MEMBANGUN JIWA YANG SEHAT
Oleh
: Amin Hidayat
Para jamaah ….. yang
dimulyakan Allah,
Marilah kita berjuang dan
melaksanakan amal kebaikan, selaras dengan ketentuan-ketentuan dalam agama
Islam yang suci dan luhur, serta menjauhkan semua tindakan yang tercela.
Agar hidup kita mendapat rahmat
dan perlindungan dari Allah, selamat, bahagia dunia dan akherat.
Sudah disebutkan dalam Al Quran :
Yang artinya :
“ Sesungguhnya Allah itu menyertai orang-orang yang bertaqwa dan
orang-orang yang melakukan perbuatan kebaikan” (Q.S. An Nahl : 128).
Para jamaah yang
dimulyakan Allah,
Kita semua sudah memaklumi bahwa
membangun jiwa, membangun rohani atau budi pekerti termasuk faktor yang penting
di jaman pembangunan dewasa ini. Lebih-lebih di jaman modern, jaman kemajuan
teknologi yang canggih, untuk itu sebagai keseimbangan kemajuan lahiriah sangat
perlu rohaniyah dipupuk dan digembleng, agar sifat-sifat kemanusiaan, dapat
dipertahankan, sehingga kesucian, kebenaran dan kebaikan dapat diwujudkan
dijagad raya ini.
Para
hadirin, sudah jelas bahwa bila hanya pembangunan lahir saja yang digiatkan,
sedangkan pembangunan rohani dan budi pekerti diabaikan, tentu saja akan
pincang. Oleh karena itu, di dalam kita berupaya memperbagus diri, rumah
pekarangan dan masjidnya, disitu kita juga harus berupaya meningkatkan watak
dan kelakuan budi pekerti. Sebab, apabila tidak begitu, para hadirin, dapat
kita umpamakan barang yang bobrok. Walaupun dibungkus dengan kain mahal
harganya, ya tetap bobrok.
Atau dapat kita umpamakan orang
yang kurus, sakit-sakitan, walaupun berpakaian wool dan menempati gedung mewah,
toh yang sakit tadi tetap sakit-sakitan dan tetap merintih.
Begitulah gambaran bila tidak
imbang antara lahiriyah dan batiniyah. Menurut ajaran Islam, jelas bahwa
pembangunan lahir harus dibarengi sarana pembangunan batin, harus sama-sama
diutamakan dan tidak boleh dibedakan.
Para hadirin jamaah …. yang
dimulyakan Allah,
Kemudian muncul pertanyaan, lalu bagaimana caranya membangun
jiwa, membangun rohani biar tidak sakit-sakitan?
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :
Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah omongan
paling bohong. Dan janganlah engkau mencari-cari pembicaraan orang, dan jangan
pula meneliti kejelekan seseorang, dan jangan suka pamer, dan jangan saling
menghasud, dan jangan saling benci membenci, dan jangan saling menjauhi, dan
hendaklah kamu sekalian menjadi hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana ia
telah memerintahkan kepadamu (H.R. Bukhari – Muslim).
Hadis ini mengingatkan kepada kita agar mau menjauhi akhlak
yang tercela dalam rangka menuju membangun jiwa atau membangun rokhani.
Akhlak-akhlak tercel yang harus kita jauhi sebagimana disebut pada hadist ini
adalah :
- Berprasangka,
yakni menyangka orang lain melakukan kejahatan, tetapi sangkaan itu hanya
terpendam dalam hatinyatanpa diucapkannya.
- Mencari-cari
pembicaraan orang, yakni ingin mengetahui kekurangan orang lain dengan
cara mencarinya lewat pembicaraan orang, termasuk di dalamnya adalah
berkumpul untuk membahasa kejelekan orang lain (ngrasani).
- Meneliti
kejelekan orang lain, yakni berusaha untuk mengetahui kejelekan orang lain
dengan segala cara, baik dengan cara yang sudah disebutkan tadi atau
dengan cara lainnya.
|
Perhatikan baik-baik kiblat kita |
Menurut ajaran Islam, seperti itu mudah cukup hanya
melaksanakan tiga hal :
- Harus dikembangkan dalam masyarakat, jiwa agama
yang kuat, iman yang kokoh. Diyakinkan dengan sebenarnya sarana iman yang
kuat, bahwa masih ada dzat yang Maha Kuasa yang lebih kuasa diatas
manusia, yaitu Allah SWT. Bila kita melihat sejarah perjuangan para
pahlawan bangsa, para Rasul, para Shuhada, para Shalihin, ternyata semua
memiliki keteguhan, karena kekuatan iman.
- Harus
dibangun dimasyarakat, ilmu yang bermanfaat. Tidak hanya mengenai ilmu
duniawi saja, tapi juga ilmu agama harus disebar dan ditanamkan pengertiannya pada masyarakat. Cukup
sudah bukti pentingnya bab ilmu, dalam Al Qur’an :
Yang artinya :
“Allah akan
mengangkat derajatnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki
ilmu dengan beberapa derajat” (Q.S Al Mujadalah : 11).
- Tanamkan
di masyarakat, , budi pekerti yang luhur. Rasulullah bersabda :
Yang artinya
”Yang
dinamakan kebaikan adalah budi pekerti yang luhur” (HR. Muslim).
Para hadirin, bila manusia sudah berbicara santun, bersikap sopan, tingkah
laku baik, ini artinya sudah dapat membangun badannya dengan tatakrama agama
Islam. Bila kita sanepakan /
ibaratkan sebuah rumah :
Iman dan ilmu itu ibarat tulangnya tembok dan tiang-tiangnya. Sedangkan
budi pekerti itu ibarat cet-cetnya, kain gordennya, taplak meja, sprei dan
kasurnya. Dengan demikian artinya dapat mewujudkan sebagai pribadi muslim yang
sempurna. Jiwa menjadi sehat, hidupnya dapat rahmat dari Allah SWT.
Demikian para
hadirin, tiga jalan untuk mebangun masyarakat yang baik.
Akhirul kalam,
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberi rahmat kepada kita semua, sehingga
hidup kita dapat menemukan kebahagiaan dan keselamatan, fid dun ya wal akhirah.
Amin ya robbal alamin.
Wassalamu
’alaikum Wr. Wb.
KULTUM
HIKMAH
MUSYAWARAH
Oleh : Amin Hidayat
Hadirin jamah
sholat .... yang berbahagia,
Bila kita kaji dengan pikiran yang bening, mengenai keberadaan manusia di
dunia ini, jelas bahwa manusia itu makhluk yang paling utama. Artinya makhluk
yang lebih sempurna bentuknya tinimbang makhluk-makhluk lainnya, lebih
terhormat dan mulia keberadaannya dibandingkan dengan makhluk selain manusia.
Tidak lain karena manusia itu dianugerahi keistimewaan oleh Allah SWT yaitu
diberi panca indera yang lengkap dan fikiran yang lebih sempurna.
Sebenarnya Islam itu memberi keleluasaan berpikir pada manusia,
menganjurkan agar manusia mau menggunakan pikirannya jangan sampai pikirannya
mati dan beku, njendhel, tidak bisa
digunakan sebagaimana mestinya.
Tersebut dalam
salah satu ayat :
Artinya :
”Apakah orang-orang tadi tidak pernah berpikir tentang isinya Al Qur’an,
apakah memang di dalam hati itu ada tutupnya (sehingga tidak mau berpikir isi
kandungan Al Qur’an).” (Q.S. Muhammad
:24).
Demikianlah, Islam sangat menghargai kepada pikiran manusia yang baik.
Artinya siapa saja dapat mencetuskan pikirannya yang baik dan benar, yang dapat
berguna bagi hidup sesama dan masyarakat.
Dalam bab Ubudiyah, Rasulullah SAW diperintahkan
berpegang teguh kepada ajaran Al Qur’an dan Hadits, jangan sampai menyimpang
dari apa yang telah dituntunkan Al Qur’an dan Hadits.
Tetapi bila mengenai urusan kemasyarakatan atau mengenai kepentingan
masyarakat bab urusan keduniawian utawa mu’amalat, kita diperintahkan Allah
agar selalu bermusyawarah dengan sahabatnya, temannya koleganya.
Allah memerintah
dalam Al Qur’an :
Artinya :
”Dan ajaklah orang-orang tadi hai Muhammad musyawarah dalam masalah-masalah
tadi” (Q.S. Ali Imraan : 159).
Maka junjungan kita Nabi Muhammad SAW selalu musyawarah dengan umatnya
dalam bab kepentingan siasat peperangan dan lain-lainnya. Yaitu dalam perang
Khondhak, Nabi SAW musyawarah dengan para sahabat, di situ salah satu sahabat
yang bernama Salman Al Farasi mengusulkan membuat parit yang dalam yang
mengelilingi kota Madinah agar musuh tidak bisa masuk kota Madinah.
Rasulullah SAW menyetujui usul tersebut dan beliau juga turut serta membuat
parit tersebut. Akhirnya musuh kemudian mundur dengan kerugian dan kocar-kacir.
Dan perkara lainnya bab mu’amalat,
Nabi SAW juga selalu musyawarah dengan para sahabat-sahabatnya, bagaimana
baiknya, jangan sampai masyarakat rugi, dalam hal kekayaannya. Al hasil para
jamaah, Rasulullah SAW disegani dan disenangi oleh sahabat, sebab beliau selalu
melakukan musyawarah dalam hal kepentingan umatnya.
Sehingga
Rasulullah SAW pernah bersabda :
Artinya :
”Tidak mungkin rugi orang yang istikharah dan tidak mungkin menyesal orang
yang musyawarah”
|
Musyawarah dalam keluarga |
Nabi bersabda begitu, menandakan bahwa musyawarah itu termasuk perkara yang
penting dalam hidup bermasyarakat. Jangan sampai manusia hanya mencari
senangnya sendiri dengan merugikan orang lain. Hal seperti itu dapat merusak
persaudaraan dan kerukunan.
Para jama’ah, di dalam hal perkara yang penting-penting dan yang besar dan
berat serta rumit, harus dimusyawarahkan , sebab tidak dapat dipecahkan hanya
oleh satu orang. Bila dipikir oleh orang banyak akan terasa enteng dan dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Maka prinsip musyawarah itu harus kita lakukan sebenarnya, memang seperti
itu perintah dan tuntunan dalam Islam. Sebagai penutup, mari kita tidak
bosan-bosannya senantiasa memohon kehadirat Allah, semoga kita semua diberi
rahmat dan ditunjukkan pada jalan yang benar, yang pada akhirnya menjadi umat
yang ’begja fid dun ya wal akhirah. Amin.
Wassalamu
’alaikum Wr. Wb.
KULTUM
:
RASA
PERSAUDARAAN
Oleh : Amin Hidayat
Para Jamaah sholat
... yang dimulyakan Allah,
Alhamdulillah, sebagai umat Islam yang beriman, marilah kita senantiasa
meningkatkan taqwa kepada Allah. Dalam arti, selalu mawas diri untuk
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang diperintah oleh Allah dan menjauhi segala
laranganNya. Sebab dengan taqwa itu, kita semua dapat menempuh jalan yang
sukses, baik ketika di dunia maupun di akherat kelak.
Sebab para jama’ah,
Sudah tertuang
dalam Al Qur’an :
Artinya :
”Allah sudah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan melaksanakan
kebaikan kepada orang-orang tersebut ampunan dan pahala yang agung” (Q.S Al Maidah :9).
Para Jamaah
Jum’at yang dimulyakan Allah,
Seperti yang sudah kita kita maklumi bahwa Islam memberi tuntunan kepada
kita semua kaum muslimin agar setiap muslim dan muslimat menanamkan rasa
persaudaraan di dalam dada, jangan sampai ada rasa mendongkol, sentimen, iri,
dengki dan lainnya.
Oleh karena itu, satu dengan yang lainnya harus harga-menghargai, mau
tolong-menolong, bantu-membantu menegakkan agama Allah dengan sebaik-baiknya.
Melaksanakan ajaran agama dengan sebenarnya.
Kita umat Islam
jangan sampai satu dengan yang lain ada sikap meremehkan dan menyepelekan.
Sebab para jama’ah :
” Sesungguhnya
semua manusia itu di depan Allah adalah sama”
Jelasnya, semua sama-sama menjadi hamba Allah. Yang lebih mulia adalah yang
lebih tebal taqwanya kepada Allah SWT. Siapa saja yang melakukan kebaikan akan
menerima pahala dari Allah, sebaliknya siapa saja yang berbuat maksiat dan
tindakan yang tercela akan menerima siksa Allah.
Oleh karena itu, sudah sepestinya para jama’ah, yang kaya jangan sampai
meremehkan dan menganggap sepele kepada yang miskin, yang tua juga jangan
sampai menyepelekan yang muda, demikian juga yang miskin, jangan sampai
meremehkan dan menganggap sepele kepada yang kaya. Yang memiliki kedudukan
tinggi jangan menyepelekan kepada yang memiliki kedudukan rendah, begitu juga
sebaliknya.
Jama’ah yang
berbahagia,
Rasa persaudaraan harus dipupuk pada jiwa setiap muslim dan muslimat, pada
setiap siswa dan siswi, pada setiap Bapak/ Ibu guru dan karyawan. Demikian juga
rasa persamaan Islam, sebagimana sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
” Walaupun yang
memimpin kamu sekalian, salah seorang habsyi.”
Artinya, bila memang cakap dan memenuhi syarat sebagai pemimpin, dia
walaupun berasal dari kalangan miskin, desa, dia harus ditaati kepemimpinannya.
Jadi yang penting yaitu memiliki kecakapan, ketrampilan dan kemampuan dapat
memimpin masyarakat ke arah kebaikan.
Jama’ah yang
berbahagia,
Allah tidak akan ridla, bila ada orang yang pamer pangkat dan kedudukan
atau menonjol-nonjolkan ilmunya atau hartanya sehingga akhirnya mudah sekali
menyepelekan orang lain.
Sahabat Anas menceritakan bab sikap Rasulullah SAW terhadap pembantunya,
dimana pembantu Rasulullah berkata : Sepuluh tahun aku ikut Rasulullah SAW
belum pernah aku mendengar beliau berkata yang tidak enak atau menyakitkan hati
apalagi meremehkan orang lain.
Oleh karena itu di jaman sekarang ajaran agama : yaitu rasa persamaan dan
rasa persaudaraan itu harus kita pupuk dihati sanubari umat Islam. Insya Allah
dengan seperti itu, kita akan menerima keridlaan dari Allah SWT, begja selamat
dunia akherat. Amin ya robbal
alamin.
Wassalamu
’alaikum Wr. Wb.
|
Santri |
KULTUM
:
SIFAT-SIFAT
ORANG MUKMIN
Oleh : Amin Hidayat
Jamaah sholat … yang dimulyakan Allah,
Pada kesempatan ini saya memilih
topik bab sifat-sifat orang mukmin yang sejati. Mengingat bab ini saya anggap penting dan harus menjadi perhatian kita
lebih-lebih di era sekarang.
Jalaran para jama’ah, masalah iman itu salah satu masalah yang sangat
penting, bagi hidup manusia di alam dunia ini. Sehingga pada saat manusia
kehilangan iman, ibarat dia kehilangan mahkota hidup yang sangat mahal
harganya.
Rasulullah SAW
pernah bersabda : Tidak aneh bila salah seorang manusia kadang-kadang ada yang
:
” Pagi-pagi masih
iman kepada AllahSWT, tetapi sorenya malahan menjadi kafir, menjadi orang yang
ingkar kepada Allah SWT.”
Hal ini
disebabkan karena tidak bisa mempertahankan imannya, imannya kabur terkena
pengaruh angin yang tidak baik. Bila siswa salah mencari teman, salah bergaul,
akan mudah terpengaruh hal-hal yang mengaburkan iman.
Para jama’ah,
ciri-ciri atau tanda-tanda orang beriman dan bagaimana sifat-sifat orang mukmin
itu sebenarnya telah dijabarkan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 15 dan
surat Al Anfal ayat 2-4. Bahwa setengah dari sifat-sifat orang mukmin sejati
adalah :
- pertama
Percaya dengan
sungguh-sungguh, iman dengan sebenarnya kepada Allah dan Rasulnya, imannya
mendarah daging, tidak ragu secuilpun, sampai tidak ada apapun yang dapat
mementalkan imannya. Imannya tetap tidak goncang, kokoh tidak bergeser
sedikitpun.
Sampai kita
ibaratkan, seandainya ada pelor atau peluru berseliweran, atau meriam seribu
dibunyikan bersamaan, imannya tidak gentar. Memiliki pendirian yang teguh,
melaksanakan, menjunjung tinggi, segala
perintah Allah dan Rasulnya di atas segala.
Inilah ciri orang
mukmin yang pertama.
- Kedua
Yaitu mau
berjuang menegakkan agama, membela agama sampai jiwa raga dan hartanya.
Artinya para
jama’ah, orang mukmin sejati itu hidupnya untuk kepentingan Islam dan kaum
muslimin. Seperti keadaan para sahabat yang hebat apda jaman Rasulullah SAW.
Para sahabat itu imannya benar-benar tebal dan termasuk ’mukmin kamil’, orang mukmin yang imannya sempurna.
- Ketiga
Bila disebut nama Allah hatinya bergetar, sebab ingat akan kekuasaan dan
keagungan Allah SWT.
Dari sini kemudian tumbuh rasa dan keyakinan bahwa dirinya hanyalah kecil
dan sepele, tidak punya daya bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah yang maha
sempurna segalanya.
Hanya Allah sendiri yang diagungkan dan disembah serta dimintai. Oleh
karena itu orang mukmin sejati selalu tawadlu’. Andhap asor, sopan santun di
dalam pergaulan dengan siapa saja, tidak sombong.
4. Ke empat
Yaitu bila
dibacakan ayat-ayat Allah atau membaca sendiri ayat-ayat Al Qur’an, malah
bertambah tabal imannya.
5. Ke lima
Melaksanakan
salat dengan benar, khusyu’ dan pasrah, salta dapat menentramkan pikiran dan
hati, tidak mudah melaksnakan hal-hal yang tercela.
6. Ke enam
Yaitu
membelanjakan hartanya untuk kepentingan diri pribadi dan agama. Seperti nafkah
wajib yaitu memberi sandang pangan anak istri, atau sodaqoh kepada fakir
miskin. Demikian juga membantu dengan hartanya untuk kepentingan Islam dan kaum
muslimin
Para jama’ah,
Orang mukmin yang
memiliki sifat seperti inilah yang dikatakan mukmin yang hebat, peng-pengan :
Orang mukmin
tersebut akan mendapat derajat dan martabat yang mulia di hadapan Allah SWT.
Termasuk manusia yang terhormat dihadapan Allah dan agama.
Wassalamu
’alaikum Wr. Wb.