Best
Practice
merupakan keberhasilan yang dialami dan diakui oleh pihak yang berkepentingan
(siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, komite, masyarakat, dinas,
departemen, pemerintah) dalam melaksanakan tugas pengelolaan pendidikan.
Best
Practice dapat
diperoleh melalui penelitian tindakan (kelas/sekolah). Penelitian tindakan
berawal dari adanya permasalahan di lingkungan kerja sendiri, adanya tindakan
sebagai solusi, adanya perubahan kondisi dari (sebelum- selama- setelah)
tindakan diberikan. Benar-benar nyata dialami dan dilakukan melaui prosedur
yang ilmiah (perencanaan-pelaksanaan/pengamatan/refleksi). Selama pelaksanan
tindakan, perubahan harus diamati. Bagaimana kondisi awal sebelum ada tindakan,
bagaimana perubahan yang terjadi selama tindakan diberikan, bagaimana kondisi
akhir setelah tindakan selesai, dan hasil pengamatannya dilaporkan. Jika
tindakan yang dilakukan berhasil mengatasi permasalahan maka keberhasilan
tersebut dapat digolongkan dalam Best Practice. Best Practice
sebaiknya didiseminasikan kepada orang lain dengan berbagai strategi di
berbagai tempat secara berulang-ulang sehingga dapat dicontoh dan diadopsi oleh
orang lain.
·
Ruang Lingkup
Peningkatan
pengelolaan sekolah/keterlaksanaan Delapan Standar Nasional Pendidikan,
pengelolaan MGMP/KKG, pembinaan sekolah, pembinaan guru, dan lain-lain).
·
Ciri-ciri
1.
mengembangkan praktik
pembelajaran/pengelolaan pendidikan;
2.
layak didiseminasikan di berbagai
tempat secara berulang-ulang;
3.
meningkatkan kualitas pendidikan;
4.
meningkatkan profesionalisme guru,
kepala sekolah, dan pengawas dalam pengelolaan pendidikan;
5.
mengubah hambatan dan ancaman menjadi
kekuatan dan peluang untuk berinovasi
secara kreatif;
6. menghasilkan output yang lebih bermanfaat
bagi semua pihak (siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, komite, dan
masyarakat pada umumnya);
7.
terkendali, kejelasan program baik
jangka pendek, menengah, maupun panjang;
8.
berdasarkan temuan masalah nyata yang
terjadi di lapangan;
9. dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
(bimbingan dan konseling, supervisi klinis, supervisi manajerial, kunjungan
kelas, lesson studi, dan lain-lain);
10. mengacu
pada program sekolah untuk mencapai tujuan yang dicanangkan;
11. adanya
pengakuan bahwa keberhasilan tersebut bisa ditiru, diadopsi oleh orang lain;
12. meningkatkan
kualitas, mudah, murah, bisa dilaksanakan, memotivasi, memberikan hasil yang
bermanfaat, dan berkelanjutan.
- Diseminasi adalah proses penyebarluasan Best Practice yang dapat dilakukan melalui berbagai cara. Diantaranya dapat dilakukan melalui seminar, jurnal, blog, majalah, dan lain-lain. Dari sekian cara yang ditawarkan, dalam mudul ini menampilkan salah satu contoh seminar.
- Seminar adalah suatu pertemuan ilmiah yang membahas suatu masalah tertentu dengan prasaran dan tanggapan melalui diskusi untuk memperoleh keputusan bersama.
- Langkah-langkah Seminar: Presentasi, Diskusi/tanya jawab, Kesimpulan.
Langkah-langkah
Pengembangan Strategi Best Practice
Keunggulan organisasi yang terpelihara
secara terus-menerus menurut LANCE A. BERGER dan DOROTHI R. BERGER yakni
melalui tiga strategi pengelolaan SDM (Sumberdaya Manusia). Ketiga strategi
tersebut adalah:
1. mengidentifikasi,
menyeleksi, dan mengembangkan superkeeper (personal yang mampu
mengembangkan kinerja unggul, yang memberi inspirasi kepada personal lainnya
untuk menghasilkan kinerja unggul juga);
2. mendapatkan,
mengembangkan dan menempatkan personal yang berkualifikasi tinggi pada posisi
kunci. Posisi kunci ini sangat penting untuk kelangsungan suatu organisasi,
tidak boleh kosong pada waktu yang lama dan tidak boleh diisi oleh personal
yang tidak berkualifikasi;
3. mengalokasikan
sumber daya (balas jasa, pelatihan, dan lain-lain) kepada para personal
berdasarkan realisasi/potensi kontribusi pada keunggulan organisasi. Dengan
demikian investasi kepada para personal berdasarkan urutan kontribusinya
dilakukan mulai dari superkeeper, berikutnya keeper, lalu solid
citizen dan terakhir misfit.
Untuk mengoptimalkan kemampuan dalam
mencapai keunggulan yang langgeng, organisasi harus memiliki manajemen talenta
yang proaktif dan memiliki cara yang sistematik untuk melakukan
aktifitas-aktivitas tersebut. Dalam
kontek pendidikan strategi yang terkait dengan Best Practice adalah:
1. mengidentifikasi
permaslahan-permasalahan yang ada (need assesment) di KKG/MGMP dan
sekolah yang dikelola;
2.
menyeleksi
dan mengembangkan guru inti (personal yang mampu mengembangkan kinerja unggul,
yang memberi inspirasi kepada personal lainnya untuk menghasilkan kinerja
unggul juga) yang berperan sebagai motor dalam KKG/MGMP dan sekolah yang
dikelola;
3.
menempatkan
guru inti (personal yang berkualifikasi tinggi) pada posisi kunci. Posisi kunci
ini sangat penting untuk keberlangsungan KKG/MGMP/sekolah, sehingga tidak boleh
kosong pada waktu yang lama dan tidak juga diisi oleh guru yang tidak
berkualifikasi;
4.
mengalokasikan
sumber daya melalui seminar, In House Training (IHT) dan workshop kepada
para guru inti serta guru lainnya berdasarkan realisasi/potensi/kontribusi
sebagai inpestasi refitalisasi gugus;
5.
pembimbingan
(coathcing) untuk mempertahankan kinerja guru di KKG/MGMP/sekolah dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan yang akan berdampak pada out put siswa;
6.
menjalin
kemitraan (partnership) dalam melaksanakan kegiatan antar
KKG/MGMP/sekolah dalam satu gugus dan antar gugus dengan pemangku pemberi
kebijakan supaya terjadi legalitas yang diharapkan;
7. berkelanjutan
(sustainability), harus membawa perubahan dasar di wilayah permasalahan
antara lain; legalitas, kebijakan dan sosial yang memiliki potensi replikasi,
kerangka institusional, efisien, transparan, dan sistem manajemen yang
akuntabel serta dapat membuat lebih efektif terhadap pengembangan SDM dalam
KKG/MGMP/sekolah;
8. kepemimpinan
dan pemberdayaan masyarakat (leadership and commtopiky improvement):
a. kepeminpinan
yang mempunyai inspirasi untuk terjadinya tindakan dan perubahan;
b.
sebagai
pemberdaya masyarakat KKG/MGMP;
c.
dapat
mempertanggungjawabkan terhadap peningkatan mutu;
d.
dapat
mentransfer perkembangan pengetahuan lebih lanjut;
e.
tepat bagi
kondisi dan situasi sekolah sesuai dengan tingkatan;
f.
pihak lain
dapat belajar dari inisiatif serta cara yang digunakan untuk membagi dan
mentransfer pengetahuan juga keterampilan sehingga dapat dipelajari dan
diterapkan.
9.
menciptakan
iklim yang kondusif di lingkungan KKG/MGMP gugus (kondisi lingkungan kerja yang
nyaman);
10. meningkatkan
perhatian kinerja para guru di KKG/MGMP dengan keterlibatan langsung agar
berkesinambungan untuk mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan
keberhasilannya;
11. mengubah
pola pikir/cara pandang (mind set) dalam menerima segala bentuk
perubahan yang terjadi;
12. memberikan
penghargaan (reward) bagi guru yang berkompeten, mempunyai komitmen dan
tingkat konsisten yang tinggi, serta penuh akuntabilitas dalam melaksanakan
tugas, juga memberi sanksi (punishment) bagi guru yang tidak kompeten,
tidak mempunyai komitmen, tingkat konsistensinya rendah, dan tidak akuntabel;
13.
Senantiasa
memperhatikan kesejahteraan personal (guru).
Model pendekatan yang disampaikan di
sini disebut Best Practice (praktik terbaik) yang dikemukakan oleh Boven
dan Morohashi (2002) dalam Panduan Penulisan Best Practice. Menurutnya
praktik terbaik merupakan suatu ide/langkah-langkah baru yang memberikan
kontribusi luar biasa, berkesinambungan, dan inovatif dalam memperbaiki terhadap
pengembangan proses dan kualitas sekolah. Dengan demikian ’’Praktik Terbaik‘’
juga merupakan refleksi akumulasi tingkat kompetensi tenaga kependidikan, dalam
merespon tuntutan perubahan lingkungan dan dinamika permasalahan yang dihadapi sekolah di abad
globalisasi ini.
Sumber :
Bahan Belajar Mandiri Best
Practice © 2008
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan
Pelatihan,
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar