Total Tayangan Halaman

Jumat, 20 Januari 2012

MITOS RATU ADIL


Jaka Tingkir dan Mitos penguasa Jawa



Muncul dan Perkembangannya
 di Tanah Jawa


A.   PENDAHULUAN
enurutRatu Adil        
Sebagai sebuah ideologi, maka faham Ratu Adil (millenarianisme) atau Juru Selamat (mesianisme) dalam “perjuangan” atau aplikasinya menampakkan strutur yang matang. Inilah sebabnya, pada masa lalu gerakan-gerakan keagamaan yang telah diramu dengan faham Ratu Adil merupakan ancaman yang sangat potensial bagi rezim kolonial. Sementara dipihak lain, terdorong oleh ketakutan pemerintah kolonial terhadap kekuatan-kekuatan spiritual (Islamofobi) -- dan sesuai pula dengan politik devide et impera -- maka gerakan-gerakan tadi disamakan dengan gerakan revolusioner atau gerakan anti asing yang harus diberantas secara tuntas. 
            Gerakan-gerakan tersebut merupakan alat perjuangan “kelompok terjajah”  terhadap penjajah atau kelompok yang dianggap menjajah. Dalam perjuangan tersebut, selalu ditampilkan ciri-ciri khusus, baik yang menyangkut watak pimpinan, pola ideologi, maupun sistem kepercayaannya. 
            Seorang pemimpin agama selalu dianggap sebagai prophet, guru, dukun, tukang sihir atau utusan mesias, serta diakui diilhami oleh wahyu atau wangsit.  Tokoh-tokoh prophetic dipercaya sebagai orang-orang suci yang memiliki kekuatan gaib yang didasarkan pada pembawaan karisma seperti wahyu, keramat atau sakti.  Adapun pola ideologi semua gerakan keagamaan ialah penolakan terhadap situasi yang ada dan harapan akan datangnya millenium, yang akan menciptakan masyarakat ideal dan romantis, tiada lagi pertentangan, ketidakadilan dan penderitaan, serta tidak akan ada penyakit dan pencuri. 
            Unsur-unsur millenium ini sebetulnya sudah ada sebelum datangnya pengaruh Barat, hanya saja belum menemukan saluran implementasinya. Dan setelah bangsa Barat datang, barulah gerakan millenium ini mampu membangkitkan daya potensi revolusioner yang besar untuk menolah, mencegah atau menghilangkan perubahan-perubahan sosial yang dihasilkan oleh masuknya kekuasaan Barat seperti rasa permusuhan antara sesama bangsa, terpengaruhnya pejabat keagamaan oleh orang tak beriman (orang Eropa selalu dianggap kafir), dan sebagainya. 
            Disinilah sistem kepercayaan menampakkan peran yang sangat besar dalam memotivasi suatu gerakan. Ide-ide tentang perang sabil atau perang suci secara luar biasa mendorong militansi dikalangan pemeluk agama (Islam), sehingga mereka dengan sukarela menyerang orang kafir dan semua situasi dan kondisi yang diciptakan oleh orang asing. Meskipun demikian, untuk dapat mengerti arti yang sebenarnya tentang gerakan keagamaan di Jawa, haruslah diperhatikan aspek nativistic mereka. Aspek ini menjanjikan datangnya bumi pertiwi yang telah pulih, tidak akan ada orang kulit putih, serta akan diperintah oleh dinasti lama. 
            Contoh-contoh gerakan Ratu Adil yang bersifat keagamaan dapat ditunjukkan antara lain adalah peristiwa Nyi Aciah di Sunda (1870 - 1871), kasus Jumadilkubra di Pekalongan dan Banyumas tahun 1871, peristiwa Jasmani di Jawa Timur tahun 1887, dan masih banyak lagi yang lain, namun intinya sama, yaitu bahwa seseorang yang mendapat wahyu kemudian mengajak warga desa untuk mengadakan “pemberontakan” terhadap kekuasaan Eropa, dengan akibat ditumpasnya gerakan itu dengan kejam. 
            Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa gerakan-gerakan keagamaan pada umumnya menyandang watak reaksi total yaitu menolak kehadiran Eropa. Dengan demikian, millenarianisme pada asasnya berwatak revolusioner karena berkaitan dengan perombakan status quo secara total. Adapun alat yang dipakai sebagai dasar gerakan tersebut adalah agama, jadi sifatnya religius. 


B.   MUNCULNYA MITOS RATU ADIL

            Sejak kapan mitos Ratu Adil  muncul masih butuh penelitian dan pengkajian mendalam.  Namun bisa diperkirakan semasa dengan lahirnya ‘Jangka Jayabaya’ dan ceritera mitos tentang ‘Sabdapalon Nayagenggong’.  Bila dirunut melalui literatur Jawa yang ada, maka lahirnya mitos-mitos tersebut pada jaman ‘Kapujanggan’ di Keraton Surakarta.  Suatu masa yang bisa disebut sebagai ‘jaman keemasan Jawa’ di bidang sastra, budaya, dan merupakan ‘kebangkitan’ spiritualisme Jawa.  
Jaman kapujanggan dapat disebut sebagai ‘masa kebangkitan spiritualisme Jawa’ dengan alasan bahwa di jaman itu para pujangga telah menghasilkan karya-karya sastra spiritual Jawa melanjutkan ‘kesadaran Jawa’ yang dirintis pada jaman Sultan Agung.  Dimana pada pemerintahan Suiltan Agung ini mulai disusun kembali: aksara Jawa ‘hanacaraka’, kalender Jawa, dan piwulang spiritualisme Jawa ‘Sastra Gendhing’ yang esensinya sebagai symbol. Simbolisme sangat menonjol peranannya terutama terkait dengan  religi  (Budiono Herusatoto. 1983 :26-29).   
Kepiawaian para pujangga bahwa karya-karyanya selalu dirujukkan ke masa sebelumnya.  Baik masa masuknya budaya dan peradaban Hindu-Buddha maupun masa mulai masuknya budaya dan peradaban Islam.  Termasuk kepiawaian tersebut, para pujangga selalu ‘mengakukan’ karyaciptanya sebagai karya para wali atau raja yang berkuasa.  Hal ini seperti melanjutkan tradisi para empu-empu penyusun kitab-kitab kakawin yang selalu menyatakan karyanya atas perintah raja.  
Menariknya, ketika kita kaji karya sastra yang ‘nyebal’, para pujangga tidak pernah mencantumkan jatidirinya atau menggunakan nama samaran.  Contohnya: Serat Darmagandhul dan Gatholoco, pujangganya menyebut dirinya ‘Ki Kalamwadi’ yang arti harfiahnya kemaluan laki-laki (penis).  Sedang karya sastra yang mewacanakan mitos Ratu Adil tidak diketahui penulisnya.  Kalau toh kemudian muncul ‘nama-nama dugaan’ adalah asumsi-asumsi dari para peneliti.             
            Mitos Ratu Adil kemudian banyak disinggungkan dengan cerita ramalan yang populer dengan sebutan ‘Jangka Jayabaya’.  Dan ketika muncul kemudian tentang mitos ‘Sabdapalon Nayagenggong’, wacana datangnya Ratu Adil disinggungkan dengan mitos ‘Satria Piningit’.  Hal ini nampak jelas termuat dalam ‘Serat Darmagandhul’, dimana disebutkan bahwa ‘Satria Piningit’ yang akan mengentaskan Jawa adalah momongan ‘Sabdapalon Nayagenggong’
 Pada perkembangan selanjutnya, para peneliti Muslim menduga bahwa mitos Ratu Adil sebagai pengadopsian kepercayaan akan hadirnya ‘Imam Mahdi’ yang akan muncul kembali menjelang datangnya hari kiamat nanti.   Sedang wacana hadirnya Ratu Adil yang disinggungkan dengan Yesus Kristus yang akan turun kembali dan Imam Mahdi yang juga akan muncul kembali kiranya terlalu berlebihan.  Masalahnya, turunnya Yesus dan munculnya Imam Mahadi berkaitan dengan akan datangnya hari kiamat.  Sementara mitos Ratu Adil (Jangka Jayabaya, Sabdapalon Nayagenggong, dll.) adalah wacana ‘kerinduan’ umat Jawa akan hadirnya suatu ‘pemerintahan negara’ yang adil dan mampu mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.  Suatu kerinduan yang membumi dan mungkin terjadi. Kenyataan sejarah, pada jaman sebelumnya Jawa pernah mencapai ‘pemerintahan negara’ yang dirindukan rakyat tersebut.  Pada serat-serat kapujanggan, jaman keemasan Jawa disebutkan pada jaman Jayabaya (Kediri) dan Brawijaya (Majapahit).
 Ketika internalisasi bernegara sudah berjalan lama, maka rakyat Jawa berpandangan bahwa negara adalah kanugrahan (berkah) dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Bukan sekedar kontrak politik sebagaimana teori modern dari Barat. Dipandang sebagai berkah, maka negara mestinya dipimpin seorang ratu yang adil dan arif bijaksana.  Pada wacana inilah, Jawa memandang bahwa pemimpin negara adalah orang yang ‘kewahyon’.  Ketika pemimpin bukan yang ‘kewahyon’, maka tidak  akan banyak membawa ‘berkah’ bagi  rakyat Jawa.
Persoalan hingga lahir mitos Ratu Adil, bahwa pada kenyataannya pemerintah keraton dan penjajah Hindia Belanda jaman itu, jauh dari criteria adil dan bijaksana.  Sementara rakyat yang mendambakan perubahan sudah tidak memiliki daya dan kekuatan. Demikian pula para ‘sujana sarjana’ (pujangga) yang hatinya berpihak kepada rakyat dibatasi ruang geraknya.  Maka kemudian mereka menggulirkan wacana ‘pemberontakan’ dengan melahirkan mitos akan hadirnya  Ratu Adil. Dengan demikian, mitos Ratu Adil bisa kita asumsikan sebagai ‘pemberontakan’ kaum cerdik pandai Jawa dalam mengupayakan perubahan sosial masyarakat.
Di jaman ini, meski tidak ada upaya pemberdayaan apapun, mitos akan hadirnya Ratu Adil tetap ada di sanubari rakyat tertindas, terpinggirkan, dan terabaikan.  Getaran mitos tersebut secara alamiah akan semakin berkobar yang makna harfiahnya: kecewa terhadap pemerintahan yang ada.
Oleh karena itu, ‘Mitos Ratu Adil’ yang masih dipercayai rakyat akan memelihara sikap kritis terhadap keadaan negara dan bangsa yang sangat jauh citranya sebagaimana yang ada pada nurani rakyat, ‘negara adalah berkah Tuhan’. Pada dasarnya, mitos Ratu Adil bisa dijadikan tema gerakan rakyat untuk bisa menghadirkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar negarawan.  Peluangnya ada, karena sistim rekruting pemimpin secara pemilihan langsung oleh rakyat.  Persoalannya, bagaimana menanamkan kesadaran kepada rakyat pemilih untuk bisa memberikan suara kepada tokoh pilihan yang negarawan tersebut.  Untuk itu, penting diinternalisasikan piwulang dalam Serat Wulangreh yang mengarahkan untuk memilih pemimpin yang bukan botoh, durjana, pemadat, dan orang berjiwa bakul saudagar.

C.   SASMITA RATU ADIL DALAM KITAB JANGKA JAYABAYA

Siliwangi: Raaamalan Jayabaya
Ada banyak kitab atau serat karya Joyoboyo. Dari sekian banyak kitab itu, beberapa ahli meragukan sejumlah kitab itu adalah benar karya asli Joyoboyo. Namun, masyarakat tak pernah ambil pusing dengan kebenaran itu, sebagaimana rakyat tak pernah memusingkan siapa yang akan menjadi presiden. Terpenting adalah situasi kembali makmur dan serba menyenangkan. Dalam kondisi psikologis seperti itu, ramalan Joyoboyo lalu lebih dicermati pada isi. Bukan, pada keaslian naskah dan pengarangnya. Apa isi ramalan Joyoboyo itu?
Salah sebuah kitab Joyoboyo yang terkenal adalah Kitab Jangka Tanah Jawa. Kitab ini merupakan satu dari sekian banyak kitab Joyoboyo yang berisi ramalan dan babad atau kisah di masanya. Sehingga, untuk memahami sepenuhnya isi dari Jangka Tanah Jawa ini memang harus pula menyimak kitab-kitab lainnya. Namun demikian, setidaknya dengan memenggal satu bagian dari isi kitab Jangka Tanah Jawa tersebut, akan diperoleh jawaban dari kegelisahan masyarakat sekarang, yang menunggu-nunggu kedatangan Ratu Adil.
Jangka Tanah Jawa Joyoboyo adalah kitab yang berisi ramalan masa datang. Terbagi dalam tiga zaman besar. Kali Swara, Kali Yoga dan Kali Sangara. Tiga zaman besar ini masing-masing terbagi lagi dalam tujuh zaman kecil. Masing-masing zaman kecil berlangsung selama 100 tahun. Zaman tersebut dimulai sejak pulau Jawa diisi oleh manusia, yang dalam Kitab Musarar disebutkan dari negeri Arab atas perintah Sultan Rum dan dibawa melalui utusannya, Ngali Samsujen.
Dalam kitab itu, disebutkan pula Ngali Samsujen adalah guru Joyoboyo. Dari Ngali Samsujen itulah Joyoboyo mendapatkan keahlian untuk merangkai sejumlah kitab jongko atau ramalan. Nah, dalam Kitab Jangka Tanah Jawa, lalu meletus ramalan akan datangnya Ratu Adil, Ratu Erucokro, Satrio Piningit, yang kian meledak ketika kitab tersebut digubah kembali pada zaman Mataram Surakarta, oleh RNg. Ronggowarsito. Sejak itulah, Ratu Adil senantiasa menghiasi jagat Nusantara pada setiap keadaan negara dalam ketidak-pastian.
Dalam Jangka Tanah Jawa, disebutkan Ratu Adil Erucokro akan muncul pada Zaman Kolosubo. Zaman ini merupakan zaman kecil kelima dari tujuh zaman di Zaman Sangara. Kemunculan Ratu Adil disebutkan tidak terduga. Sebelum muncul, tak ada orang yang menyangka. Merupakan kehendak Tuhan dan karena itu tak ada yang mampu menghalangi. Sangat mungkin, definisi Ratu Adil ini yang membuat pengertian Ratu Adil beralih istilah menjadi Satrio Piningit, yang berarti satrio yang masih tersembunyi dan akan muncul karena kehendak Illahi.
Kemunculan Ratu Adil di Zaman Kolosubo akan mengakhiri segala derita di Zaman Kolobendhu, yang merupakan zaman serba kacau. Penuh dengan orang orang kejam yang hanya mementingkan urusan sendiri. Memuliakan harta daripada norma kebaikan, dan karena itu timbul kemelaratan luar biasa. Jarak si miskin dan si kaya sungguh tak terperikan. Di tengah keadaan kacau seperti itulah kemudian muncul harapan akan datangnya sosok Ratu Adil, yang selalu berulang di setiap zaman seperti sekarang.
Tetapi, sungguhkah Ratu Adil itu akan datang pada setiap Zaman Kolosubo? Jika berpegang pada definisi Ratu Adil yang serba tak terduga dan merupakan kehendak Tuhan, sekiranya Ratu Adil itu memang akan benar muncul. Pasalnya, bukankah tak ada yang tak mungkin bagi Sang Hyang Penguasa Jagat Alam ini? Pada realitas inilah Ratu Adil tetap berada di kegelapan misteri, yang pada perkembangannya kini menemukan julukannya yang sangat tepat, Satrio Piningit.
Jangka Tanah Jawa Joyoboyo menjadi langgeng bukan karena isi ramalannya yang selalu aktual di setiap zaman. Tetapi, juga karena ada peran pujangga yang melestarikannya. Sebagaimana telah umum diketahui, Ronggowarsito secara khusus menyadur kembali bagian kitab yang menyoal tentang Zaman Kolobendhu. Pujangga legendaris dari zaman Mataram Surakarta itu menyebut Zaman Kolobendhu sebagai Zaman Edan.
Apa yang terjadi di Zaman Kolobendhu dan disebut oleh Ronggowarsito sebagai zaman edan itu terdapat dalam Serat Kalatidha. Ada pun dalam Serat Sabda Jati, zaman edan itu disebut Zaman Pakewuh atau Kolobendhu. Semua terhubung atau memiliki kemiripan dengan Zaman Kolobendhu dalam Jangka Tanah Jawa Joyoboyo. Akhir dari zaman edan Ronggowarsito pun juga disebutkan nanti pada Zaman Kolosubo, dengan kemunculan Ratu Adil.
Hal paling berbeda dari kedua ramalan pujangga besar Nusantara ini adalah latar belakangnya. Jika Joyoboyo menguraikan ramalannya di tengah zaman para raja Hindu, Ronggowarsito menuliskannya di tengah perubahan zaman kerajaan menuju zaman kenegaraan. Kolonialisme Belanda menjadi latar belakang sosial, ekonomi, politik, budaya dan kegamaan dalam ramalan Zaman Edan Ronggowarsito. Bahkan, menyangkut kejayaan kedua tokoh tersebut, pun masing-masing bisa meramalkan akhir kejayaannya.
Ronggowarsito disebut-sebut mampu meramalkan waktu kematiannya sendiri, delapan hari sebelumnya. Sementara dalam Kitab Musarar, disebutkan Joyoboyo telah mengetahui hanya tinggal tiga kali saja masa kejayaannya. Sesudah tiga kali itu, kerajaannya akan digantikan orang lain. Ini terdapat pada Kitab Musarar, tembang Asmaradana, bait ketujuh: Prakara tingkahe nenggih, Kari ping telu lan para, Nuli cepet keprabone, Dene ta nuli sinelan, Liyane teka para, Sang Prabu lajeng andeku, Wus wikan titah Bathara.


D.   PERKEMBANGAN MITOS RATU ADIL
Istilah milenarisme mencakup berbagai macam gerakan revolusioner primitif yang kerap kali muncul dikalangan bangsa atau golongan yang kurang berpendidikan. Penganut gerakan milenaristis percaya bahwa akan segera tiba masyarakat yang seluruhnya baru yang akan melenyapkan kekurangan yang ada sekaligus. Dalam hal ini kita menghadapi harapan akan kebahagiaan yang sangat naif, keyakinan buta akan tibanya seorang juru selamat yang akan membawa langit serta bumi baru.
Di Indonesia milenarisme sudah dikenal. Gejala ini sudah terdapat dalam periode Jawa-Hindu dalam sejarah Indonesia. Kebanyakan gerakan milenaristis di Indonesia mesianistis sifatnya, yaitu orang percaya bahwa akan tercipta suatu negara bahagia olleh seorang juru selamat adikodrati atau mesias. Sang mesias dalam tradisi milenarisme Jawa adalah tokoh yang dikenal sebagai Ratu Adil, yang pada suatu ketika akan datang membawa kemerdekaan dan kemakmuran yang berlimpah.
Gambaran tentang juru selamat yang menjadi raja sudah lama kita dapati dalam sejarah Jawa. Schrieke memberi banyak contoh dalam sastra klasik Jawa-Hindu tentang raja-raja yang dianggap sebagai juru selamat. Kebanyakannya sebagai penjelmaan Dewa Wishnu. Ramalan yang paling terkenal tentang datangnya seorang Ratu Adil adalah ramalan Jayabaya, yang dinyatakan berasal dari raja abad ke-12 yang memakai nama yang sama dari kerajaan Kediri. Ramalan-ramalan Jayabaya muncul dalam paruh kedua abad yang lalu, dengan banyak macam versinya.
Selanjutnya gerakan milenarisme di Indonesia mempunyai ciri yang dalam kepustakaan tentang gerakan sosial primitive yang disebut juga dengan istilah “Nativisme”. Pengertian ini mencakup berbagai gejala yang menunjukkan adanya kebencian yang kuat terhadap penguasa asing yang dianggap bertanggung jawab akan keruntuhan masyarakat yang sekarang berlangsung dan hasrat untuk kembali kepada masyarakat masa sebelum tibanya orang asing yang biasanya sangat diidamkan.
Di Jawa hasrat nativistis akan pemulihan masyarakat tradisional ini tertuju pada kerajaan-kerajaan Jawa dahulu kala. Kebencian terhadap penjajah asing ada kalanya menghasilkan upaya-upaya bersenjata untuk mengusir mereka, tetapi karena persiapan yang buruk upaya tersebut selalu gagal. Milenarisme Indonesia juga telah mengalami pengaruh Islam yang kuat. Agama Islam mengenal ajaran eskatologi yang menyatakan bahwa masyarakat yang sempurna akan dibawa oleh mesias Islam, Sang Mahdi. Harapan akan kedatangan Mahdi telah merasuk agak dini, kira-kira sejak abad tujuh belas, dan berbaur dengan ajaran dan harapan-harapan Hindu-Jawa.
Di Indonesia perbauran antara gerakan milenaristis dan gerakan sosial modern muncul dalam gerakan Serekat Islam, yang pada dasarnya memperlihatkan sifat-sifat milenaristis yang kuat, seraya di “bangunan atas” ia merupakan gerakan yang modern dan rasional walaupun tidak merupakan gerakan sosial yang revolusioner. Seperti telah dikemukakan bahwa dalam tradisi Jawa yang milenaristis tokoh mesias-raja memainkan peranan penting. Hal ini kita lihat juga dalam milenarisme yang terjalin dalam Serikat Islam di Jawa.
Harapan yang ditimbulkan atau digerakkan oleh Serikat Islam akan datangnya mesias-raja kebanyakan tertuju kepada keraton Surakarta. Kenyataan bahwa Serikat Islam timbul di ibukota kerajaan ini memainkan peranan yang sangat penting. Harapan mesianistis dalam rangka Serekat Islam sesungguhnya tidak hanya tertuju kepada Susuhunan Surakarta. Beberapa kali kita jumpai pula contoh tentang harapan yang tertuju pada Mangkunegara. Residen Surakarta menyatakan bahwa pada kongres Serekat Islam di Surakarta pada tahun 1913, tersebar desas-desus bahwa H. Samanhudi bertindak sebagai utusan susuhunan disana, hal yang sama pula terjadi dengan beredarnya cerita tentang Tjokroaminoto di sekitar Sidoarjo, daerah Surabaya.
Pemimpin-pemimpin Serekat Islam kadang-kadang menjadi tumpuan harapan mesianistis. Hal ini terutama berlaku bagi Tjokroaminoto. Juga Goenawan menimbulkan harapan demikian pada rakyat Sumatra Selatan. Mengenai Tjokroaminoto sendiri, Bupati Surabaya menyebutkan dalam suatu nota tentang gerakan Serekat Islam: keterangan saksi yang menyatakan bahwa Tjokroaminoto sebagai “raja” Serekat Islam. Dalam kedudukan ini orang menghubungkannya dengan raja yang akan datang yang menurut ramalan Jayabaya pasti akan tiba. Di Jawa Barat diumumkan bahwa Tjokroaminoto-lah yang akan menjadi raja Jawa yang baru. Juga terdapat suatu laporan saksi mata tentang bagaimana Tjokroaminoto disambut oleh rakyat Situbondo dan sekitarnya, diJawa Timur yang memberikan kesan kuat bahwa Sang juru selamat-lah yang disambut, bukan pemimpin utama Serekat Islam. Laporan ini dibuat oleh H. Agus Salim. Bagaimana reaksi sikap pemimpin Serekat Islam terhadap gejala milenaristis dalam gerakan tersebut..?? Pada umumnya mereka menolak. Laporan H. Agus Salim tentang penyambutan Tjokroaminoto oleh rakyat Situbondo merupakan bukti bahwa Tjokroaminoto tidak menerima peranan mesias yang diberikan orang kepadanya.
Tjokroaminoto
 Dalam pidatonya pada kongres di Bandung tahun 1916 Tjokroaminoto berkata, “walaupun hati kita penuh dengan harapan dan hasrat yang agung, tidak pernah kita bermimpi akan datangnya seorang ratu adil, atau keadaan-keadaan lain yang mustahil.” Pada kesempatan yang sama seorang pemimpin Serekat Islam yang lain memperingatkan rakyat agar jangan mempercayai omongan para propagandis milenaristis. Mereka mengingatkan kepada suatu pemberontakan milenaristis terkenal “yang banyak menumpahkan darah orang yang tidak berdosa.” (pemberontakan Gedangan, 1904 disekitar Sidoarjo, Jawa Timur) Redaksi Kaoem Moeda pada bulan oktober 1914 memperingatkan pengaruh yang merusak dari suatu tulisan milenaristis Islam yang tersebar disekitar Manonjaya (Priangan), dan dengan tegas menyatakan bahwa Serekat Islam tidak punya urusan apa-apa dengTjokroaminotoan masalah ini.

E.   PENUTUP

            Mitos Ratu Adil bila kita selisik mendalam adalah ungkapan pujangga yang mewakili ‘suara rakyat tertindas’.  Atau bisa disejajarkan dengan wacana yang digulirkan Bung Karno, ‘Amanat Penderitaan Rakyat’ (Ampera). Maka dengan sendirinya mitos tersebut akan selalu hidup di batin rakyat yang mendambakan pemerintahan negara yang berpihak kepada nasibnya.  
Ratu Adil menurut Sartono adalah milenarianisme, mesianisme, nativisme dan kepercayaan akan datangnya 'perang suci'. Jika pun terdapat perbedaan hal itu coraknya pasti lebih sinkretis dalam konteks karakterisasi tadi. Maka itu, Sartono berkesimpulan bahwa gerakan Ratu Adil akan tetap bertahan kontinyu sepanjang masa dan kuat fleksibilitasnya terhadap situasi baru. "Kemampuan penyesuaian diri kreatif ini berarti, gerakan melinarianistik di Jawa dapat mempertahankan kepopulerannya secara tak terbatas" demikian Sartono. Dirujuknya realitas seputar peristiwa 1965 di mana tampak keberlangsungan, bukan hanya mitos tetapi etos Ratu Adil di kalangan masyarakat petani; yang dimanfaatkan secara cerdik oleh PKI/BTI.



DAFTAR PUSTAKA
  

Budiono Herusatoto. 1983. Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta : Penerbit
            PT Hanindita

Clifford Geertz. 1989.  Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta :
Pustaka Jaya
Koko T. Menggali Sasmita Ratu Adil Dalam Kitab Jangka Joyoboyo http://www.geocities.com/ koko T./.rtf.   Selasa, 17 Maret 2009

Nurahmad.  Menelisik Misteri Sabdo palon

Sartono Kartodirdjo. 1984. Pemberontakan Petani Banten 1888, Jakarta : Pustaka
Jaya

2 komentar:

  1. AQ IBUNDA AFRIDA RATU RUMAH TANGGA..YG BRTINGKAT DUA INDAHNYA CINTA DR SUAMI.LG DSAYANG PARA PUTRA2 BRJIWA DEWA.MALAIKAT.NABI SMPAI.PNJAPA NERAKA SYURGA MNGASIHIKU.SANG RATU TNP TRSAINGI DR AWAL BUMI SMPAI AHIR NNTI.JAMINAN ITU KT SMUA SDH TAHU..LUPA?DHATIKU MEMERI 99 ASMA ASMINDAH QU ALLAH PRKASAKAN BAGIKU YG DSAYANG ALLAH.BILA IBUNDA KALIAN TRPELESETKAN SEYTAN KRN TROBSESI BC WIHANA KBUN BINATANG YG MNGAUM..BUNDA TURUT MNGAUM..ITULAH SEORANG BUNDA SJATI LG PRKASA LG SJUTA BNTANG DR RAHIMNYA….NASEHATI IBU BL DARAH TINGGINYA LAKSANA GUNUNG MAU MLETUS…SERAM SKALI ZAMAN KINI..UDAH GAK BS BRKARYA.RAME2 NGANCURI HATI IBUNYA..SKALI TAMPARAN TANGANKU KPIPIMU..MMBUAT KAU DIAMPUNI.TAMPARANKU SJ ADALAH KBRKAHAN BUAT KLIAN.YG SOPAN YAA.KLIAN FIKIR AQ SUKA DNGN TGS2 DR ILLAHIYAH KINI…APA HARUS KUPANGGIL UVO SKARANG KUPERGI BRANGKAT KAMI SKLUARGA KSURGA..!!SAYANGI IBU..IBU LAKSANA MADU..MADU ITU SEHAT..RACUN BS DBUANG…IBU?..DIINGATKAN DNGN PNUH HORMAT.SBB IBU ITU AGUUUNG …USIAKU 39 TAHUN..PNUH EMOTIONAL CINTA.MARAH.BRCINA.LETIHPUN BRCINTA.ISENG BRCANDAPUN.BRCINA.DLM TIDURPUN BRCINTA…JD AQ HRUS NINGGALIN KALIAN BUAT SYEITAN PD TRTAWA MNANG…SYEITAN!IBLIS DMIT .KAN DAH PD BRTOBAT KABARNYA..MUNGKAR LG SM MAMI MONSTER AFRICA JULUKAN INDAH DR KALIAN.DAH SIAP MLAWAN IBU?KOK LG2..LG2..BAIK KUJADIKAN MRK SUKSES KALIAN BW KENERAKA..MANUSIA2 DNGN SJNGKAL2 FIKIRANNYA…APA KT HRUS SLURUHNY GAK DSAYANG ALLAH LG.HAAH..DAH JLAS BUNDANYA BLAKANGAN KURANG TIDUR.BUKANNYA SUPORT IBU ..MALAH SBALIKNYA.HARGAI SMANGAT SUCI SSAMA.YOK KT SM2 ISTIGFAR…MAAFKAN IBU YA ANAK2 BANGSA..IBU JANJI.SMPAI MATI.IBU TTAP SBGAI PNGUASA HNY TRHADAP RUMAH TANGGANYA SJ…AQ BRSUKUR PD PARA SETAN JG BUATKU KMBALI AWAL.ISTR4 YG DIPINGIT DPLUKAN SUAMI DOOOAAAANG..INI KBNARAN KBRSAMAAN DIDUNIA MAYE2MAY2..BLAJAR SMBIL MNGAJAR..TRIMAKASIH SMUAA….EMMM…MUCH…

    BalasHapus
  2. AUDZUBILLAH HIMINASHAITANNIRROJIIIM
    BISMILLAH HIRAHMAN NIRR RAHIIIIM
    KEPADA ANAK BANGSA SE INDONESIA LAGI SEDUNIA ALAM SEMESTA BAGI MAHLUK YG MENCINTAI ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM
    KETAHULAH SEMUAAA KINI RUMAH TANGGAKU BENAR2 DI AMBANG KEHANCURAN !!! .
    POHON BRINGINKU TELAH DIBELIT2 OLEH RACUN2 BISA JIN/ SETAN NYIBLORONG YG SELUAS SAMUDRA FITNAH KOSONG BLONGNYA PADA IBUNDA KALIAN INI !!!
    YG MANA IA DAN KEKAYAANNYA BERIKUT ANTEK2 SYAITAN UMAT2NYA YG SETIA SEBAGA BUDAKNYA YG BERPASUKAN RELA KE NERAKA JIWANYA KINI !!! TELAH LAMA MERACUNI PARA MANUSIA 2DISEKELILINGKU YG TELAH 2 TAHUN MENGENAL BAIK MARTABAT KLUARGA AL-FAKIR MISKIN HARTAKU YG SLAMA INI TIADA PERNAH ADA NODA DIRIKU DALAM BERTETANGGA JIWA SURGA YG KINI SEKELILING LINGKUNGAN GUBUKKU DI KALI CILIWUNG YG PALING TERSURUT JLN MT HARYONO YG SUDAH TERBIUS FITNAH KEJINYA BAGIKU SANG IBUNDA RATU NESEHAT YG AGUNG YG ADIL LAGI DIRIDHAKAN ALLAH KE BUMI INI.
    SAAT INI POSISIKU DALAM KEADAAN JIWA YG BABAK BELUR HATI INI KARENA SAUDARI2 TUA MBOK BLORONG YG GEMAR GANGGUIN PARA SATRIA2 UMAT/SUAMI2 UMAT WANITA YG UMAT DILINGKUNGANKU BELUM JUGA TERSADAR DARI SIHIR MESIR MUSRIKNYA KINI SATRIAKUPUN SUDAH MULAI SLALU BERSUARA GLEDDEK PDAKU ,BILA CINTA NYA SUCI MENGAPA SLALU MENGGLEDEKIKU AKU BENAR2 DALAM ZIKIRULLAH DAN SHALAWAT2 NABI
    YA ALLAAAAAAH JAUKANLAH KLUARGA KAMI DARI PADA GODAAN SYETAN YG TERKUTUK .....DAN SEBAIK2NYA PELINDUNG LAGI MAHA MELINDUNGI DGN KEPERKASAAN MU YG TAK DAPAT DI PREDIKSI MANUSIA2 KESETANAN YG BELUM JUGA MAU MENEGAKKAN SHOLAT LAGI MOHON AMPUN KPADAMU YA ALLAH DUHAI ALLAH YG BAGAIKAN KEDUA ORANG TUAKU DI SJADAH TEMPATKU BERSUJUT DI CHAYA SINARAN INDAHMU YA ALLAH KUATKAN HATIKU KUATKAN TAKWAKU TIDAKLAH KAU IZINKAN BILA KAKAK ADIK KANDUNG DI AL QUR'AN SANGAT DILARAANG BILA AKAN DINIKAHI BERSAMA SIFAT SYETAN NIR RAZIM,
    MAHA BENAR JANJIMU YA ALLAH...JAGA LAH SEPENUH HATIMU YA ALLAH POHON BRINGIN MAHLIGAI RUMAH TANGGAKU DGN KE 9 WALI ALFATARKU AGARKU TIDAK SLALU MENANGGUNG MALU ATAS AKAN KEBATILAN MENDATANG .SEBAB TUGASKU
    MEMBAWA HUKUM2 AL QUR'AN BAGI UMAT ISLAM KEPADA BANGSA AGAMA LAIN UNTUK SEMENTARA WAKTUKU YG BELUM DIIZINKAN UNTUK BICARA DI ATAS MIMBAR UMUM UNTUK ITU PEGANG TEGUHLAH CINTA KASIH DARI SLURUH KITAB YG ADA YG MANA KITAB TERSEBUT ADALAH DARI PARA SANGUTUSAN ALLAH YG AGUNG KEPADA PARA NABI2 ALLAH ,KUAT HATI DALAM BERSATU CINTA KASIH SESAMA MAHLUK SEALAM SEMESTA AAAMIIIIIIIN.....

    BalasHapus