif, afektif
dan psikomotorik.
B. Perilaku Siswa yang Mendukung
Proses Pembelajaran
Ada beberapa perilaku siswa
yang dapat mendukung proses pembelajaran antara lain :
1. Siswa yang cepat dalam belajar
Siswa yang tergolong cepat
dalam belajar, pada umumnya dapat menyesuaikan kegiatan belajar dalam waktu
yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang
lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah menerima materi
pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini memiliki
tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak
genius (sangat cerdas). Anak yang memilki kemampuan di atas rata-rata temannya
bisa dijadikan tutor sebaya di dalam pembelajaran.
2. Siswa yang kreatif
Siswa yag kreatif ini pada
umumnya siswa dari golongan cepat, tapi banyak pula yang dari golongan normal
(rata-rata). Siswa golongan ini menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan
tertentu, misalnya dalam melukis, menggambar, olahraga, organisasi, kesenian,
dan dalam kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya. Mereka selalu ingin memecahkan
persoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, lebih senang bekerja
sendiri, dan sebagainya.
3. Siswa yang memiliki kapasitas mental
Dalam tahap perkembangan
tertentu, individu mempunyai kapasitas mental yang berkembang akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada sistem syaraf dan jaringan
otak. Kapasitas-kapasitas seseorang dapat diukur dengan tes-tes intlegensi dan
tes-tes bakat. Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan
berbagai keterampilan/kecakapan. Akibat dari hereditas dan lingkungan,
berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa intlegensi. Karena latar
belakang hereditas dan lingkungan masing-masing individu berbeda, maka
intlegensi masing-masing individu pun bervariasi. Intlegensi seseorang ikut
menentukan prestasi belajar seseorang.
4. Siswa yang memiliki kondisi kesehatan baik
Orang yang belajar membutuhkan
kondisi badan yang sehat dan stamina yang fit. Orang yang badannya sakit akibat
penyakit-penyakit atau minimal kelelahan
tidak akan dapat belajar dengan efektif. Pusing kepala, mual-mual dan badan
gatal-gatal apalagi terkait dengan cacat-cacat fisik juga menggangu hal
belajar.
5. Siswa yang memiliki motivasi
Motivasi yang berhubungan
dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil
belajar. Motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi
menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang
dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Perilaku siswa yang kecanduan HP |
C. Perilaku Siswa Yang Menghambat
Proses Pembelajaran
Tidak dipungkiri bahwa tujuan
utama dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah agar siswa dapat
menguasai bahan-bahan ajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk itu guru melakukan berbagai upaya mulai dari penyusunan rencana
pembelajaran, penggunaan strategi belajar mengajar yang relevan, sampai dengan
pelaksanaan penilaian dan umpan balik. Namun demikian, kenyataan menunjukkan
bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada siswa yang
tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai
atau hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan siswa-siswa sekelasnya. Mereka
memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk dapat mencapai hasil-hasil
belajar yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membantu
meningkatkan hasil belajar siswa-siswa seperti itu adalah dengan melaksanakan
layanan bimbingan belajar.
Beberapa faktor yang
bersumber dari siswa yang dapat menghambat proses belajar mengajar, antara lain
:
a. Tingkat kecerdasan rendah
Tidak diragukan lagi bahwa
taraf kecerdasan atau kemampuan dasar merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang tinggi pada seseorang anak
memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan
persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya tingkat
kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam
belajar.
b. Kesehatan sering terganggu
Belajar tidak hanya melibatkan
pikiran, tetapi juga jasmaniah badan yang sering sakit-sakitan, kurang vitamin,
dan kurang gizi, dapat membuat seseorang tidak berdaya, tidak bersemangat, dan
tidak memiliki kemampuan dalam belajar, maka besar kemungkinan orang yang
bersangkutan tidak dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
c. Alat penglihatan dan pendengaran kurang
berfungsi dengan baik
Penglihatan dan pendengaran
merupakan alat indera yang terpenting untuk belajar. Apabila mekanisme mata
atau telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari dunia luar
umpamanya dari guru, tidak mungkin dapat diterima oleh orang yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, siswa tidak dapat menerima dan memahami bahan-bahan pelajaran,
baik yang disampaikan langsung oleh guru maupun melalui buku-buku bacaan.
d. Gangguan alat perseptual
Setelah sesuatu pesan diterima
oleh mata dan telinga, langkah berikutnya dalam proses belajar adalah
mengirimkan pesan itu ke otak, sehingga pesan itu dapat ditafsirkan. Langkah
itu disebut persepsi. Apa sebenarnya yang terjadi dalam persepsi adalah proses
pengolahan tanggapan baru (yang diterima melalui indera) dengan pertolongan ini
akan menghasilkan dan memberikan arti atau makna tertentu kepada tanggapan yang
diterima tetapi persepsi itu bisa juga salah, kalau ada gangguan-gangguan pada
alat perseptual.
Dalam hal ini tanggapan yang
diterima oleh alat indera tidak dapat diartikan sebagaimana mestinya.
e. Tidak menguasai cara-cara belajar
Kegagalan belajar tidak
semata-mata disebabkan oleh tingkat kecerdasan rendah atau faktor-faktor
kesehatan, tetapi juga dapat disebabkan karena tidak menguasai cara-cara
belajar yang baik. Ternya terdapat hubungan yang berarti antara cara-cara
belajar yang diterapkan dengan hasil belajar yang dicapai. Ini berarti bahwa
siswa yang cara-cara belajarnya lebih baik cenderung memperoleh hasil yang
lebih baik pula, dan demikian pula sebaliknya. Untuk memungkinkan siswa
tersebut dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik, sejak dini siswa
hendaklah diperkenalkan dan dibiasakan menerapkan cara-cara belajar yang baik
dalam kehidupannya sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.
D. Penutup
Guru
sesuai dengan dengan fungsi bimbingan, hal yang pertama dan paling awal harus
dilakukan dalam rangkaian kegiatan layanan bimbingan belajar adalah menentukan
siswa yang mengalami masalah dalam belajar. Penentuan siapa selanjutnya tugas
guru adalah mengidentifikasi siswa-siswa yang bermasalah dalam belajar antara
lain dengan menggunakan; Penilaian hasil belajar, Pemanfaatan hasil tes
intlegensi, pengamatan (observasi) terhadap siswa. Setelah menemukan siswa yang
bermasalah, langkah selanjutnya adalah pengungkapan sebab-sebab masalah
tersebut.
Selanjutnya membantu siswa
mengatasi masalah belajarnya dengan program perbaikan, yang merupakan bentuk
khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar