Total Tayangan Halaman

Sabtu, 13 Februari 2016

MENTORING



MENTORING


1.       Definisi
Mentoring didefinisikan sebagai salah satu bentuk dukungan yang mungkin diperoleh individu ketika ia sedang berupaya untuk meningkatkan kapasitas dirinya, baik sebagai profesional dalam pekerjaan maupun sebagai pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dukungan dari teman sebaya (peer support from collague), adanya supervisi dari atasan, pembelajaran dari guru/tutor, pelatihan dari pelatih (trainer), pendampingan dari teman atau orang tua, dan lain sebagainya juga merupakan berbagai bentuk dukungan selain mentoring.
Mentoring sendiri merupakan sebuah proses yang sangat kompleks, dengan rentang variasi yang sangat lebar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan situasi dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu, definisi mentoring relatif sulit untuk dijabarkan. Berikut ini beberapa definisi tentang mentoring, mentor, dan mentee.
a.       Mentoring
·         Mentoring adalah hubungan interpersonal berbentuk kepedulian dan dukungan antara seseorang yang berpengalaman dan berpengetahuan luas dengan seseorang yang kurang berpengalaman maupun yang pengetahuannya lebih sedikit (Crawford, 2010)
·         Mentoring merupakan dukungan terhadap perorangan sehingga mereka dapat berkembang dan dapat melakukan sesuatu secara lebih efektif. Mentoring dalam konteks ini berbentuk kemitraan antara mentor (yang memberi bimbingan) dan mentee (yang menerima bimbingan) yang dirancang untuk membangun kepercayaan diri mentee (Europe Region, 2006)
·         Mentoring adalah hubungan pembelajaran timbal balik dan kolaboratif antara dua orang atau lebih yang sama untuk membantu mentee bekerja mencapai sasaran pembelajaran yang jelas dan didefinisikan bersama (Zachary, 2005)
·         Mentoring adalah bantuan tidak resmi dari satu orang ke yang lainnya untuk memperluas wawasan, mencapai perubahan paradigma berpikir, dan peningkatan kualitas kerja (McKimm, Jollie, & Hatter, 2007)
·         Mentoring memiliki tujuan dasar yakni proses pelibatan (engagement) dan belajar. Mentoring akan berhasil jika kebutuhan belajar menentukan strukturnya, apabila dilakukan secara bersama, dan komitmen belajar oleh mitra mentoring menjadi unsur kuncinya (Kaswan, 2012)

b.      Mentor
·         Mentor adalah seseorang yang membantu orang lain agar dapat berubah menjadi sosok yang diinginkan oleh orang tersebut (Montreal CEGEP, 1988)
·         Mentor adalah seseorang yang menyediakan bantuan bagi orang lain (mentee) dengan menggunakan berbagai teknik untuk membantu mentee dalam menjalaniproses transisi yang penting bagi pengembangan dirinya, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi.

2.       Filosofi dan Sejarah Mentoring
Berada dalam tahap awal suatu pekerjaan atau tugas baru adalah tantangan tersendiri bagi seseorang. Tahap ini merupakan awal yang menandai dimulainya praktik nyata atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan (dan yang telah dipelajari) yang diaplikasikan pada situasi nyata di dunia kerja. Tahap ini bisa menjadi masa transisi yang sangat menantang dan sekaligus menekan.
Mentoring merupakan upaya mendukung perorangan sehingga mereka dapat berkembang lebih efektif. Mentoring merupakan kemitraan antara mentor (yang memberi bimbingan) dengan mentee (yang menerima bimbingan) yang dirancang untuk membangun kepercayaan diri mentee. Kemitraan dimaksud dapat meliputi pembelajaran, eksperimentasi, dan pengembangan keahlian. Hasil mentoring dapat diukur berdasarkan keterampilan, wawasan, sikap, dan kompetensi yang diperoleh mentee (Kaswan, 2012).
Istilah mentoring dapat dilacak sampai pada mitologi Yunani di Odysseus di mana ia menunjuk seorang penasihat bernama Mentor sebagai orang yang dipercaya untuk merawat dan mendidik anak laki-lakinya selama Odysseus pergi dalam Perang Trojan (Stone, 2004). Istilah mentor berkembang menjadi terminologi umum yang bermakna sebagai individu yang bijak dan dapat dipercaya sejak peristiwa tersebut. Mentor diasumsikan sebagai pelindung sehingga orang yang dilindungi disebut dengan protégé/mentee.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan budaya serta kebutuhan, mentoring tidak lagi sekadar upaya melindungi seseorang pada posisi lemah. Mentoring adalah proses pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara senior dengan junior dalam suatu organisasi yang dimanfaatkan sebagai alat untuk mendorong perkembangan profesional dan peningkatan karir (Shea, 2001; Kram 1985; Hunt & Michael, 1983).
Proses mentoring memanfaatkan jejaring yang terjadi di antara individu-individu yang terkait untuk mendukung pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Maxwell (2008) bahkan dengan tegas mengatakan bahwa salah satu semboyan bagi mentor adalah “Bawa orang ke tempat yang lebih tinggi”. Makna dari istilah “lebih tinggi” di sini adalah posisi di mana individu memiliki pengetahuan yang lebih luas dan/atau dalam, keterampilan yang lebih dapat diandalkan, dan sikap yang lebih profesional. Semboyan tersebut sangat dikenal pada lingkup kerja yang memerlukan kerja manual yang bermodalkan keterampilan. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh mentor dalam mewujudkan semboyan tersebut, yaitu:
a.       pengembangan orang lain adalah prioritas yang harus diutamakan dalam hubungan mentoring,
b.      pengembangan hubungan baik harus dilaksanakan sebelum proses dimulai,
c.       membantu selama proses mentoring berlangsung,
d.      melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan secara bertahap (mulai dari mencontohkan, mengerjakan bersama, sampai akhirnya mentee dapat melaksanakan secara mandiri),
e.      membangkitkan motivasi mentee dalam belajar dan berprestasi, f. mendampingi mentee dalam setiap kesulitan yang mungkin akan dihadapi selama proses mentoring, mendorong kemandirian mentee saat dia sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai,
f.        membantu mentee untuk menerapkan apa yang sudah diperolehnya selama proses mentoring dalam kehidupan sehari-hari (baik dalam pekerjaan/organisasi maupun pribadi/keluarga).
Proses mentoring seperti yang telah dipaparkan di atas dapat ditemukan dalam konteks Indonesia, khususnya pada budaya nyantrik pada bidang-bidang kerja yang memerlukan keahlian dan keterampilan khusus. Pada budaya nyantrik ini, istilah yang digunakan bukan mentor-mentee melainkan begawan/empu/kiai--cantrik/santri. Begawan diasumsikan sebagai figur yang serba bisa, memiliki kesempurnaan dan moralitas tinggi, serta dianggap serba tahu sehingga dapat menjadi figur panutan dan tempat bertanya. Cantrik bagi sang begawan/empu atau santri bagi sang kiai adalah anak didik yang diharapkan suatu saat dapat menjadi begawan dan menjadi kiai.
Cantrik, artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana ia pergi dan menetap, dengan tujuan mempelajari suatu keahlian. Sebenarnya kebiasaan cantrik ini masih dapat dilihat sampai sekarang, meski sudah tidak “sekental” yang pernah didengar. Misalnya, seseorang yang hendak memperoleh kepandaian dalam pewayangan, menjadi dalang atau menabuh gamelan, dia akan mengikuti orang lain yang sudah ahli, dalam hal ini biasanya dia disebut “dalang cantrik”, meskipun kadang-kadang juga dipanggil “dalang magang”. Selama nyantrik, seorang cantrik harus mau melakukan pekerjaan apapun, termasuk pekerjaan-pekerjaan pembantu rumah tangga sang dalang senior. Cantrik juga ikut membantu persiapan pentas termasuk mengangkat-angkat perabotan dan peralatan pentas.
Pada saat menjalani kehidupan di padepokan/pesantren, banyak hal yang bisa diperoleh cantrik/santri dari kehidupan sang begawan/kiai. Mereka bisa melihat dari dekat, bagaimana sikap dan perilaku sang begawan/kiai, mulai dari cara berjalan, berbusana, bertutur kata, berdiplomasi, menerima tamu, menolak permintaan, menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan cara bercandanya akan menjadi ilmu yang sangat berguna bagi cantrik/santri. Pengalaman ini tidak akan diperoleh secara resmi di dalam kelas, saat sang begawan/empu/kiai memberi pelajaran keilmuan.
Konsep dan proses nyantrik yang dijelaskan di atas tampaknya teradaptasi dalam prinsip-prinsip pemimpin pembelajaran yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu; ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.
a.       Prinsip Ing Ngarso Sun Tulodo. Ing Ngarso artinya di depan/di muka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti teladan. Dalam perkembangannya, terminologi Ing Ngarso Sun Tulodo kelihatannya sedikit mengalami pergeseran, yaitu menjadi Ing Ngarso Sung Tulodo. Ada perbedaan kata antara sun dan sung. Dalam penulisan ini kami akan memilih menggunakan kata “sun”, dan kami berharap para pembaca tidak terlampau mempersoalkan masalah ini. Ing Ngarso Sun Tulodo maknanya adalah bahwa seorang pemimpin harus mampu memberikan suri teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Ia harus dapat memberikan contoh bagi stafnya tentang perilaku jujur, disiplin, terbuka, berpikir positif, dan integritas.
b.      Prinsip Ing Madyo Mbangun Karso. Dari berbagai referensi yang tersedia, terdapat dua penyebutan yang berbeda untuk prinsip Ing Madyo Mangun Karso. Ada yangmenyebut dengan “Ing Madyo Mbangun Karso”, dan ada yang menyebut dengan Ing Madyo Mangun Karso”. Untuk mudahnya, dalam tulisan ini ditulis dengan Ing Madyo Mangun Karso (tanpa “b”), sekadar mengikuti dugaan bahwa kebanyakan orang lebih terbiasa menyebutkan ini. Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mangun berarti membangkitkan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata Ing Madyo Mangun Karso adalah seorang pemimpin di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Ia harus mampu mendorong agar ia dan orang lain bisa berinovasi, dan menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk keamanan dan kenyamanan. Selain itu seorang pemimpin harus dapat menjadi mitra yang sejajar untuk bersama-sama maju menjadi agen pembaruan, dan mengajak staf untuk membangun gagasan dan kemudian mewujudkannya secara bersama-sama.
c.       Prinsip Tut Wuri Handayani. Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan Handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Dengan demikian Tut Wuri Handayani dapat diartikan seorang pemimpin harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar agar tumbuh motivasi dan semangat. Ia juga selalu berusaha memberikan kepercayaan kepada staf yang dipimpin, mendorong dan mendukung setiap staf untuk tampil maju menunjukkan kemampuannya. Pemimpin yang berada di barisan belakang harus pandai-pandai mengikuti barisan di depannya, agar konsisten dalam gerakan dan arahnya, agar terjadi apa yang disebut goal congruency, suatu keadaan di mana tujuan individu yang berada dalam suatu organisasi mestinya konsisten dengan tujuan organisasi. Tanpa goal congruency, arah gerakan organisasi menjadi berat karena banyaknya arah yang tidak sama dan mungkin justru saling berlawanan. Seorang pemimpin sejati harus bisa ngemong (bahasa jawa yang berarti melayani, mengasuh, take care of). Bagaimana seorang penggembala itik berjalan di posisi paling belakang setelah barisan itik-itik yang digembalakannya, sering digunakan sebagai ilustrasi untuk menggambarkan bagaimana seorang pemimpin dapat mengarahkan orang dari belakang.
Setiap orang memiliki bakat sendiri. Setiap orang juga memiliki kemampuan untuk bisa bergerak maju mendapatkan apa yang mereka mau, dan juga apa yang diinginkan oleh organisasi. Pemimpin sejati memberikan dorongan dari belakang, namun tetap mengarahkan agar sesuai tujuan, dan mampu memastikan bahwa orang-orang di dalam organisasi bekerja sesuai dengan arah dan strategi yang telah ditetapkan. Jadi, seorang pemimpin sejati akan tut wuri handayani. Makna keseluruhan Tut Wuri Handayani bertujuan untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Diharapkan akan muncul generasi baru yang akan berani memimpin tanpa menunggu orang lain untuk memimpin.
3.       Prinsip-prinsip dalam Mentoring
Ø  Keteladanan adalah sesuatu yang inheren
Ø  Keteladanan itu membahagiakan
Ø  Hati-hati dengan keteladanan negatif
Ø  Keteladanan mencakup seluruh aspek
Ø  Tenang dalam bersikap· Selaras dalam berpikir, berbicara, dan bertindak
Ø  Keteladanan akan membangun kepercayaan orang
Ø  Integritas tidak ditentukan oleh sertifikat
Ø  Integritas adalah sahabat terbaik Saudara
Ø  Pemimpin sebagai motivator
Ø  Pemimpin membangun kebersamaan
Ø  Memberikan penugasan kepada ahlinya
Ø  Pemimpin menjadi mentor bagi pengikutnya
Ø  Pemimpin membangun kepercayaan
Ø  Pemimpin berpikir positif dan berserah diri
Ø  Pemimpin menciptakan lingkungan yang tepat
a.   Prinsip mentoring “membawa orang ke tempat yang lebih tinggi”oleh John C. Maxwell2)
Berikut ini adalah salah satu prinsip mentoring yang dikembangkan oleh John C. Maxwell dalam bukunya “Mentoring 101, Hal-hal yang Harus Diketahui oleh Para Pemimpin”. Ia mengilustrasikan bagaimana seseorang yang sudah memiliki keterampilan dan keahlian mau mengembangkan orang lain. Konsepnya ialah “BAWALAH ORANG LAIN KE TEMPAT YANG LEBIH TINGGI”.
Hal pertama yang ia tuliskan adalah bahwa “tidak ada kesuksesan yang terjadi secara otomatis dan hanya didasarkan pada pengetahuan”. Sesungguhnya hal penting yang perlu diketahui terlebih dahulu oleh seorang mentor adalah memiliki konsep mengenai orang lain. Konsep pemahaman tentang orang lain antara lain:
· semua orang ingin merasa dihargai
· semua orang utuh dan menanggapi ketika disemangati
· semua orang secara alamiah ingin dimotivasi
· semua orang percaya terlebih dahulu sebelum mengikuti kepemimpinan seseorang
Maxwell pun menyebutkan bahwa ada 3 hal penting yang perlu dipahami dalam mentoring yaitu:
· memahami orang lain
· menghadapi orang lain
· memperdulikan orang lain sepenuh hati
Selanjutnya, ia menjelaskan tentang bagaimana seharusnya seorang mentor berpikir. Ia menuliskan beberapa hal tentang apa yang harus dipikirkan oleh seorang mentor, antara lain:
1) Prioritas untuk mengembangkan orang lain. Jika Saudara ingin membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain maka berkomitmenlah untuk mengembangkan orang lain.
2) Membatasi hal-hal yang harus dikerjakan. Gunakan Prinsip PARETO (80/20). Prinsip ini mengatakan bahwa jika Saudara memfokuskan perhatian pada 20persen teratas dari apapun yang Saudara lakukan, Saudara akan memperoleh hasil sebesar 80 persen. Tetapkan 20 persen orang terbaik di sekitar Saudara, orang yang memiliki potensi besar yang akan dikembangkan, maka Saudara akan memperoleh hasil sebesar kapasitas 80 persen orang.
3) Mengembangkan hubungan sebelum memulai mentoring. Ketika Saudara bersiap-siap untuk mengembangkan orang lain, sisihkan waktu untuk mengenal mereka. Mintalah mereka membagikan kisah hidupnya dengan Saudara, tentang perjalanan mereka sejauh ini. Temukan apa yang memotivasi hidup dan kerja mereka, apa saja kekuatan dan kelemahan mereka, serta seperti apa temperamen mereka. Luangkan waktu bersama mereka di luar lingkungan biasanya Saudara bertemu dengan mereka.
4) Membantu tanpa syarat. Ketika mulai mengembangkan orang, jangan pernah berpikir untuk mengambil keuntungan dari orang itu.
5) Membiarkan mentee terbang bersama untuk sementara waktu. Jangan bekerja seorang diri. Setiap kali Saudara melakukan apapun yang Saudara ingin delegasikan pada orang lain, ajaklah seseorang bersama Saudara. Gunakan empat prinsip berikut ini: a) saya melakukan, b) saya melakukan dan kamu melihat, c) kamu melakukan dan saya melihat, d) kamu melakukan.
6) Mengisi bahan bakar pada tangki mentee. Seorang mentor, layaknya seorang mentor penerbangan, bisa memberikan sumber-sumber daya sebagai bahan bakar bagi calon penerbang agar lebih maju. Bahan bakar dimaksud misalnya buku, bahan-bahan bacaan, dan lain-lain, untuk pertumbuhan mentee-nya. Jika memungkinkan, ajak mentee mengikuti seminar atau beri informasi tentang seminar atau pertemuan-pertemuan ilmiah yang relevan. Ada kegembiraan yang besar ketika kita dapat memberikan sumber daya untuk membantu mereka agar dapat naik ke tingkatan yang lebih tinggi.
7) Bertahan hingga mentee mampu bekerja sendiri dengan baik. Ia menggunakan analogi seorang pelatih penerbang dengan calon penerbang. Seorang pelatih penerbang tidak akan mengizinkan seorang calon penerbang untuk terbang sendirian sebelum calon tersebut siap terbang. Namun, jika seorang calon penerbang sudah siap, ia akan membiarkan calon penerbang melakukan terbang sendiri. Seorang penerbang berbeda dengan agen perjalanan. Pelatih penerbang akan menemani calon penerbang sampai siap, sedangkan agen penerbangan hanya menyediakan tiket terbang tanpa harus menemani terbang. Tetaplah bersama mereka sampai mereka siap terbang. Demikian juga seorang mentor, tetaplah mendampingi mereka sampai mereka siap melakukannya sendiri.
8) Membersihkan landasannya. Masih dengan analogi penerbang dan calon penerbang, jika seorang pelatih penerbang telah melatih calon penerbang untuk terbang, dan telah melengkapinya dengan bahan bakar, serta telah mengizinkan untuk mengambil kontrol penerbangan, maka penerbang harus juga memberikan arah/rute penerbangan yang mudah dipahami sehingga ia bisa kembali pada tempat yang seharusnya. Hal ini biasanya luput dari perhatian para mentor, karena biasanya dianggap sudah memahami secara praktik.
9) Membantu mentee mengulangi proses. Setelah Saudara melakukan segala hal yang seharusnya dilakukan untuk membantu orang lain hingga mereka mampu tinggal landas dan mengudara, pada umumnya orang berpikir bahwa tugas telahselesai. Namun sesungguhnya masih ada satu langkah lagi yang harus ditempuh. Saudara sebagai mentor perlu membantu mereka untuk belajar mengulangi proses pengembangan ini kepada orang lain atau belajar membimbing orang lain. Apabila hal ini dilakukan maka Saudara akan melihat bahwa kesuksesan sesungguhnya bukanlah sebuah kesuksesan jika tanpa penerus.
Dampak positif dari mengembangkan orang lain tentu sangat besar. Namun Saudara tidak harus menjadi orang yang hebat, atau memiliki bakat luar biasa untuk menjadi mentor bagi orang lain. Dibutuhkan keinginan yang kuat dan komitmen untuk menjalani prosesnya, dan inilah bagian paling berharga dari sebuah kesuksesan. “Membawa orang lain ke tempat yang lebih tinggi sesungguhnya merupakan kegembiraan/kebahagiaan terbesar di dunia ini”.
Hal yang dibutuhkan orang dalam sebuah organisasi dan harus menjadi perhatian kita dalam mengembangkannya (dalam konteks mentoring) dirumuskan dalam satu akronim yang disebut dengan BEST yang memiliki arti seperti berikut:
B Believe in them (mempercayai mereka)
E Encourage them (menyemangati mereka)
S Share with them (berbagi dengan mereka)
T Trust them (mempercayakan pada mereka)

b.  Falsafah Minahasa “SI TOU TIMOU TUMOU TOU”3)
Falsafah penting dari tanah Minahasa dan sudah dikenal banyak orang yakni Si Tou Timou Tumou Tou. Falsafah ini berasal dari bahasa salah satu subsuku Minahasa yakni Tonsea, yang diterjemahkan menjadi “manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia” dicetuskan oleh seorang dokter yang juga merupakan pahlawan nasional Indonesia yakni Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi disingkat Dr. Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890 – meninggal di Jakarta, 30 Juni 1949 pada umur 58 tahun. Makna falsafah tersebut yakni bahwa seorang anak manusia dilahirkan bukan tanpa tanggung jawab, melainkan memiliki tanggung jawab penting selain untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain. Tanggung jawab dimaksud adalah bahwa seseorang harus memiliki kepedulian terhadap eksistensi orang lain. Orang lain dalam hal ini tentunya dimulai dari orang-orang yang ada di sekitarnya, anak, orang tua, saudara, sahabat, teman, atasan, bawahan, dan lebih luas lagi. Arti lebih jelasnya adalah bahwa ada tanggung jawab seseorang kepada orang lain dalam melengkapi hakikat kemanusiaan seseorang misalnya dengan memfasilitasi nilai-nilai, norma-norma, etika, kebiasaan, pengetahuan maupun keterampilan.
Konsep “manusia hidup untuk memanusiakan orang lain“ dalam realitas kehidupan manusia Minahasa, sejak dini sekali muncul dalam wujud etos kerja Mapalus. Mapalus dapat dianggap sebagai aktualisasi yang paling konkret tentang makna hakiki “Sitou timou tumou tou” itu, yang tidak saja dilihat dari sifat sosial budayanya sebagai sumber adat kebiasaan masyarakat, tetapi dan terutama pada 4 (empat) asas pelaksanaannya (kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, kerja sama dan keagamaan), dan 5 (lima) prinsip dalam segi pengelolaan kehidupan mapalus: (tolong menolong, keterbukaan, disiplin kelompok, kebersamaan, dan daya guna-hasilguna). Pada tataran praktis, kegiatan Mapalus melibatkan seluruh masyarakat, lelaki, perempuan, pemuda maupun anak-anak (peran masing-masing disesuaikan). Dalam konteks mentoring, ketika kegiatan Mapalus, pemuda maupun anak-anak akan dilatih melakukan pekerjaan dalam kebersamaan. Pemuda dan anak-anak dilatih juga bekerja bersama, mengatur pekerjaan sampai menyelesaikan pekerjaan dengan benar.
Dalam lingkup terbatas pada kepentingan masyarakat Minahasa sendiri, prinsip hidup “Sitou Timou Tumou Tou” ini, menyatakan diri dalam bentuk masyarakat Papendangen (pendang berarti ajar), suatu learning society yang berarti bahwa masyarakat Minahasa adalah masyarakat yang selalu ingin menimba ilmu dan pengetahuan. Hal ini berarti bahwa antara generasi tua dan muda terdapat kesinambungan melalui proses ajar mengajar. Kalau ini diangkat ke tingkat pemikiran atau wawasan yang bersifat falsafah, maka ajaran yang sekarang sering terdengar “Mari torang baku bekeng pande” atau “mari kita saling membuat diri pandai”, merupakan perwujudan masyarakat Papendangen di masa kini.
c.   Motivasi dalam mentoring
Banyak individu dalam sebuah organisasi yang sesungguhnya ingin berkembang menjadi lebih maju dari sebelumnya. Mentoring sendiri merupakan salah satu strategi untuk mencapai harapan dimaksud. Namun dalam mencapai harapan tersebut, dibutuhkan berbagai trik agar orang yang belajar memiliki motivasi yang tinggi dan dapat mempertahankan motivasinya sampai akhir kegiatan mentoring. Menurut John Maxwell, hal penting yang perlu dipikirkan adalah “perlakukan orang lain seakan-akan mereka memiliki 10 (untuk maksud memberi motivasi)”. Hal yang perlu dilakukan dalam keseharian yakni:
·         Lihatlah seolah-olah mereka telah mencapai potensi terbaiknya
·         Izinkan mereka “meminjam” rasa percaya diri seperti yang Saudara miliki
·         Pergokilah mereka ketika sedang melakukan sesuatu yang benar dan sesuai dengan harapan (pujilah mereka)
·         Pecayalah dengan cara yang terbaik, berikan kejelasan keuntungan kepada mereka atas keragu-raguannya sendiri
·         Sadarlah bahwa angka “10” memiliki banyak arti maupun definisi
·         Tempatkan orang-orang di daerah kekuatan mereka
·          Berikan perlakuan kepada mereka seperti memberi perlakukan bagi yang memperoleh nilai “10”

Sumber : BPU Mentoring, Edisi Refisi untuk ProDEP 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar