Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 November 2014

MODEL KIRKPATRICK




 
Pengantar Kirkpatrick
Model Kirkpatrick adalah model evaluasi yang dikembangkan pertama kali oleh Donald L. Kirkpatrick dengan menggunakan empat level dalam membuat kategori hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level reaksi (reactions), pembelajaran (learning), perilaku (behavior),dan hasil (results). Model Kirkpatrick ini muncul pada tahun 1975 dan masih menjadi model yang paling banyak digunakan untuk melakukan evaluasi atas sebuah pelatihan.

Selanjutnya Keempat tingkatan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.      Reaksi – apa yang dipikirkan dan dirasakan para peserta mengenai kegiatan pelatihan.
2.      Pembelajaran – peningkatan pada pengetahuan, keahlian, atau perubahan pada sikap.
3.      Perilaku – sejauh mana perubahan pada pekerjaan yang dilakukan peserta sebagai akibat dari kegiatan pelatihan dan kemampuannya untuk melakukan peningkatan dan penerapan.
4.      Hasil – dampak pada kegiatan atau lingkungan kerja sebagai akibat dari kinerja peserta pelatihan. Ini merupakan dampak dari pelatihan pada organisasi serta klien dari peserta pelatihan.

Dasar pemikiran di balik model Kirkpatrick ini adalah jika sebuah organisasi ingin mendapatkan dampak dari sebuah pelatihan, perilaku peserta pelatihan di tempat kerja haruslah berubah. Agar hal ini bisa terjadi, para peserta harus belajar pada pelatihan tersebut. Agar peserta bisa belajar pada pelatihan tersebut, mereka harus mendapatkan reaksi positif akan kegiatan
pelatihan. Jika kegiatan monitoring pelatihan bisa mengidentifikasi masalah pada tingkat yang lebih rendah, hal ini bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut agar keluaran pada tingkat yang lebih tinggi tidak mendapatkan dampak yang tidak diinginkan.
Penting untuk diingat bahwa penelitian juga menunjukkan bahwa transfer hasil pembelajaran ke tempat kerja ternyata rendah ketika pelatihan dilakukan secara formal. Berdasarkan berbagai pelatihan yang ada, Detterman dan Sternberg (1993) menemukan
ternyata hasilnya hanyalah sekitar 10%.. Kita hanya bisa berharap bahwa hanya 10% peserta
yang menerapkan pembelajaran yang didapatkan di tempat kerja dan persentase jumlah
organisasi yang menerapkan perubahan lebih kecil lagi jika berharap pada hasil pelatihan
para peserta.

Penggunaan Model Evaluasi Kirkpatrick dalam PKB
Pada dasarnya setiap orang akan melakukan ME. Setiap orang mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda-beda untuk melaksanakan ME. Oleh karena itu, pemahaman
pengawas tentang monitoring dan evaluasi program pelatihan PKB menjadi sangat penting
karena pengawaslah yang secara langsung menjadi fasilitator, mentor, dan organisator PKB.
Pusbangtendik yang didukung oleh AEPI-SSQ telah mengembangkan empat level evaluasi
pelatihan Kirkpatrick. Dari empat level tersebut, pengawas berperan aktif melakukan
monitoring dan evaluasi pada level reaksi dan pembelajaran.Oleh karena itu, paparan
berikut ini hanya akan menjelaskan level reaksi dan level pembelajaran.

1. Level Reaksi
Tujuan pada level ini adalah untuk meningkatkan pelaksanaan pengalaman belajar. Sumber datanya adalah kepala sekolah sebagai peserta pelatihan. Pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh peserta adalah ’bagaimana reaksi peserta terhadap pengalaman belajar yang ada?’
Pengumpulan data reaksi diperoleh:
a.  Pada akhir setiap hari kegiatan. Hal ini bisa dilakukan secara sederhana dan cepat. Metode yang berbeda bisa digunakan setiap harinya (smiley face, bulls eye, kolom mutu/penting, nominal ranking). Penggunaan metode yang berbeda ini akan menunjukkan variasi teknik-teknik ME baru yang bisa digunakan. Pelatih akan memberikan umpan balik kepada para peserta saat itu juga atau pada sesi pelatihan berikutnya dan memasukkan hasil umpan balik yang didapatkan di dalam kegiatan pelatihan.
b.  Pada akhir pelatihan. Sebuah kuesioner formal bisa digunakan (misalnya, instrumen evaluasi peserta pelatihan). Utamanya hal ini akan bersifat kuantitatif dengan juga memasukkan pertanyaan-pertanyaan kualitatif yang bersifat terbuka.
c.  Pengamatan: setidaknya dua sesi pelatihan akan diamati dan pengamatan tersebut akan dicatat dengan menggunakan daftar periksa pelatihan (misalnya, instrumen kualitas pelatihan).
Umpan balik akan diberikan kepada pelatih padaakhir hari pelatihan untuk bisa meningkatkan mutu pelatihannya. Kekuatan dan kelemahan kunci yang ada akan diidentifikasi dan digunakan untuk bisa meningkatkan pelatihan di masa mendatang.

2. Level Pembelajaran
Tujuan pada level pembelajaran adalah untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran bisa dicapai dan bagaimana hal ini bisa ditingkatkan. Sumber datanya adalah kepala sekolah sebagai peserta pelatihan. Pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh peserta adalah ’apakah kompetensi kepala sekolah meningkat sebagai dampak dari pengalaman pembelajaran ini? Bagaimana pembelajaran ini bisa lebih ditingkatkan?’
Pengumpulan data pembelajaran diperoleh dari:
a. Pre dan post test. Tes ini harus diselesaikan para peserta sebelum kegiatan pelatihan dimulai dan juga pada akhir pelatihan.
b. Penilaian berbasiskan kompetensi. Hal ini hendaknya diselesaikan oleh para peserta sebelum pembelajaran dimulai dan juga pada saat akhir pembelajaran
Data hasil pembelajaran (pre dan post test) akan dianalisis dengan menggunakan T-Test untuk melihat apakah terdapat peningkatan yang berarti secara statistik pada pengetahuan/ percaya diri peserta. Lakukan analisis pada data yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin peserta dan lihatlah apakah terdapat perbedaan pada peserta laki-laki/perempuan serta untuk pengelompokan lainnya (pengelompokkan secara sosial/budaya).
Untuk menentukan bagaimana pembelajaran bisa ditingkatkan, kita akan melihat ‘kelompok-kelompok’ yang mendapatkan hasil pelatihan lebih rendah dari nilai rata-rata. Untuk setiap kelompok, kita akan menganalisis data dan lembar reaksi pelatihan untuk mengetahui faktor apa yang ada yang membuat hasil pembelajaran berbeda dari hasil nilai rata-rata. Kita juga akan melakukan hal yang sama bagi mereka yang memberikan keluaran pembelajaran yang lebih tinggi dari nilai rata-rata.

ProDEP : Buku Pegangan Pengawas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar