MENGELOLA HAWA NAFSU
“Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang jika ia baik, maka
baiklah seluruh tubuh. Dan jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuh. Itulah
hati.” (HR. Muslim)
1. Nafsu amarah bi as-su’.
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan” (QS. Yusuf:53)
Nafsu jenis
ini sifatnya sama sekali tidak menyeru pada kebaikan, bahkan cenderung
mendorong pada kejahatan/perbuatan tidak baik. Biasanya bersumber dari perut,
berupa; amarah, syahwat, sifat tamak, loba, sombong, rakus, dll. Oleh karena
itu harus ditundukkan.
“Musuhmu yang paling nyata adalah nafsumu
yang terdapat di dalam kedua rongga dada tubuhmu” (HR. al. Baihaqi)
Termasuk di
dalam jenis nafsi amarah bi as-su’ adalah nafsu perut (yang berkaitan dengan
perut) dan nafsu syahwat.
2.Nafsu lawwamah.
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)” (QS.
Al-Qiyamah: 2)
==== maksudnya: bila
berbuat kebaikan ia menyesal kenapa tidak berbuat lebih banyak. Demikian pula
ketika berbuat kejahatan ia sangat menyesalinya===
Nafsu lawwamah berada setingkat lebih tinggi
dibandingkan amarah. Keberadaan nafsu ini membuat seseorang sudah bisa
mengetahui semua perbuatan jahat atau yang dianggap maksiat, dan condong untuk
tidak melakukannya. Meski demikian yang bersangkutan belum menemukan
ketenangan.
3. Nafsu muthmainnah.
“Hai jiwa yang tenang” (QS. Al-Fajr: 27)
Tingkatan
nafsu ini adalah yang paling tinggi. Seseorang tidak akan menguasainya kecuali
jika ia selalu mengisi jiwanya dengan zdikir kepada Alloh swt. Dengan demikian
ia telah mampu menjauh dari pengaruh syahwat dan sifat tercela lainnya.
Menurut Imam
Ghazali, pada dasarnya dalam diri setiap manusia terdapat empat sifat.
- as-subiyyah (sifat binatang buas), contohnya amarah.
- al bahimiyah (sifat binatang ternak), di antaranya syahwat.
- syaithoniyah (sifat setan), wujudnya senang menyebarkan keburukan, licik, dll).
- Rabbanniyah (sifat Ketuhanan), berupa kesadaran tentang diri sebagai mahkluk.
Sifat-sifat dasar tersebut harus dikelola dengan
baik, agar bermanfaat dan tidak menimbulkan mudlarat. Jika tidak, tiga sifat di
antaranya akan memicu berkembangnya nafsu amarah yang cenderung pada
kejahatan/keburukan dan angkara murka.
Mengendalikan Nafsu
Yang harus benar-benar dikontrol dan dikendalikan
adalah jenis nafsu yang pertama. Yaitu nafsu amarah yang sangat mudah terpicu
oleh perut dan syahwat.
Banyak yang berpendapat bahwa nafsu perut adalah
sumber segala bencana. Karena nafsu ini menimbulkan nafsu farji (kemaluan), yang bentuknya berupa birahi (sex), sifat rakus
mengumpulkan harta sampai lupa waktu, sombong, tamak, dll. Untuk mengendalikan
nafsu ini, hanya satu cara yang dapat dilakukan yaitu:
”Makan dan
minumlah, dan jangalah berlebih-lebihan, karena Alloh tidak menyukai orang ang
berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Lapar dan haus merupakan dua
hal yang sangat menentukan dalam upaya menekan nafsu perut. Beberapa ulama
sepakat bahwa salah satu cara ampuh menekan nafsu adalah dengan tidak terlalu
banyak makan/minum, dan mengurangi tidur. Ada beberapa manfaat lapar dan haus,
di antaranya:
1. lapar melatih hati menjadi lembut.
2. lapar menghilangkan sifat tamak dan
sombong.
3. lapar membuat seseorang tidak mudah
melupakan musibah.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan syahwat/seksual,
terutama seseorang harus berusaha mengontrol, menekan, dan melakukannya secara
wajar, karena dalam setiap urusan Alloh swt tidak suka yang berlebih-lebihan.
Rosululloh saw bersabda:
”Wahai para
pemuda, barang siapa yang mampu menikah (dengan berbagai tanggung jawab dan
konsekwensinya) maka menikahlah. Sedangkan barang siapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi perisai bagimu” (HR. An-Nasa’i)
Latihan yang bisa dilakukan
untuk mengendalikan nafsu
- Makan hanya makanan yang halal, baik jenis makanannya, asal-usulnya/cara perolehannya, maupun cara pengolahannya.
- Mengatur porsi makan, seperti perintah Alloh swt untuk tidak berlebih-lebihan. Atau, berhentilah makan sebelum kenyang. Jadikan makan bukan sebagai hobby tetapi semata-mata sebagai kebutuhan untuk mendapatkan energi bagi aktivitas tubuh.
- Mengatur waktu makan. Di kalangan kaum sufi, langkah ini diwujudkan dengan berpuasa rutin pada waktu-waktu tertentu untuk melatih jiwanya menjadi bersih. Ada yang berpuasa berturut-turut sampak 40 hari, 30 hari, 12 hari, 7 hari, atau yang paling rendah hanya 3 hari saja. Namun bagi orang awam, langkah ini cukup dilakukan dengan berpuasa sesuai dengan kesanggupan. Atau bahkan hanya dengan sekedar mengurangi kebiasaan makan, yang biasanya tiga kali sehari menjadi hanya dua atau sekali saja.
Satu hal yang harus tetap
diperhatikan adalah, bahwa dalam upaya mengurangi makanan, harus diingat
kemampuan fisik masing-masing. Jangan sampai seseorang mengurangi asupan
makanan secara drastis, sehingga mengganggu kinerja tubuh. Bagaimanapun makanan
diperlukan bagi aktifitas seseorang, karena itu sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Bulan Romadlon merupakan
momen tepat untuk melatih pengendalian hawa nafsu. Selama satu bulan penuh (29/30
hari) disiplin hanya makan/minum pada waktu yang telah ditentukan. Porsi
makanpun pasti berkurang dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Perut menjadi
tidak terlalu penuh dengan makanan/air. Oleh karenanya, pada siang hari,
organ-organ tubuh bekerja lebih santai, sehingga tidak terlalu lelah.Dengan
demikian tubuh menjadi lebih sehat.
Seyogyanya latihan disiplin
waktu makan, mengatur porsi makan, juga jenis makanan seperti itu terus
dilakukan, meskipun waktunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
PRIBADI MUSLIM YANG SYAKHSHIYAH ISLAMIYAH,
KEPRIBADIAN ISLAM YANG UTUH
Gambaran Kepribadian islam itu utuh, bukan terpecah bagai serpihan.
Kepribadian seseorang muslim itu
terpadu, bukan terkoyak-koyak atau split
personality.
- Bersih aqidahnya
Bersih tidak bercampur syirik karena syirik
merupakan bentuk kezaliman yang paling zalim dan dosa yang paling besar. Barang
siapa yang hingga ajalnya belum sadar dari kemusyrikan, Allah SWT tidak akan
mengampuninya.
”dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : ”Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
thaghut” (QS: An-Nah/16:36)
Thaghut adalah setan dan apa saja yang rela
disembah selain Allah SWT.
- Benar Ibadahnya
Ibadah yang benar adalah yang memiliki tuntunannya
dari Rasulullah. Sebelum kita berbuat suatu amal ibadah, pastikan terlebih
dahulu apakah disyariatkan apa tidak.
Sabda Rasulullah :
”Siapa melakukan amal yang tidak kami perintahkan,
maka amal itu tertolak (HR Bukhari dan Muslim).
- Kokoh Akhlaqnya
Kalau akidah sebagai power penggerak, ibadah
merupakan mesin pengolah maka akhlaq mulia adalah out put atau hasilnya. Dusta,
kesombongan, aniaya dan khianat merupakan akhlaq tercela.
Rasulullah bersabda :
Sesungguhnya tidak lain aku diutus adalah untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlaq” (Silsilah Shahihah, Al-albani).
- Luas Wawasannya
Ilmu adalah salah satu unsur kekuatan umat. Iqra’,
bacalah! Karena membaca merupakan pintu ilmu dan jendela dunia.Allah akan
memberi kemuliaan pada orang yang membaca. Membaca ayat qauliyah dan
kauniyahNya. Allah mengajarkan do’a kepada nabinya :
”Wahai Tuhanku, tambahkan ilmu padaku” (QS.
Thaha/20:114)
- Kuat Fisiknya
Kerja keras, kerja cerdas kerja tuntas dan kerja
ikhlas membutuhkan fisik yang kuat. Dahulu Rasulullah memerintahkan para
sahabat olah raga berkuda, memanah, lari dan berenang. Bahkan beliau sendiri
sanggup mengalahkan pegulat tangguh bernama Rukana.
”Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih
dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah”(HR. Muslim).
- Mampu Bekerja
Nama yang paling jujur, kata nabi SAW adalah
Harist dan Hammam. Harits artinya pembajak pembajak tanah, dan Hammam berarti Si
tekad baja. Keduanya menggambarkan kemauan dan kerja penuh kesungguhan. Seorang
muslim perlu memiliki skill dalam mengais rizki, sehingga tidak menjadi beban
malahan dapat membantu sesama.
Rasulullah bersabda :
”Sesungguhnya Allah menyukai orang mukmin yang
bekerja dengan keahliannya”(HR. Thabrani).
- Mujahid terhadap Dirinya
”Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap
dirinya untuk mentaati Allah” (HR Ahmad).
Kita bisa berjihad terhadap diri sendiri kapan dan
dimana saja, yaitu mengkondisikannya agar tetap berada dalam ketaatan kepada
Allah. Ada 4 hal yang dapat dilakukan :
1. Mempelajari petunjuk, yakni ajaran islam
sebagai jalan keselamatan dunia akherat
2. Mengamalkannya
3. Mengajak orang kepada petunjuk tersebut
4. Bersabar dalam menghadapi tantangan dan
gangguan dalam mengajak.
- Berdaya Guna Waktunya
Waktu lebih berharga bagi seseorang dibanding
rupiah dan emas. Waktu adalah kehidupan. Sesungguhnya menyia-nyiakan waktu
berarti memterlantarkan kehidupan. Seorang muslim sadar betul bahwa di akherat
nanti akan ditanya :
”...umurnya, untuk apa ia habiskan?” (HR
Tirmidzi).
- Tertata Semua Urusannya
Hidup terprogram dan terencana, itu diperintahkan
Allah.demikian pula dengan urusan seorang muslim, harus memiliki maaanajemen
dan penataan dan penanganan yang kuat.
”Hendaklah setiap diri melihat apa yang sudah ia
perbuat untuk ahri esok?” (QS. Al-Hasyr/59:18).
- Bermanfaat Bagi Orang Lain
”sebaik-baik orang adalah yang paling banyak
memberi manfaat bagi sesama”(HR Thabrani).
Saat kita terputus karena kematian, maka ilmu yang
bermanfaat dan kebaikan yang dilanjutkan akan menjadi amal jariah kita yang
selalu mengalirkan pahala.
Dikutip
dari ;
Labbaik,
Edisi 21 tahun XXI Juni 2012
RAMADHAN JALAN TAQWA
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu shaum sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al Baqarah
:183).
”Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah SWT
memerintahkan kepadamu shaum di bulan itu” (HR. Ahmad, Nasai dan baihaqi dari
Abu Hurairah ra).
Ramadhan bulan penuh rahmat, berkah dan bulan yang dijanjikan sebagai
penghapus dosa. Bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari
seribu bulan.
- Keutamaan bulan Ramadhan
a. Bau mulut orang yang shaum lebih harum
disisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Allah menghiasi sorgaNya setiap hari
sambil berkata : ”Hamba-hambaKu yang shaleh ingin melepaskan beban
penderitaanya dan mereka sangat ingin memasukinya.”
c. Setan-setan dibelenggu sehingga mereka
tidak dapat menyesatkan hamba-hamba Allah yang shaleh ke arah kemaksiatan dan
kejahatan.
d. Shaum termasuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang
paling besar.
e. Pahala shaum Ramadhan dilipatgandakan.
f. Banyaknya peluang ampunan di bulan
Ramadhan.
- Ampunan di bulan Ramadhan
a. Shaum
Rasulullah bersabda: Barang siapa shaum Ramadhan
karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah
lalu”(HR. Al Bukhari-Muslim).
b. Shalat tarawih/shalat malam
Rasulullah bersabda : ”Barang siapa melakukan
shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya
diampuni dosanya yang telah lalu”(HR. Bukhari-Muslim).
c. Memberi ifthar (makanan untuk berbuka)
Sabda Rasulullah ;
Barang siapa yang di dalam bulan Ramadhan memberi
ifthar kepada orang yang shaum, niscaya hal itu menjadi (sebab) ampunan dari
dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka” (HR. Ibnu Khuzaimah,
Baihaki, dll).
d. Beristigfar dan berdoa pada waktu berbuka
puasa dan menjelang berbuka
Rasulullah SAW bersabda :
”Tiga doa yang tidak ditolak; doa orang tua
terhadap anaknya, doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir” (HR.
Baihaqi).
e. Dimohonkan ampunan oleh para malaikat
Rasulullah bersabda : ” Para malaikat memohonkan
ampunan untuk orang-orang yang shaum sampai mereka berbuka” (HR. Ahmad).
- Hikmah Shaum
a. Ibadah untuk mendekatkan diri kepada
Allah, sebagai wujud ketaqwaan kepadaNya.
b. Hati senantiasa terbimbing untuk ingat dan
berdzikir kepada Allah SWT.
c. Orang kaya akan merasa bersyukur dan
menjadikannya dermawan, karena nikmat yang telah Allah berikan berkat turut
merasakan penderitaan si miskin.
d. Membiasakan diri mengekang, menguasai dan
mengendalikan hawa nafsu
e. Menghilangkan rasa sombong dan
menjadikannya tawadlu’ lemah lembut.
f. Tubuh menjadi sehat, shaum meberi
kepsempatan organ-organ tubuh beristirahat/mengurangi kerjanya.
- Menghidupkan bulan Ramadhan
a. Shalat malam (qiyamulLail)
Rasulullah SAW bersabda :
”Barang siapa yang mengerjakan qiyam (shalat
malam) pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”(HR. Bukhari-Muslim).
b. Shadaqoh dan memberi makan orang yang
berbuka shaum
Rasulullah bersabda ;
”Sebaik-baik shadaqah yaitu sadaqoh di bulan
Ramadhan” (HR. Tirmidzi dari Anas r.a).
”barang siapa memberi makanan untuk berbuka bagi
orang yang shaum maka baginya pahala seperti pahala orang yang shaum, dengan
tidak mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun” (HR Ahmad dan An Nasa’i)
c. Rajin membaca Al Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an,
diriwayatkan bahwasanya Rasulullah setiap malam di bulan Ramadhan mengulang
hafalannya di hadapan Malaikat Jibril (Mutafaqun’Alaih).
d. Duduk di masjid hingga terbit matahari
Diriwayatkan bahwasannya Rasulullah apabila
setelah shalat fajar (subuh) beliau duduk di tempat sholatnya sampai terbit
matahari (HR Muslim).
e. I’tikaf
Diriwayatkan bahwa Rasulullah beri’tikaf setiap
Ramadhan pada sepuluh hari terakhir (HR Bukhari).
f. Melaksanakan umrah
Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti Haji
bersamaku” (HR. Al Bukhari)
g. Mengharap mendapat Lailatul Qadar
Diriwayatkan bahwa Rasulullah beri’tikaf pada 10
hari terakhir di bulan Ramadhan dan beliau bersabda: ”carilah lailatul Qadar
pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan”(Mutafaqun ’Alaih).
h. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar
- Keutamaan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
a. Rasulullah SAW lebih banyak meningkatkan
amalan daripada hari-hari lainnya.
b. Rasulullah SAW menghidupkan malamnya
dengan melakukan shalat, membaca Al Qur’an dan dzikir
c. Lailatul Qadar ditrunkan Allah pada satu
malam diantara sepuluh malam terakhir
d. Rasulullah melakukan iti’kaf (menetap di
masjid) pada sepuluh hari terakhir untuk berkonsentrasi melakukan ibadah kepada
Allah.
- Lailatul Qadar
Allah menurunkan Al Qur’anul karim secara
sekaligus dari Lauhil Mahfudz ke Baitul ’Izzah(langit pertama) pada Lailatul
Qadar. Kemudian di turunkan secara berangsur-angsur kepada rasulullah SAW
sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun.
Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik
dari seribu bulan, artinya beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat,
membaca, dzikir, dan do’a lebih baik dari beribadah selama seribu bulan pada
bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar.
Keutamaan Lailatul Qadar yaitu keberkahan yang
melimpah dan banyaknya malaikat yang turun pada malam itu, termasuk malaikat
Jibril. Mereka turun dengan membawa semua perkara, ketentuan yang baik dan
buruk yang merupakan takdir Allah SWT.
Tentang waktu saat lailatul Qadar, rasulullah
bersabda : ” Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan” (HR. Al Bukhari-Muslim).
- Zakat Fitrah
Pada akhir bulan ramadhan Allah mewajibkan kita
mengeluarkan zakat fitrah sebelum menunaikan shalat Idul Fitri. Zakat fitrah
wajib dikeluarkan oleh kepala keluarga untuk dirinya sendiri dan orang-orang
yang menjadi tanggungannya, seperti istri, anak dan kerabatnya.Untuk beras
sebanyak satu sha’(2,5-3 kg berassesuai kadar air dan kualitas beras). Hikmah
diwajibkan zakat fitrah yaitu sebagai penyempurna ibadah shaum dan wujud
perbuatan ihsan kepada orang fakir, mencegah mereka meminta-minta di hari raya
dan agar mereka dapat bersama-sama menikmati kegembiraan karena hariraya itu
diperuntukan bagi seluruh kaum muslimin.
- Idul Fitri
Pada hari itu kita disunahkan menampakkan rasa
suka cita dengan tanpa menjadikannya lupa untuk taat kepada Allah. Adapun yang
dilakukan kebanyakan orang dengan berduyun-duyun memenuhi tempat hiburan adalah
tidak dibenarkan.
Sunah seputar shalat Id, yaitu :
a. Mandi sebelum shalat Id.
b. Mengenakan pakaian terbaik yang
dimilikinya
c. Makan sebelum pergi ke tempat shalat Id
d. Mengakhirkan shalat id agar kaum muslimin
memiliki kesempatan untuk membagikan zakat fitrahnya
e. Pergi ke shalat Id setelah terbit matahari
dan selama perjalanan senantiasa bertakbir
f. Pulang dari shalat id melalui jalan yang
berbeda dengan ketika berangkat.
Dikutip dari
Adzkia Indonesia, LPP Al Irsyad Al
islamiyyah Purwokerto
MENGENAL DERAJAT
MUTAQIN
Oleh : Amin Hidayat
Jamaah RA
Melalui mimbar kultum, lebih
dahulu, di bulan suci ini, saya mengajak kepada jamaah mari bersyukur kepada
Allah, sampai detik ini kita masih dikaruniai rahmat, hidayah dan inayah dari
Allah SWT, sehingga kita bisa hadir di mesjid tercinta ini tanpa aral suatu
apapuk.
Syukur kita kepada Allah SWT tidak sekedar
mengucapkan Al-Hamdulillah, namun harus diwujudkan atau dibuktikan dengan taat,
berbakti kepada Allah SWT menjalankan apa-apa yang diperintahkan Allah kita
laksanakan dengan semestinya, dan apa yang menjadi larangannya benar-benar kita
jauhi atau hindari. Kata lain, dimanapun,kapanpun dalam keadaan apapun kita
senantiasa takut dan bertaqwa kepada Allah. Dengan demikian kita akan terjaga
kukuh pada jalan yang lurus. Taqwa juga dapat mendatangkan rahmat, taufik lan
hidayah dari Allah SWT yang pada akhirnya menerima keselamatan dunia-akhirat.
Sebagaimana petunjuk Allah dalam
QS Ali Imran 102 :
“Hai orang yang beriman,
bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah
hendaknya kamu mati kecuali dalam Islam”.
Innallaha ma’alladziinat taqau walladzina hum muhsinuuna
“ Sesungguhnya Allah menyertai
orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”
Innaakromakum indallahi atqaakum
“Sesungguhnya yang paling mulya
dari kalian semua di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.”
Dari kandungan firman tersebut
sudah jelas bahwa, perbuatan taqwa bukan hanya terbatas di dalam ketaatan
lingkup menjalankan shalat, puasa, berdzikir, membaca Al Qur’an atau amalan
sejenis itu, melainkan juga dalam hal kesopanan kita dalam bergaul,
kedisiplinan kita dalam menjalankan tugas Negara, kearifan kita dalam membina rumah
tangga. Memang bertaqwa akan sukar kita laksanakan jika tidak disertai dengan
keteguhan iman.
Sebagai umat pilihan, setiap diri
seorang muslim harus introspeksi, mawas diri. Apakah kita itu hanya mengenal
Allah ketika shalat, setelah itu tidak terlintas lagi. Untuk menjadi hamba yang
dicintai dan mencintai Allah, tidaklah mudah. Karena apa yang dilakukan selalu
bertentangan dengan nafsu. Oleh sebab itu nafsu harus kita tundukkan.
Resepnya adalah :
1. Dengan
membersihkan hati.
Percakapan Rasulullah saat ditanya tentang
siapakah orang yang paling utama itu. Beliau menjawab bahwa orang yang paling
utama itu adalah setiap orang bersih hati dan benar lidahnya. Orang yang
bertanya menimpali, kami sudah mengerti tetang orang yang benar lidahnya,
tetapi kami belum mengerti tentang orang yang bersih hatinya. Rasul menjawab,
yaitu orang yang bertaqwa, bersih, jauh dari dosa, tidak jahat, tidak
pendendam, dan tidak ada dengki (Hadist Shohih Riwayat Ibnu Madjah dari
Abdullah bin Amr).
2. Berlaku
sabar
Hasan Al
Basyri memilah kesabaran menjadi 2 :
1. Sabar
menghadapi kemalangan dan penderitaan
2. Sabar
mengendalikan diri dari hal-hal yang Tuhan perintahkan agar kita menjauhi dan
membuang apa yang dilarang kita kerjakan.
Dengan berlaku
seperti ini, akan lahir kesadaran bahwa manusia adalah hamba ciptaan Allah SWT.
3. Ma’rifatullah,
Mengenal Allah
Suatu ketika ada yang bertanya kepada Rasul,
dimanakah Allah berada, di langit atau di bumi? Rasulullah menjawab, di dalam
hati para hambaNya yang mukmin. Dari jawaban Rasul bisa ditarik pelajaran bahwa
makrifat tertinggi kepada Allah adalah kebenaran penglihatan mata hati. Senada
dengan jawaban Imam Ali bin Abi Tholib ditanya seseorang, Apakah Imam Ali
pernah melihat Allah? Ali menjawab, Dia (Allah SWT) tidak bisa dilihat dengan
penglihatan mata, tapi dapat dilihat dengan mata hati melalui keimanan.
4. Mahabbah
Ilallah atau kecintaan kepada Allah SWT
Bentuk cinta manusia yang paling tinggi, bening,
jernih, dan spiritual adalah kecintaan pada Allah SWT. Dalam setiap tindakan,
perbuatan dan pemikiran selalu tertuju kepada harapan, penerimaan dan ridloNya.
Orang boleh cinta pada harta, istri, anak, orang tua, tetapi Islam mengatur
kecintaan itu tidak boleh mengalahkan kecintaan pada Allah SWT.
Tentang cinta kepada Allah ini
adalah sebuah perbuatan yang bersumber pada iman. Semakin kuat iman seseorang,
semakin erat pula cinta pada Allah SWT. Sebagaimana dinyatakan dalamAl Qur’an
Surat Al Baqoroh 165:
Walladzii na aamanuu asaddu hubbal-lillahi
“Orang-orang yang beriman itu
sangat cinta pada Allah SWT.”
Menurut Imam Ghozali sebagaimana
dijabarkan dalam “Ihya’ Ulumuddin” ada 10 tanda orang yang mencintai Allah :
1. Tidak
ragu menghadapi kematian
2.
Senantiasa berusaha mengendalikan hawa
nafsu
3.
Selalu ingat tidak lepas pada Allah,
4.
Rajin Berkhalwat
5.
Senantiasa intropeksi
6.
Merasakan bahagia dan menikmati dalam
beribadah
7.
Ramah terhadap sesame muslim dan tegas
terhadap orang-orang ingkar
8.
Beribadah bukan karena takut tapi
merasakan sebagai kewajiban dan kebutuhan
9.
Berusaha menyembunyikan kebaikan yang
diperbuat
10. Selalu
melekat hatinya pada Allah dan ridlo menerima segala cobaan
Orang yang bertaqwa dijamin oleh
Allah diberi jalan keluar dari kesempitan, diberi kemudahan di dalam segala
urusan, diberi kelancaran jalan rizkinya. Semoga kita semua termasuk golongan
orang yang bertaqwa.
Ciri-ciri /Indikator orang
mutaqqin menurut Iman Ar Rozi dalam
bukunya Zawawi Hasan menyebutkan sebagai berikut :
1. Al
ladziina yaquuluuna rabbanaa innanaa aamannaa, Orang yang berani mengucapkan
keimanannya kepada Allah dimanapun dan kapanpun.
2.
Ah shoobiriina, mempunyai kesabaran.
3.
Ashshoodiqiina, benar dalam pengucapan,
perbuatan
4.
Al qoonitiina, taat menjalankan agama.
5.
Al munfiqiina, mrnginfaqkan sebasgian
hartanya untuk kepentingan agama
6. Wal
mustaghfiriina bil ashaari, melaksanakan sholat malam, memperbanyak doa dan
ampunan saat waktu sahur
Akhirul khalam, Mari kita senantiasa berdo’a kehadirat
Allah yang Maha Murah dan Maha Asih, mudah-mudahan senantiasa melimpahkan
Rahmat dan HidayahNya kepada kita semua. Senantiasa memberi petunjuk kepada
kita pada jalan yang lurus. Mudah-mudahan kita termasuk golongannya orang-orang
yang memiliki derajat mulia di sisi Allah, selamat fid dun ya wal akhirah.
Amin ya robbal alamin
TAUBAT
Perintah Taubat dan
Keutamaannya
“Bertaubatlah kamu
semua kepada Alloh hai orang-orang mu’min, agar supaya kamu bahagia” (QS.an- Nur: 31)
“Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kamu semua kepada Alloh dengan taubat yang murni” (QS. At- Tahrim:8)
”Sesungguhnya Alloh itu mencintai orang-orang
yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suci” (QS. Al-Baqarah: 222)
”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila
dalam dirinya timbul perasaan was-was dari setan, mereka segera mengingat .
Maka seketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al-A’raf:201)
Sabda Rosululloh:
”Orang yang bertaubat adalah kekasih Alloh.
Dan orang-orang yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak punya
dosa” (HR. Ibnu Majah).
Dengan demikian, taubat itu hukumnya wajib bagi orang-orang mu’min, yang beriman
kepada Alloh swt. Karena, tidak ada satu orang pun yang terbebas dari
kesalahan/kekhilafan. Bahkan seorang
Rosululloh Muhammad saw bersabda, ”Sesungguhnya
hatiku ditipu syahwat, sehingga aku memohon ampun kepada Alloh swt, dalam
sehari semalam tujuhpuluh kali”
Pengertian Taubat
Ilmu yang berupa iman/keyakinan atas kekuasaan Alloh swt, akan membawa
seseorang mengukur perbuatannya dengan aturan-aturan yang telah ditetapkanNYA.
Jika ternyata perbuatannya melenceng dari aturan (maksiat), dalam hati orang
tersebut akan timbul penyesalan yang mendalam. Oleh karena itu ia kemudian
memohon ampun, dan berjanji untuk berhenti, tidak mengulangi perbuatan maksiat
itu lagi sampai kapanpun.
Tanpa ilmu berupa iman dan keyakinan terhadap Alloh swt, orang tidak akan
memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang perbuatan maksiat. Sehingga, tanpa
ilmu pula seseorang tidak akan bertaubat.
Syarat Taubat yang Diterima Alloh swt
”Sesungguhnya taubat di sisi Alloh hanyalah
taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahilan, yang kemudian mereka
bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya, dan Alloh
Mahamengetahui lagi Mahabijaksana” (QS.
An-Nisa:17)
”Dan tidaklah taubat itu diterima alloh dari
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada
seseorang di antara mereka (barulah) ia mengatakan ”Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati, sedangkan
mereka dalam kekafiran...” (QS.
An-Nisa:18)
Berdasarkan ayat
tersebut, taubat seseorang hanya akan diterima oleh Alloh swt jika:
- Perbuatan yang dilakukan hanya berupa kejahilan. Artinya, perbuatan maksiat tersebut dilakukan karena ketidaktahuan, atau ketidakmampuan diri menekan hawa nafsunya.
- Perbuatannya bukanlah kejahatan yang sengaja dilakukan secara sadar dan terus menerus.
- Tidak menunda-nunda waktu taubat/ dilakukan sesegera mungkin setelah mengerti kesalahannya.
- Taubat harus dilakukan sebelum sakaratul maut (nafas sampai di tenggorokan).
- Disertai penyesalan yang sungguh-sungguh tentang kesalahannya. Seperti sabda Rosululloh saw, ”Penyesalan itu adalah taubat.”
- Berhenti melakukan perbuatan maksiat tersebut, dan tidak pernah mengulangi lagi.
- Jika maksiat tersebut berhubungan dengan orang atau pihak lain, maka taubatnya harus disetai dengan maaf dan ridlo dari yang bersangkutan. Setelah itu baru bertaubat kepada Alloh swt, dengan beristighfar dan sholat taubat.
Jika taubat telah
dilakukan, seseorang harus terus mengingat kesalahan yang pernah dilakukan,
sehingga ia tidak mengulangi dan atau berusaha menghindari penyebabnya,
meskipun hal yang kecil sekalipun. Tidak ada yang namanya dosa kecil jika
disertai ishrar atau dilakukan secara
terus-terusan. Sebaliknya, tidak ada dosa besar jika disetai dengan istighfar (mohon ampun).
MANUSIA TAKKAN LEPAS DARI 6 HAL
Dirangkum dari ceramah Bp Kyai Haji Ahmad Kifni
- Dari salah
Manusia tidak lepas dari suatu kesalahan dan dosa. Oleh karena itu tidak
perlu gengsi atau malu meminta maaf dan memafkan, mohon ampun kepada Allah.
Dalam bermasyarakat, bertetangga, dibutuhkan silaturrahim untuk menjaga
persaudaraan, jangan sampai memutus tali silaturrahim.
- Dari sakit
Orang sakit raganya cepat-cepat dicarikan obatnya, namun bila kena penyakit
hati, tidak sesegera mungkin mencari obatnya.
- Dari kematian
Kematian tidak perlu ditakuti, justru menurut HAMKA yang ditakuti setelah
kematian, karena akan dimintai pertanggungjawabannya selama hidup di dunia.
- Dari ketidakpuasan
Kepuasan manusia tiada batasnya, punya harta satu gunung pasti kepengin
dua, punya satu istri, sejujurnya untuk bapak-bapak terbersit kepengin mencoba
extra fooding yang lain dan seterusnya. Dalam hidup kita janganlah melihat ke
atas, namun justru lihatlah di bawahnya kita, sehingga akan tumbuh rasa syukur.
- Dari perjalanan waktu
Waktu lampau adalah sangat jauh sedangkan waktu yang akan datang sebenarnya
dekat, karena pasti akan dilalui, sedangkan waktu lampau tidak mungkin
berulang. Kiamat sudah dekat, karena kita yakin kiamat yang akan datang pasti
akan dilalui.
- Dari repot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar