2.
Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik .
3.
Empat raja di Jawa Tengah ( Kasunanan Surakarta,
Mangkunegaran, Kasultanan dan Pakualaman Jogyakarta) menyatakan dukungan mereka
kepada Republik pada awal September 1945.
Dukungan
terhadap Negara dan Pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan
pemuda. Beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan
terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia antara lain :
1. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat
Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah menteri. Untuk
menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan
pidato:
Makna
penting yang dapat diambil dari rapat raksasa di lapangan Ikada tanggal 19
September 1945:
§
Mempertemukan Pemerintah Republik Indonesia yang
baru berusia sebulan dengan rakyat dan memberikan kepada rakyat kepercayaan
kepada potensinya sendiri
§
Perwujudan pertama kewibawaan Pemerintah
Republik Indonesia kepada rakyatnya
2. Terjadinya Insiden Bendera di Hotel Yamato,
Surabaya.
3. Di Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan
kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10
pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang
melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan
aset dan kantornya kepada orang Indonesia.
4. Bandung
.
5. Sumatera Selatan
Dukungan dan
perebutan kekuasaan terjadi di Sumatera Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945,
ketika residen Sumatera Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu
dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai,
para pegawai kembali ke kantornya masing-masing.
Pada hari itu juga
diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni
kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa
insiden, sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
6. Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19
Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di
Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujung Pandang, Gubernur segera membentuk
pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah.
Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu berhati-hati, para pemuda
mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio
radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan
Berani Mati ( Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar
SMP.
Pada tanggal 28
Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut pasukan
Australia yang telah ada, bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa
tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
7. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan
kedaulatan di Sulawei Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai
di wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Pebruari 1946, para pemuda Indonesia
anggota KNIL tergabung dalam Pasukan
Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di
Teling, Menado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia
antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, G.E. Duhan.
Di sisi lain mereka juga
menahan Komandan Garnisun Menado dan semua pasukan Belanda di Teling dan
penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas
Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut
dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di Jogyakarta dan mengeluarkan
Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk
tanggal 16 Pebruari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian.
8. Kalimantan
9.
Gorontalo
Pada tanggal 13
September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas
Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin
Republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
10. Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai
organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI), pada akhir
Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui
perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13
Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari
tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
Pemerintah belum
membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik. Mengingat pembentukan tentara yang bersifat
nasional akan mengundang sikap bermusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut
perhitungan kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan sekutu dan
Jepang.
Sementara itu para
pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR, dan menghendaki pembentukan tentara
nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan
perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik
Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI) dan lainnya.
Pada tanggal 5 Oktober
1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara
Keamanan Rakyat ( TKR ). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Dengan dasar
maklumat pemerintah tersebut segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip
Soemohardjo dengan kedudukan di Yogyakarta. Di pulau Jawa terbentuk 10 Divisi
dan di Sumatera 6 Devisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang
begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi
segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Soepriyadi yang ditunjuk sebagai
pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan November 1945
atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi
TKR yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Devisi V/
Banyumas. Sebulan kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik
sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal. Oerip Soemohardjo tetap
menduduki jabatan lamanya Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal (
Letjen ).
Terpilihnya Soedirman
merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan pertahanan keamanan.
Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia ( TRI ).
Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia ( TNI
). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun,
mengkonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan.
TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah, melainkan alat rakyat,
alat “revolusi” dan alat bangsa Indonesia.
Langkah selanjutnya di daerah dibentuk Komite Nasional Daerah. KNI
Daerah bersama dengan pemuda dan BKR memegang peran yang penting dalam
mengambilalih kekuasaan Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar