Kehadiran
Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda memiliki warna tersendiri dalam kerangka
sejarah Indonesia sampai awal abad ke –20. Pada awalnya terjadi hubungan yang
bersifat setara antara kerajaan dan masyarakat dengan bangsa Barat. Namun
secara perlahan muncul ketimpangan hubungan, satu persatu sumber ekonomi dan
kekuasaan politik wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh penguasa dan penduduk
local, jatuh ke tangan Barat, terutama Belanda.
1. Kekuasaan Bangsa Portugis dan Spanyol di
Indonesia
Pada
tahun 1511, bangsa Portugis berhasil merebut dan menduduki Malaka. Dengan
demikian Portugis dapat mengadakan perdagangan langsung dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia , seperti
Hitu, Seram, Ternate, Ambon, Banda dan Timor.
Rakyat Hitu, Seram dan Ternate menyambut baik kedatangan Portugis pada
tahun 1512.
Tanpa
diduga, Spanyol muncul dari arah Filipina dengan dua kapal Trinidad dan
Victoria yang dipimpin oleh kapten Sebastian
del Cano pada tahun 1521. Selanjutnya,
Spanyol menjalin hubungan dengan Tidore, saingan berat Ternate. Sultan Ternate memperkenankan Portugis mendirikan benteng Sao Paulo. Bagi Portugis manfaat benteng Sao Paulo untuk melindungi perdagangannya dan siap menghadapi Spanyol di Tidore. Portugis merasa tidak senang ada saingan dari bangsa Eropa yaitu Spanyol di Tidore. Bagi Ternate, keberadaan benteng Sao Paulo sebagai pelindung dari serangan musuh terutama saingan terdekatnya Tidore.
Spanyol menjalin hubungan dengan Tidore, saingan berat Ternate. Sultan Ternate memperkenankan Portugis mendirikan benteng Sao Paulo. Bagi Portugis manfaat benteng Sao Paulo untuk melindungi perdagangannya dan siap menghadapi Spanyol di Tidore. Portugis merasa tidak senang ada saingan dari bangsa Eropa yaitu Spanyol di Tidore. Bagi Ternate, keberadaan benteng Sao Paulo sebagai pelindung dari serangan musuh terutama saingan terdekatnya Tidore.
Saat
Portugis bersitegang dengan Spanyol, sisi lain, hubungan Ternate-Tidore semakin
memanas. Ternate meminta jaminan dukungan terhadap Portugis untuk menghadapi
Tidore.
Portugis dengan senang hati menyanggupi,
dengan syarat mendapatkan hak monopoli
perdagangan rempah-rempah di Ternate. Akibatnya rakyat Ternate sangat
dirugikan, mereka tidak lagi leluasa menjual rempah-rempah. Harga cengkeh dan
pala, rempah-rempah utama di Ternate, ditetapkan oleh Portugis sangat rendah.
Perselisihan Portugis dengan Spanyol
di Maluku diakhiri dengan perjanjian Saragosa pada tanggal 22 April
1522. Isi perjanjian Saragosa merupakan kesepakatan perluasan garis
demarkasi sampai Samudera Pasifik yang mengakibatkan Portugal memperoleh
Philipina, namun kemudian dipertukarkan kepada Spanyol dengan ganti daerah di
Amerika Latin, yakni daerah Brazil sebelah barat. Kesepakatan tindak lanjut
adalah sebagai berikut :
- Pembagian wilayah operasi perdagangan , Spanyol kembali ke Filipina sedangkan Portugis tetap di Maluku.
- Berdasar isi perjanjian Tordesillas tahun 1494, Portugis memenuhi tuntutan Spanyol membayar ganti rugi 350.000 cruzados.
Tindakan Portugis di Maluku selain monopoli
perdagangan, terhadap rakyat bertindak sewenang-wenang dan kejam.
Bahkan tindakan Portugis cenderung untuk menguasai wilayah. Keadaan ini
mengubah hubungan yang semula terjalin dengan baik berubah menjadi hubungan
permusuhan. Puncak pertentangan terjadi setelah Portugis dengan licik membunuh
Sultan Hairun, raja Ternate.
2. Kekuasaan
VOC di Indonesia.
Pelayaran Cornelis de Houtman sesampainya di Tanjung Harapan, tidak melalui pantai timur Afrika melainkan memilih menyebrang mengarungi Samudra Hindia. Pantai selatan Sumatra dijelajah terus ke timur, mendarat di Bandar Banten pada tahun 1596. Sempat terjadi perselisihan dengan penguasa Banten, de Houtman melanjutkan pelayarannya ke arah timur singgah di pantai utara Jawa dan Maluku. Setelah berhasil memborong rempah-rempah begitu banyak, kembalilah Cornelis de Houtman ke negerinya, Belanda dengan rasa puas. Pada tahun 1598, penjelajahan Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck tiba di Banten. Mereka diterima dengan baik oleh penguasa Banten, juga pendaratan disepanjang pantai utara dan Maluku. Sejak ini, terjalin hubungan dagang dengan para pedagang Belanda yang semakin ramai. Dalam perkembangannya antar pedagang Belanda terjadi persaingan yang kian memanas. Untuk mengatasi persaingan yang rawan ini dibentuklah suatu kongsi dagang berupa persekutuan dagang India Timur atas prakarsa Johan van Oldenborneveld. Kongsi dagang ini dibentuk tanggal 20 Maret 1602 dengan nama Vereenigde Oost Indische Compaqnie ( VOC ).
Tujuan
pembentukan VOC sebenarnya tidak hanya untuk menghindari persaingan diantara
pedagang Belanda, tetapi juga :
- Menyaingi kongsi dagang Inggris di India, yaitu EIC ( East India Company ).
- Penguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan kerajaan-kerajaan.
- Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Kapitulasi Tuntang tahun 1811, berisi :
1.
Seluruh
kekuatan militer Belanda yang ada di wilayah Asia Tenggara harus diserahkan
kepada Inggris.
2.
Hutang
pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
3.
Pulau Jawa dan
daerah kekuasaan Belanda lainnya, seperti
Madura, Palembang, Makasar , Banjarmasin dan Maluku diserahkan kepada
Inggris.
Sejak
tahun 1811, Indonesia berada dibawah kekuasaan Inggris, dijajah oleh EIC.
Gubernur Jendral Lord Minto mempercayakan kepada Thomas Stamford
Raflles sebagai kepala pemerintahan Inggris di Jawa dan daerah kekuasaan
Belanda lainnya yaitu Madura, Palembang, Makasar, Banjarmasin dan Maluku.
Raflles memulai tugasnya sebagai Letnan Gubernur pada tanggal 19 Oktober 1811 yang berkedudukan
di Jakarta.
5. Kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda
John
Fendall menyerahkan kekuasaan wilayah Indonesia ke pihak Belanda diterima
oleh sebuah komisi jendral. Komisi jendral ini terdiri atas 3 orang yaitu; Mr.
Elout, van der Capellen dan Buyskes.
Tugas komisi jendral sangat berat yaitu dituntut memperbaiki sistem
politik dan ekonomi. Sejak saat itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan
pemerintahan kolonial Belanda. Van der Capellen diangkat sebagai
Gubernur Jendral Hindia Belanda. Berbagai tantangan menghadang, seperti :
- Menghadapi perekonomian yang buruk
- Persaingan perdagangan dengan Inggris
- Sikap bangsa Indonesia yang memusuhi Belanda
Dengan demikian sudah dapat
diketahui secara kronologis bahwa awal terbentuknya kekuasaan kolonial di
Indonesia dipelopori kedatangan Portugis dan Spanyol di Maluku tahun 1512. VOC
mengambil alih posisi Portugis berkuasa di Indonesia, efektif sejak tahun
1641. Tongkat estafet kekuasaan di
Indonesia kemudian berturut-turut jatuh pada pihak Kerajaan Belanda, direbut
Inggris dan akhirnya cukup langgeng di bawah kekuasaan Kolonial Belanda sampai
pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, Wayan . 2000. Sejarah Nasional Indonesia dan
Umum 2, Jakarta: Penerbit Erlangga
Depdiknas. 2005. Materi
Pelatihan Terintegrasi IPS Sejarah. Jakarta: Direktorat PLP.
Edi S. Ekajati, Drs., 1985. Fatahillah Pahlawan Arif
Bijaksana. Jakarta: PT Mutiara Sumber
Widya.
KS, Tugiyono, Sutrisno Kutoyo, Alex Pelatta. 1984. Atlas
dan Lukisan Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta
: CV Baru
Kutoyo, Sutrisno, dkk. 1986. Sejarah Ekspedisi Pasukan
Sultan Agung ke Batavia. Jakarta:
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Latif, Drs. Chalid dan Drs. Irwin Lay. 1997. Atlas
Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakart: PT
Pembina Peraga.
Marwati Djoenet P. & Nugroho Noto Susanto. 1993. Sejarah
Nasional Indonesia VI. Jakarta:
Balai Pustaka
MD, Sagimun, 1985. Sultan Hasanudin Menentang V.O.C. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan
Lebudayaan.
Nanulaita, IO. 1985. Kapitan Patimura. Jakarta
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ricklefs, M.C., 2005. A History of Modern Indonesia
Since c. 1200. alih bahasa Satrio
Wahono dkk. Sejarah
Indonesia Modern 1200 – 2004,
Jakarta : PT Serambi Ilmu
Semesta.
Satia, Meta Candra. 1985. Sultan Baab Ullah Pengusir
Portugis dari Maluku, Jakarta :
C.V.
Muara Cipta.
Soeroto 1954. Indonesia Di Tengah-tengah Dunia dari
Abad ke Abad, Jakarta: Djambatan
Zen, MT. 1981. Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi.
Jakarta: Intermasa
Lengkap terimakasih
BalasHapusmantap wadadamdaw ansyikiwir makasih :v
BalasHapus