Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Januari 2013

Memaknai Sejarah Lokal sebagai Harga Mati


Pemahaman guru IPS terhadap sejarah lokal dalam hal ini Budaya Banyumas penting. Namun hal itu tergantung bagaimana guru yang bersangkutan memaknainya. Pembelajaran sejarah dalam IPS misalnya, haruslah dilanjutkan dengan penekanan bahwa sejarah yang diajarkan senantiasa berada dalam proses waktu yang selalu terkait, satu dengan yang lain. Karena itu, sejarah selalu beredar dalam kekiniannya. Demikian kesimpulan dari pendapat Sejarawan Anhar Gonggong, dalam wawancara di sela-sela seminar nasional tentang Pendidikan yang Membangkitkan Nasionalisme, di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), tanggal 28 Oktober 2009. Selain tidak membosankan, maknanya pun akan langsung dirasakan siswa yang merasa terlibat dalam berbagai materi belajarnya.
Pentingnya guru IPS memahami Budaya Banyumas juga tersirat dari hasil wawancara dengan Drs. Sugeng Priyadi, M. Hum, ahli sejarah lokal Banyumas yang juga dosen FKIP UMP pada tanggal 28 Oktober 2009. Ia  mengatakan, pembahasan terhadap budaya Banyumas merupakan tindakan ’pulang kampung’. Harus disadari,  primordialisme merupakan salah satu unit historis yang musti diakui eksistensinya. Primordialisme Banyumas jelas menunjukkan adanya kelampauan bersama yang telah dilalui dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, Budaya Banyumas beserta beberapa aspeknya perlu diposisikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya nasional.
Mengingat hal-hal tersebut, menjadi harga mati bagi guru-guru IPS untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang budaya-budaya lokal (bagi guru IPS di wilayah Banyumas mutlak harus memahami Budaya Banyumas dengan segala keunikan dan nilai-nilai yang dikandungnya.
 Budaya Banyumas dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa SMP di wilayah yang bersangkutan. Selain memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap upaya pemeliharaan dan pelestarian budaya daerah sebagai bagian integral dari budaya nasional, pendidikan juga akan lebih bermakna bagi siswa. Upaya mengangkat budaya lokal, dalam hal ini Budaya Banyumas, menjadi materi pelajaran IPS di SMP memerlukan tingkat dedikasi yang tinggi pada para guru pengampu mata pelajaran IPS. Pasalnya, mereka masih harus menambah pengetahuan tentang Budaya Banyumas yang sangat minim. Mereka juga dihadapkan pada terbatasnya literatur tentang Kebudayaan Banyumas yang benar-benar kompeten.

            Budaya Banyumas sebagai sumber belajar mata pelajaran IPS di SMP di Kabupaten Banyumas memiliki kedudukan penting. Oleh karena itu agar pembelajaran IPS yang memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar lebih  berkualitas dan tepat sasaran, maka perlu  :
1.      Mengingat informasi tentang Budaya Banyumas masih sangat terbatas, perlu adanya kebijakan Pemerintah Daerah atau forum MGMP untuk memprakarsai pengadaan buku teks Budaya Banyumas.
2.      Perlu diadakan kegiatan :
a.       Pelatihan atau workshop penyusunan perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) yang mencakup materi lokal.
b.      Pelatihan penyusunan skenario pembelajaran atau model pembelajaran yang memanfaatkan potensi lokal.
c.       Pelatihan Teknologi Informatika (TI) sebagai media pembelajaran tentang potensi lokal Budaya Banyumas.
d.      Pelatihan Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) dengan memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS.
3.      Jika dimungkinkan, otoritas pemerintah daerah  mengeluarkan surat edaran berupa anjuran atau kewajiban penyampaian tradisi budaya lokal secara terintegrasi dalam pembelajaran IPS. Surat ini nantinya akan mewajibkan guru IPS untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar