Pemahaman guru IPS terhadap sejarah lokal dalam hal ini Budaya Banyumas
penting. Namun hal itu
tergantung bagaimana guru
yang bersangkutan memaknainya. Pembelajaran sejarah dalam IPS misalnya,
haruslah dilanjutkan dengan penekanan bahwa sejarah yang diajarkan senantiasa
berada dalam proses waktu yang selalu terkait, satu dengan yang lain. Karena
itu, sejarah selalu beredar dalam kekiniannya. Demikian kesimpulan dari
pendapat Sejarawan Anhar Gonggong, dalam wawancara di sela-sela seminar
nasional tentang Pendidikan yang Membangkitkan Nasionalisme, di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto (UMP), tanggal 28 Oktober 2009. Selain tidak membosankan, maknanya
pun akan langsung dirasakan siswa yang merasa terlibat dalam berbagai materi
belajarnya.
Pentingnya
guru IPS memahami Budaya Banyumas juga tersirat dari hasil wawancara dengan
Drs. Sugeng Priyadi, M. Hum, ahli sejarah lokal Banyumas yang juga dosen FKIP
UMP pada tanggal 28 Oktober 2009. Ia
mengatakan, pembahasan terhadap budaya Banyumas merupakan tindakan ’pulang
kampung’. Harus disadari, primordialisme
merupakan salah satu unit historis yang musti diakui eksistensinya.
Primordialisme Banyumas jelas menunjukkan adanya kelampauan bersama yang telah
dilalui dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, Budaya Banyumas beserta
beberapa aspeknya perlu diposisikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dengan budaya nasional.
Mengingat
hal-hal tersebut, menjadi harga mati bagi guru-guru IPS untuk meningkatkan
wawasan dan pemahaman tentang budaya-budaya lokal (bagi guru IPS di wilayah
Banyumas mutlak harus memahami Budaya Banyumas dengan segala keunikan dan
nilai-nilai yang dikandungnya.
Budaya Banyumas dapat
dijadikan sumber belajar bagi siswa SMP di wilayah yang bersangkutan. Selain
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap upaya pemeliharaan dan
pelestarian budaya daerah sebagai bagian integral dari budaya nasional, pendidikan
juga akan lebih bermakna bagi siswa. Upaya mengangkat budaya lokal, dalam hal ini Budaya Banyumas, menjadi
materi pelajaran IPS di SMP memerlukan tingkat dedikasi yang tinggi pada para
guru pengampu mata pelajaran IPS. Pasalnya, mereka masih harus menambah
pengetahuan tentang Budaya Banyumas yang sangat minim. Mereka juga dihadapkan
pada terbatasnya literatur tentang Kebudayaan Banyumas yang benar-benar
kompeten.
Budaya
Banyumas sebagai sumber belajar mata pelajaran IPS di SMP di Kabupaten Banyumas
memiliki kedudukan penting. Oleh karena itu agar pembelajaran IPS yang memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai
sumber belajar lebih berkualitas dan
tepat sasaran, maka perlu :
1. Mengingat informasi tentang Budaya
Banyumas masih sangat terbatas, perlu adanya kebijakan Pemerintah Daerah atau
forum MGMP untuk memprakarsai pengadaan buku teks Budaya Banyumas.
2. Perlu diadakan kegiatan :
a. Pelatihan atau workshop penyusunan perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) yang
mencakup materi lokal.
b. Pelatihan penyusunan skenario pembelajaran
atau model pembelajaran yang memanfaatkan potensi lokal.
c. Pelatihan Teknologi Informatika
(TI) sebagai media pembelajaran tentang potensi lokal Budaya Banyumas.
d. Pelatihan Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) dengan memanfaatkan
Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS.
3. Jika dimungkinkan, otoritas
pemerintah daerah mengeluarkan surat
edaran berupa anjuran atau kewajiban penyampaian tradisi budaya lokal secara
terintegrasi dalam pembelajaran IPS. Surat ini nantinya akan mewajibkan guru
IPS untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar