1. Definisi Coaching
Parsloe dan Wray (2000)
menyatakan bahwa coaching adalah suatu proses membantu seseorang agar
bisa belajar sehingga terjadi perkembangan dalam dirinya dan diikuti
peningkatan kinerjanya. Ditegaskan pula oleh pakar lainnya bahwa coaching
adalah seni memberikan bantuan peningkatan kinerja serta seni membantu
mengembangkan diri seseorang melalui belajar (Downey, 2001). Sedangkan
menurut Luecke (2002), coaching adalah suatu proses interaktif yang
dilakukan manajer atau supervisor untuk mengatasi masalah kinerja atau untuk
mengembangkan kapabilitas karyawan. Sementara itu, menurut Greene dan Grant
(2003), coaching adalah suatu proses sistematis kolaboratif yang
berorientasi pada hasil dan berfokus pada solusi di mana seorang coach membantu
peningkatan kinerja dan pengalaman hidup ke arah belajar mandiri agar mencapai
pengembangan diri. Pendapat lainnya menegaskan bahwa coaching adalah
upaya menciptakan perubahan ke arah positif, yaitu tentang bagaimana membantu
orang untuk mengembangkan potensi mereka (Senge dalam Greene, 2003).
Selanjutnya (O’Connor dan Lages, 2004), menyatakan bahwa coaching adalah
membantu seseorang dengan cara yang dikehendakinya dan membantunya menuju arah
yang dikehendakinya. Coaching mendukung seseorang pada setiap level
untuk menjadi apa yang mereka inginkan dan menjadi yang terbaik sejauh
kemampuan mereka.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa coaching
adalah upaya membuka potensi orang untuk memaksimalkan kinerjanya dengan
penekanan pada upaya membantu mereka belajar, bukan sekadar mengajarinya. Pada coaching
dibangun hubungan pembelajaran yang membantu orang bertanggung jawab
terhadap perkembangannya sendiri, membebaskan potensinya dan mencapai hasil yang
amat mereka harapkan.
Secara jelas Zeus dan Skiffington, yang dikutip oleh Connor dan
Pokora (2007:12), menyampaikan bahwa coaching:
·
menuntut kemampuan interpersonal yang dikembangkan dengan
baik
·
memerlukan kemampuan menghasilkan kepercayaan, komitmen,
dukungan, menghasilkan tindakan baru melalui keterampilan menyimak dan
berbicara
·
memperpendek kurva pembelajaran
·
bertujuan agar individu berkembang tetapi dapat memberi
dukungan jika orang lain mengalami kegagalan atau keluar dari masalahnya
·
memberi dukungan tanpa menghilangkan tanggung jawab
·
memerlukan keterampilan organisasi
·
berfokus pada pembelajaran dan perkembangan untuk
meningkatkan keterampilan dan kompetensi
·
menstimulasi pertumbuhan pribadi untuk mengembangkan
keahlian baru
·
dapat berfungsi sebagai pedoman karir untuk meninjau
tujuan karir dan mengidentiikasi nilai, visi dan kekuatan karir
2. Tujuan Coaching
Pada dasarnya
tujuan coaching adalah untuk melatih/membina seseorang atau tim agar
mampu:
·
mengandalkan diri sendiri,
·
menjadi pemimpin dari dirinya sendiri,
·
mengoptimalkan performanya sendiri,
·
berkreasi,
·
menyadari apa yang melandasi ucapan dan tindakannya dan
bagaimana mengolah pikiran dan perasaannya, dan
·
mampu menghasilkan tindakan dan ucapan yang berdaya.
3. Prinsip-Prinsip Coaching
Menurut Hayes
(2003), prinsip-prinsip coaching adalah:
a.
Kerja tim dan kooperatif
b.
Memotivasi anggota tim mencapai keterampilan baru selama
bekerja.
c.
Berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
d.
Menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.
e.
Dapat disampaikan dengan cara formal dan non-formal.
f.
Interaksi dua arah.
g.
Berpusat pada bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih
baik.
h.
Bukan tentang “saya” tetapi tentang “Anda”.
Coach Carol Wilson,
Managing Director dari Performance Coach Training, menjelaskan 8 (delapan)
prinsip dalam coaching yaitu:
a. Awareness (Kesadaran)
Proses coaching
menghasilkan kesadaran, di mana dengan itu coachee akan mendapatkan
lebih banyak manfaat, karena apapun yang dilakukan coach terpusat pada
upaya untuk mendapatkan kesadaran baru dan wawasan, mengidentifikasi tujuan dan
mengambil tindakan yang menantang.
b. Responsibility (Tanggung Jawab)
Coach lebih memilih
agar coachee sendiri yang memilih menciptakan solusi daripada memberitahu
apa yang harus dilakukan, karena belum tentu dapat diterima oleh coachee,
karena adanya perbedaan keyakinan dan nilai-nilai. Prinsip inti dari coaching
adalah self-responsibility, atau mengambil alih sepenuhnya apa yang
sudah menjadi keputusan dirinya.
c. Self Belief (Percaya Diri)
Ada dua
komponen untuk membangun kepercayaan coachee. Pertama, memberikan
kemungkinan ruang untuk berlatih, belajar, meregangkan diri ataupun membuat
kesalahan; kedua, memberi mereka pengakuan atas prestasi mereka melalui otentik,
pujian layak yang membangun kepercayaan diri mereka. Percaya diri bahwa coachee
mampu melakukan sesuatu merupakan faktor kunci yang sangat penting agar
tujuannya tercapai.
d. Blame Free (Tidak Menyalahkan)
Ketika
kesalahan diperlakukan sebagai pengalaman belajar, coachee termotivasi
untuk mencoba lagi dan belajar dari pengalaman. Menyalahkan dapat membuat coachee
berhenti di tengah jalan dan dapat menciptakan keyakinan bahwa prestasi
tidak mungkin tercapai dan karena itu tidak layak untuk mencoba lagi.
e. Solution Focus (Fokus pada Solusi)
Ketika coachee
memikirkan dan berfokus pada masalah, menjadikan masalah tersebut tampak
lebih besar dan sangat menguras energi. Tetapi ketika coachee berfokus
pada solusi, masalah yang muncul lebih kecil dan coachee memiliki lebih
banyak energi untuk menghadapinya. Inilah sebabnya mengapa berfokus pada solusi
sangat menentukan dalam proses coaching dan bidang kehidupan lainnya.
f. Challenge (Tantangan)
Sebagian
besar dari kita menyukai tantangan dan mengeluarkan semua kekuatan dan pikiran
dalam lingkungan yang mendukung dan mendorong. Ketika menetapkan tujuan dan
sasaran lebih tinggi dari yang seharusnya diperlukan, maka coachee dapat
dengan mudah mencapai sasaran yang diperlukannya, karena kita cenderung
memaksakan batas saat menetapkan tujuan untuk diri kita sendiri.
g. Action
Coaching mengungkap
perspektif baru dan kesadaran. Dengan cara ini coachee mendapatkan
wawasan baru, yang mengarah kepada lebih banyak pilihan, yang pada gilirannya
menumbuhkan keinginan untuk mengambil tindakan dan perubahan.
h. Trust (Kepercayaan)
Kepercayaan
sangat penting untuk hubungan antara coach dan coachee. Tanpa
kepercayaan, proses coaching tidak akan berlangsung.
4. Manfaat Coaching
Menurut hasil
survey Federasi Coach Internasional (dalam Greene and Grant, 2003), manfaat
dari coaching di antaranya adalah:
a.
Meningkatkan kinerja individu
b.
Meningkatkan pelayanan
c.
Mengembangkan seseorang ke tingkat yang lebih tinggi
d.
Meningkatkan hubungan yang harmonis
e.
Meningkatkan daya ingat
Coaching bermanfaat
untuk membantu seseorang mencapai tujuan dalam kehidupannya. Caranya? Coaching
kini memegang prinsip bahwa coachee secara alamiah kreatif, penuh
sumber daya, dan merupakan manusia yang utuh. Karena itu ialah yang paling tahu
jawaban terhadap kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini, coachee dilihat
sebagai guru maupun murid. Dengan pendekatan ini coach tidak dilihat
sebagai expert (serba tahu dan mempunyai jawaban terhadap semua masalah)
dalam kehidupan coachee. Tugasnya adalah mengajukan pertanyaan yang
tepat di saat yang tepat agar coachee bisa memulai suatu perjalanan
menuju self discovery dan awareness (pemahaman dan kesadaran mengenai
keadaan diri sendiri) dari perspektif baru yang berbeda.
Dalam sumber
lain dinyatakan beberapa manfaat coaching terhadap coachee sendiri.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Clutterbuck bahwa seorang coachee akan:
a.
Memiliki kejelasan tentang pengembangan diri dan karirnya
b.
Mampu berdiskusi dalam lingkungan yang terbuka dan tidak
penuh tekanan mengenai masalah-masalah perkembangan karir
c.
Memiliki jaringan kerja yang selalu diperbarui
d.
Mendapatkan saran praktis tentang berperilaku dalam
organisasi
e.
Memiliki kesempatan untuk menghadapi tantangan yang
membangun
f.
Rasa percaya diri yang meningkat
g.
Transfer pengetahuan
h.
Memiliki model
i.
Kejelasan tentang bagaimana sebenarnya performa mereka dan
apa yang menghalanginya untuk menampilkan kinerja yang lebih baik.
Sementara itu
Clutterbuck juga memaparkan manfaat coaching bagi coach sendiri,
yaitu:
a.
Merupakan proses belajar (seringnya dimanfaatkan sebagai
sarana untuk belajar dari kasus daripada sekadar melakukan coach).
b.
Merupakan kesempatan baginya untuk berlatih melakukan
perkembangan perilaku yang baik di luar tanggung jawabnya.
c.
Mengembangkan kesadaran sendiri.
d.
Meningkatkan pemahaman tentang wilayah kerja atau budaya
lain menjadi lebih dalam.
Disadur dari
BPU COACHING, Edisi Revisi ProDEP 2015
Oleh : Amin
Hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar