Total Tayangan Halaman

Rabu, 20 Maret 2013

TERBENTUKNYA KEKUASAAN KOLONIAL DI INDONESIA


Kehadiran Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda memiliki warna tersendiri dalam kerangka sejarah Indonesia sampai awal abad ke –20. Pada awalnya terjadi hubungan yang bersifat setara antara kerajaan dan masyarakat dengan bangsa Barat. Namun secara perlahan muncul ketimpangan hubungan, satu persatu sumber ekonomi dan kekuasaan politik wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh penguasa dan penduduk local, jatuh ke tangan Barat, terutama Belanda.

1.   Kekuasaan Bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia
            Pada tahun 1511, bangsa Portugis berhasil merebut dan menduduki Malaka. Dengan demikian Portugis dapat mengadakan perdagangan langsung dengan  daerah-daerah yang ada di Indonesia , seperti Hitu, Seram, Ternate, Ambon, Banda dan Timor.  Rakyat Hitu, Seram dan Ternate menyambut baik kedatangan Portugis pada tahun 1512. 
            Tanpa diduga, Spanyol muncul dari arah Filipina dengan dua kapal Trinidad dan Victoria yang dipimpin oleh kapten  Sebastian del Cano pada tahun 1521. Selanjutnya,
Spanyol menjalin hubungan dengan Tidore, saingan berat Ternate. Sultan Ternate memperkenankan Portugis mendirikan benteng Sao Paulo. Bagi Portugis manfaat benteng Sao Paulo untuk melindungi perdagangannya dan siap menghadapi Spanyol di Tidore. Portugis merasa tidak senang ada saingan dari bangsa Eropa yaitu Spanyol di Tidore. Bagi Ternate, keberadaan benteng Sao Paulo sebagai pelindung dari serangan musuh terutama saingan terdekatnya Tidore.
            Saat Portugis bersitegang dengan Spanyol, sisi lain, hubungan Ternate-Tidore semakin memanas. Ternate meminta jaminan dukungan terhadap Portugis untuk menghadapi Tidore.
Portugis dengan senang hati menyanggupi, dengan syarat mendapatkan  hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Akibatnya rakyat Ternate sangat dirugikan, mereka tidak lagi leluasa menjual rempah-rempah. Harga cengkeh dan pala, rempah-rempah utama di Ternate, ditetapkan oleh Portugis sangat rendah.
            Perselisihan Portugis dengan Spanyol di Maluku diakhiri dengan perjanjian Saragosa pada tanggal 22 April 1522. Isi perjanjian Saragosa merupakan kesepakatan perluasan garis demarkasi sampai Samudera Pasifik yang mengakibatkan Portugal memperoleh Philipina, namun kemudian dipertukarkan kepada Spanyol dengan ganti daerah di Amerika Latin, yakni daerah Brazil sebelah barat. Kesepakatan tindak lanjut adalah sebagai berikut :
  1. Pembagian wilayah operasi perdagangan , Spanyol kembali ke Filipina sedangkan Portugis tetap di Maluku.
  2. Berdasar isi perjanjian Tordesillas tahun 1494, Portugis memenuhi tuntutan Spanyol membayar ganti rugi 350.000 cruzados.
Tindakan Portugis di Maluku selain monopoli perdagangan, terhadap rakyat bertindak sewenang-wenang  dan kejam.  Bahkan tindakan Portugis cenderung untuk menguasai wilayah. Keadaan ini mengubah hubungan yang semula terjalin dengan baik berubah menjadi hubungan permusuhan. Puncak pertentangan terjadi setelah Portugis dengan licik membunuh Sultan Hairun, raja Ternate.


2.    Kekuasaan  VOC di Indonesia.
 
Pelayaran Cornelis de Houtman  sesampainya di Tanjung Harapan, tidak melalui pantai timur Afrika melainkan memilih menyebrang mengarungi Samudra Hindia. Pantai selatan Sumatra dijelajah terus ke timur, mendarat di Bandar Banten pada tahun 1596. Sempat terjadi perselisihan dengan penguasa Banten, de Houtman melanjutkan pelayarannya ke arah timur singgah di pantai utara Jawa dan Maluku. Setelah berhasil memborong rempah-rempah begitu banyak, kembalilah Cornelis de Houtman ke negerinya, Belanda dengan rasa puas.                                  Pada tahun 1598, penjelajahan Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck tiba di Banten. Mereka diterima dengan baik oleh penguasa Banten, juga pendaratan disepanjang pantai utara dan Maluku. Sejak ini, terjalin hubungan dagang dengan para pedagang Belanda yang semakin ramai. Dalam perkembangannya antar pedagang Belanda terjadi persaingan yang kian memanas. Untuk mengatasi persaingan yang rawan ini dibentuklah suatu kongsi dagang berupa persekutuan dagang India Timur atas prakarsa Johan van Oldenborneveld. Kongsi dagang ini dibentuk tanggal 20 Maret 1602 dengan nama  Vereenigde Oost Indische Compaqnie ( VOC ).
Tujuan pembentukan VOC sebenarnya tidak hanya untuk menghindari persaingan diantara pedagang Belanda, tetapi juga  :
  1. Menyaingi kongsi dagang Inggris di India, yaitu EIC ( East India Company ).
  2. Penguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan kerajaan-kerajaan.
  3. Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.

3.    Kekuasaan Pemerintah Kerajaan Belanda di Bawah kendali Perancis
            Pada akhir abad ke –18, VOC mengalami kemerosotan, akibat kerugian yang begitu besar dan utang berjumlah banyak. Hal ini diakibatkan dari   :
1.      Persaingan perdagangan dengan kongsi-kongsi lain dari bangsa Inggris dan Perancis.
2.      Penduduk Indonesia, terutama di Jawa telah menjadi miskin sehingga tidak mampu membeli barang-barang yang dijual VOC.
3.      Perdagangan gelap merajalela, menerobos monopoli perdagangan VOC.
4.      Pegawai-pegawai VOC banyak yang korupsi.
5.      Banyak biaya perang yang dikeluarkan untuk mengatasi perlawanan penduduk.
Akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan dengan  hutang 134,7 juta gulden. Hak dan kewajibannya diambil alih oleh pemerintah Republik Bataafsche di bawah kendali Perancis. Perubahan politik terjadi di Belanda dimana kekuasaan raja Willem V runtuh dikalahkan Perancis. Kaisar Perancis, Napoleon Bonaparte kemudian mengganti Republik Bataafsche menjadi kerajaan Holland di percayakan pada adiknya  raja Louis Napoleon. Akibat perubahan ketatanegaraan itu, Indonesia menjadi daerah kekuasaan kerajaan Holland ( kerajaan Belanda ). 
            Pada tahun 1808, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jendral untuk wilayah Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris.

4.   Kekuasaan Pemerintahan Inggris
            Sejak tahun 1795, Belanda terlibat perang dengan Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ambisi Napoleon berusaha keras untuk menguasai seluruh Eropa namun terganjal oleh ketangguhan Inggris. Bahkan Inggris justru mengancam Perancis dan seluruh sekutunya diluar Eropa akan diserang. Kawasan Indonesia adalah daerah koloni Belanda bawahan Napoleon, tidak luput dari ancaman pendudukan Inggris. Tugas berat yang diemban Daendels yang kemudian beralih ke Janssens untuk mengamankan pulau Jawa dari serangan Inggris ternyata gagal.
            Kongsi dagang  Inggris  bernama East India Company ( EIC ) berpusat di Calcuta, India dipimpin oleh Gubernur Jendral Lord Minto. Lord Minto membentuk expedisi Inggris untuk misi merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda ( kendali Perancis ) yang ada di wilayah Indonesia. Pertahanan Janssens tidak mampu menahan serangan armada Inggris. Kegagalan Jansssens berlanjut dengan penyerahan di Tuntang, yang kemudian dikenal dengan nama Kapitulasi Tuntang tahun 1811.  

Kapitulasi Tuntang tahun 1811, berisi   :
1.                        Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di wilayah Asia Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
2.                        Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
3.                        Pulau Jawa dan daerah kekuasaan Belanda lainnya, seperti  Madura, Palembang, Makasar , Banjarmasin dan Maluku diserahkan kepada Inggris.
  
            Sejak tahun 1811, Indonesia berada dibawah kekuasaan Inggris, dijajah oleh EIC. Gubernur Jendral Lord Minto mempercayakan kepada Thomas Stamford Raflles sebagai kepala pemerintahan Inggris di Jawa dan daerah kekuasaan Belanda lainnya yaitu Madura, Palembang, Makasar, Banjarmasin dan Maluku. Raflles memulai tugasnya sebagai Letnan Gubernur  pada tanggal 19 Oktober 1811 yang berkedudukan di Jakarta.

5.   Kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda
            John Fendall menyerahkan kekuasaan wilayah Indonesia ke pihak Belanda diterima oleh sebuah komisi jendral. Komisi jendral ini terdiri atas 3 orang yaitu; Mr. Elout, van der Capellen dan Buyskes.  Tugas komisi jendral sangat berat yaitu dituntut memperbaiki sistem politik dan ekonomi. Sejak saat itu, Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda. Van der Capellen diangkat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda. Berbagai tantangan menghadang, seperti  :
  1. Menghadapi perekonomian yang buruk
  2. Persaingan perdagangan dengan Inggris
  3. Sikap bangsa Indonesia yang memusuhi Belanda
            Dengan demikian sudah dapat diketahui secara kronologis bahwa awal terbentuknya kekuasaan kolonial di Indonesia dipelopori kedatangan Portugis dan Spanyol di Maluku tahun 1512. VOC mengambil alih posisi Portugis berkuasa di Indonesia, efektif sejak tahun 1641.  Tongkat estafet kekuasaan di Indonesia kemudian berturut-turut jatuh pada pihak Kerajaan Belanda, direbut Inggris dan akhirnya cukup langgeng di bawah kekuasaan Kolonial Belanda sampai pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942.

 

DAFTAR PUSTAKA


Badrika, Wayan . 2000. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 2, Jakarta: Penerbit Erlangga

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi IPS Sejarah. Jakarta: Direktorat PLP.

Edi S. Ekajati, Drs., 1985. Fatahillah Pahlawan Arif Bijaksana. Jakarta: PT Mutiara Sumber
             Widya.

KS, Tugiyono, Sutrisno Kutoyo, Alex Pelatta. 1984. Atlas dan Lukisan Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta : CV Baru

Kutoyo, Sutrisno, dkk. 1986. Sejarah Ekspedisi Pasukan Sultan Agung ke Batavia. Jakarta:
           Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Latif, Drs. Chalid dan Drs. Irwin Lay. 1997. Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia. Jakart: PT
Pembina Peraga.

Marwati Djoenet P. & Nugroho Noto Susanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia VI.        Jakarta: Balai Pustaka

MD, Sagimun, 1985. Sultan Hasanudin Menentang V.O.C.  Jakarta : Departemen Pendidikan
           dan Lebudayaan.

Nanulaita, IO. 1985. Kapitan Patimura. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ricklefs, M.C., 2005. A History of Modern Indonesia Since c. 1200.  alih bahasa  Satrio
Wahono dkk. Sejarah Indonesia Modern  1200 – 2004, Jakarta : PT Serambi Ilmu
Semesta.

Satia, Meta Candra. 1985. Sultan Baab Ullah Pengusir Portugis dari Maluku, Jakarta :  C.V.
Muara Cipta.

Soeroto 1954. Indonesia Di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad, Jakarta: Djambatan

Zen, MT. 1981. Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi. Jakarta: Intermasa

 

2 komentar: