Pengantar Kirkpatrick
Model
Kirkpatrick adalah model evaluasi yang dikembangkan pertama kali oleh
Donald L. Kirkpatrick dengan menggunakan empat level dalam membuat kategori
hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level reaksi (reactions),
pembelajaran (learning), perilaku (behavior),dan hasil (results).
Model Kirkpatrick ini muncul pada tahun 1975 dan masih menjadi model
yang paling banyak digunakan untuk melakukan evaluasi atas sebuah pelatihan.
Selanjutnya
Keempat tingkatan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.
Reaksi – apa yang dipikirkan dan dirasakan para peserta mengenai
kegiatan pelatihan.
2.
Pembelajaran – peningkatan pada pengetahuan, keahlian, atau
perubahan pada sikap.
3.
Perilaku – sejauh mana perubahan pada pekerjaan yang dilakukan peserta
sebagai akibat dari kegiatan pelatihan dan kemampuannya untuk melakukan
peningkatan dan penerapan.
4.
Hasil – dampak pada kegiatan atau lingkungan kerja sebagai akibat
dari kinerja peserta pelatihan. Ini merupakan dampak dari pelatihan pada organisasi
serta klien dari peserta pelatihan.
pelatihan. Jika
kegiatan monitoring pelatihan bisa mengidentifikasi masalah pada tingkat yang
lebih rendah, hal ini bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut agar
keluaran pada tingkat yang lebih tinggi tidak mendapatkan dampak yang tidak
diinginkan.
Penting
untuk diingat bahwa penelitian juga menunjukkan bahwa transfer hasil pembelajaran
ke tempat kerja ternyata rendah ketika pelatihan dilakukan secara formal. Berdasarkan
berbagai pelatihan yang ada, Detterman dan Sternberg (1993) menemukan
ternyata hasilnya
hanyalah sekitar 10%.. Kita hanya bisa berharap bahwa hanya 10% peserta
yang menerapkan
pembelajaran yang didapatkan di tempat kerja dan persentase jumlah
organisasi yang
menerapkan perubahan lebih kecil lagi jika berharap pada hasil pelatihan
para peserta.
Penggunaan
Model Evaluasi Kirkpatrick dalam PKB
Pada dasarnya setiap
orang akan melakukan ME. Setiap orang mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang
berbeda-beda untuk melaksanakan ME. Oleh karena itu, pemahaman
pengawas tentang
monitoring dan evaluasi program pelatihan PKB menjadi sangat penting
karena pengawaslah
yang secara langsung menjadi fasilitator, mentor, dan organisator PKB.
Pusbangtendik yang
didukung oleh AEPI-SSQ telah mengembangkan empat level evaluasi
pelatihan Kirkpatrick.
Dari empat level tersebut, pengawas berperan aktif melakukan
monitoring dan
evaluasi pada level reaksi dan pembelajaran.Oleh karena itu, paparan
berikut ini hanya
akan menjelaskan level reaksi dan level pembelajaran.
1. Level Reaksi
Tujuan pada level ini
adalah untuk meningkatkan pelaksanaan pengalaman belajar. Sumber datanya adalah
kepala sekolah sebagai peserta pelatihan. Pertanyaan kunci yang harus dijawab
oleh peserta adalah ’bagaimana reaksi peserta terhadap pengalaman belajar yang
ada?’
Pengumpulan data
reaksi diperoleh:
a. Pada akhir setiap hari kegiatan. Hal ini bisa
dilakukan secara sederhana dan cepat. Metode yang berbeda bisa digunakan setiap
harinya (smiley face, bulls eye, kolom mutu/penting, nominal
ranking). Penggunaan metode yang berbeda ini akan menunjukkan variasi
teknik-teknik ME baru yang bisa digunakan. Pelatih akan memberikan umpan balik
kepada para peserta saat itu juga atau pada sesi pelatihan berikutnya dan
memasukkan hasil umpan balik yang didapatkan di dalam kegiatan pelatihan.
b. Pada akhir pelatihan. Sebuah kuesioner formal
bisa digunakan (misalnya, instrumen evaluasi peserta pelatihan). Utamanya hal
ini akan bersifat kuantitatif dengan juga memasukkan pertanyaan-pertanyaan
kualitatif yang bersifat terbuka.
c. Pengamatan: setidaknya dua sesi pelatihan akan
diamati dan pengamatan tersebut akan dicatat dengan menggunakan daftar periksa
pelatihan (misalnya, instrumen kualitas pelatihan).
Umpan
balik akan diberikan kepada pelatih padaakhir hari pelatihan untuk bisa
meningkatkan mutu pelatihannya. Kekuatan dan kelemahan kunci yang ada akan
diidentifikasi dan digunakan untuk bisa meningkatkan pelatihan di masa
mendatang.
2. Level Pembelajaran
Tujuan
pada level pembelajaran adalah untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran bisa
dicapai dan bagaimana hal ini bisa ditingkatkan. Sumber datanya adalah kepala
sekolah sebagai peserta pelatihan. Pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh
peserta adalah ’apakah kompetensi kepala sekolah meningkat sebagai dampak dari
pengalaman pembelajaran ini? Bagaimana pembelajaran ini bisa lebih ditingkatkan?’
Pengumpulan data
pembelajaran diperoleh dari:
a. Pre dan post
test. Tes ini harus diselesaikan para peserta sebelum kegiatan pelatihan
dimulai dan juga pada akhir pelatihan.
b. Penilaian berbasiskan
kompetensi. Hal ini hendaknya diselesaikan oleh para peserta sebelum
pembelajaran dimulai dan juga pada saat akhir pembelajaran
Data
hasil pembelajaran (pre dan post test) akan dianalisis dengan
menggunakan T-Test untuk melihat apakah terdapat peningkatan yang berarti
secara statistik pada pengetahuan/ percaya diri peserta. Lakukan analisis pada
data yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin peserta dan lihatlah apakah
terdapat perbedaan pada peserta laki-laki/perempuan serta untuk pengelompokan
lainnya (pengelompokkan secara sosial/budaya).
Untuk
menentukan bagaimana pembelajaran bisa ditingkatkan, kita akan melihat ‘kelompok-kelompok’
yang mendapatkan hasil pelatihan lebih rendah dari nilai rata-rata. Untuk
setiap kelompok, kita akan menganalisis data dan lembar reaksi pelatihan untuk mengetahui
faktor apa yang ada yang membuat hasil pembelajaran berbeda dari hasil nilai rata-rata.
Kita juga akan melakukan hal yang sama bagi mereka yang memberikan keluaran pembelajaran
yang lebih tinggi dari nilai rata-rata.
ProDEP : Buku Pegangan
Pengawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar