Total Tayangan Halaman

Rabu, 30 April 2014

Dirgahayu, Hari Pendidikan Nasional



Memaknai Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal  2 Mei 2014 tidak lepas dari historis sosok Soewardi Soerjaningrat  akan  idealisme, semangat, dedikasi, nasionalisme dan pariotisme di ranah pendidikan tanah air. Semboyan yang ia bangun, Ing ngarso sung tulodho ing madya mangun karso, tut wuri handayani memiliki pesan luas dan dalam apabila dicermati untuk ditindaklanjuti.
Figur guru ada indikasi mengalami pergeseran makna, krisis kepercayaan dan krisis dedikasi. Oleh karena itu perlu adanya semangat 2 Mei sebagai ajang total refleksi diri seorang guru. Guru harus memahami betul tugas pokok dan fungsinya, tahu kewajiban, bidang garapan dan kode etik. Guru sekarang harus sanggup menemukan kembali jati dirinya secara hakiki sehingga layak untuk dapat predikat digugu lan ditiru, kinerja optimal dan hasil maksimal (bermutu).
Dalam rangka berbenah  menyongsong implementasi kurikulum 2013, semua pihak terkait, khususnya guru harus sigap, antusias menghadapi perubahan. Pemerintah telah merencanakan tahun pelajaran 2014/2015 penerapan kurikulum 2013 untuk jenjang SD/MI  pada kelas 1, 2, 4 dan 5, jenjang SMP/ MTs  pada kelas 7 dan 8 dan jenjang SMA/MAN/SMK pada kelas 10 dan 11. Guru jangan sampai apatis dan pesimis. Semangat dan semboyan Ki Hajar  (Soewardi Soerjaningrat) harus menjadi benggala perubahan mindset guru. Pengembangan Kurikulum 2013 sebagai jawaban tuntutan jaman, adalah langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Drs. Purwadi Santoso, M. Hum. selaku kepala Dinas Pendidikan kabupaten Banyumas yang notabene penasehat Majalah INFO Education, dalam momen rapat koordinasi di depan para pengawas SD, SMP, SMA dan SMK mengamanahkan agar bapak ibu guru di sekolah binaan masing-masing untuk lebih siap menerapkan kurikulum 2013, wajib membaca dan memahami regulasi kurikulum 2013 sebagai berikut :

MENGENANG RADEN MAS SOEWARDI SOERJANINGRAT



Sosok tokoh langka Indonesia yang berjasa memajukan dunia pendidikan adalah Ki Hadjar Dewantara. Lahir di Yogyakarta, Kamis, 2 Mei 1889, dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Saat usianya genap 40 tahun ia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Gelar kebangsawanan Raden Mas di depan namanya ia tanggalkan, hal ini bertujuan agar  bisa bebas dekat dengan kehidupan rakyat tanpa dibatasi oleh ningrat dan darah biru kehidupan keraton.
Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun ia tidak sampai tamat karena sakit. Ia mengambil profesi jurnalis di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara pada surat kabar tersebut sangat komunikatif dan tajam sehingga mampu membangkitkan semangat patriotik dan antikolonial bagi rakyat Indonesia saat itu.
RM Soewardi Soerjaningrat adalah tokoh utama yang memainkan peran penting dalam sepak terjang ‘tiga serangkai’ Indische Partij (IP). Alasannya karena ia pada era itu berani menulis sebuah karangan monumental dalam ranah sejarah pemikiran politik Indonesia. Als ik een Nederlander was… (Seandainya aku seorang Belanda …).