Penulis secara khusus mengamati ruang KS. Satu hal yang terlihat umum, bahwa di ruangan tersebut minim buku-buku literatur, baik berupa kamus, ensiklopedi, buku pengetahuan umum, maupun literature lainnya. Kalaupun ada tumpukan buku, biasanya hanya sebatas tumpukan berkas administrasi KS. Dengan demikian, penulis dapat menduga bahwa KS yang bersangkutan tidak terbiasa membaca.
PENDAHULUAN
Tugas pokok sebagai pengawas SMP di Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas, sesuai Permenpan-RB No. 14 Tahun 2016 tentang perubahan
atas Permenpan-RB No. 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya, antara lain setiap tahun melakukan: 1) Pembinaan terhadap
guru dan kepala sekolah berdasarkan hasil pengamatan/pemantauan; 2) Melakukan
bimbingan dan pelatihan profesionalisme guru pada MGMP dan kepala sekolah pada
MKKS dengan materi sesuai dengan kebutuhan.
Pembinaan terhadap 10 KS SMP binaan, khususnya tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan yang berkaitan dengan publikasi ilmiah, dan karya inovatif dilakukan sebatas ceramah oleh penulis. Di situlah penulis menyampaikan berbagai informasi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dan publikasi ilmiah. Kegiatan berlanjut dengan diskusi terbuka antara penulis dengan para KS guna mengungkapkan berbagai masalah antara lain rendahnya literasi para KS tersebut.
Literasi Sekolah
adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain; membaca, melihat, menyimak, menulis
atau berbicara (2016: 2). Setiap kepala sekolah harus memiliki perhatian yang
cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Perhatian
tersebut harus ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri
dan sekolahnya secara optimal (Mulyasa, 2009: 70). Dengan demikian, perlu
semacam taktik membangkitkan literasi KS, yang
dimaksud adalah strategi yang dilakukan untuk mengeluarkan atau
mengaktualisasikan kemampuan atau ide-ide KS melalui kegiatan membaca, melihat,
menyimak, menulis dan mengungkapkan.
MENGAPA ‘KPK’ ?
Penulisan ‘KPK’ menggunakan tanda petik mengingat nama
singkatan KPK sudah terlanjur akrab dan konotasinya mengarah pada Komisi
Pemberantasan Korupsi. Namun yang dimaksud KPK di sini adalah merupakan
kependekan 3 aspek mengarah penciptaan budaya membaca. Meminjam istilah dari
Modul Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), program Tanoto Foundation (2018 : 26), KPK adalah
Keteladanan, Pembiasaan dan Ketersediaan buku.
Keteladanan dalam hal ini adalah
contoh yang baik yang diberikan oleh kepala sekolah dalam hal tindakan membaca.
Pembiasaan adalah membangun pola rutin gemar membaca. Dengan demikian
ketersediakan buku yang memadahi, rutin biasa dibaca inilah yang membentuk
budaya baca.
PETA MASALAH RENDAHNYA LITERASI KS
Setiap
kali melakukan kegiatan visitasi sekolah-sekolah binaan, penulis secara khusus
mengamati ruang KS. Satu hal yang terlihat umum, bahwa di ruangan tersebut
minim buku-buku literatur, baik berupa kamus, ensiklopedi, buku pengetahuan
umum, maupun literature lainnya. Kalaupun ada tumpukan buku, biasanya hanya
sebatas tumpukan berkas administrasi KS. Dengan demikian, penulis dapat menduga
bahwa KS yang bersangkutan tidak terbiasa membaca.
Ketika
berdiskusi dan tanya jawab langsung dengan para KS binaan, terungkap bahwa pada
umumnya mereka mengeluhkan beberapa hal.
1.
Sibuk, sehingga tidak sempat memikirkan
tentang publikasi ilmiah.
2. Beranggapan bahwa publikasi ilmiah harus hasil
penelitian yang rumit.
3. Repot mencari referensi.
4. Jarang mendapatkan pelatihan tentang publikasi ilmiah.
5. Pesimis
akan ada media massa yang bersedia memuat tulisan pemula.
TAKTIK ‘KPK’
Guna mengatasi masalah-masalah tersebut, penulis menyusun
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Langkah awal, adalah melakukan koordinasi
dengan rekan sejawat, dalam hal ini para pengawas SMP di Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas lainnya yang berjumlah 16 orang, guna menyamakan persepsi
dan langkah solusi secara menyeluruh. Bersama mereka disusun pula rencana
kegiatan yang akan dilakukan. Termasuk membahas taktik ‘KPK’ .
Gambar 1 dan 2. Pelaksanaan Pembinaan dan bimbingan terhadap para
KS |
Penulis memberi
motivasi guna membangkitkan kemauan untuk mulai menulis. Kegiatan yang
dilakukan antara lain dengan menekankan bahwa:
a.
Publikasi
ilmiah salah satu syarat kenaikan pangkat/golongan, terutama setelah golongan
IVA.
b.
Bahwa
semua orang pada dasarnya dapat menulis dan dapat membuat karya tulis. Yang
diperlukan hanya niat, kemauan, dan
latihan.
c.
Menulis
tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan membaca dan melihat. Yang dibutuhkan
hanya banyak membaca dan mengamati.
d.
Gunakan
taktik ‘KPK’
e.
Mulailah
menulis sesuatu yang ringan, sederhana, yang benar-benar dikuasai dan
menyenangkan hati, sehingga perasaan tak punya waktu, lelah, maupun repotmu
akan hilang dengan sendirinya.
f.
Jika
tulisan pertama belum bisa menembus media massa itu soal biasa, jika terus
berusaha memperbaiki bersama-sama, suatu hari pasti bisa.
g.
Jangan
paranoid dengan banyaknya teori menulis! Mulai saja, hasilkan tulisan, lalu
kita revisi bersama-sama.
Dampak
Dampak dari kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai
rencana, terlihat dalam beberapa hal.
1. Semangat
literasi KS meningkat. Hal ini antara lain terlihat dengan adanya perubahan di
ruang KS sekolah binaan, yang semula hanya penuh dengan tumpukan berkas
administrasi KS, sekarang rata-rata
sudah menyediakan lemari khusus berisi buku-buku referensi. Dengan demikian
diharapkan mereka menggunakan sedikit waktu senggangnya untuk membaca buku-buku
yang telah tersedia.
2. Semangat
menulis para KS binaan meningkat. Hal ini tampak dari meningkatnya jumlah
naskah yang dikirimkan para KS binaan ke redaksi Majalah INFO Education. Walaupun
belum semua memenuhi kriteria untuk dapat dimuat, ada yang berhasil membuat
karya dan dimuat sampai dua tulisan.
3. Dampak
positif lainnya dari kegiatan yang dilakukan adalah, adanya kecenderungan para
KS binaan memotivasi guru dan karyawannya melalui ‘KPK’. Para guru dimotivasi
untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maupun karya ilmiah popular.
Pembenahan perpustakaan sebagai salah satu sumber reverensi pun kian menjadi prioritas.
A. Saran
Saran
terutama penulis tujukan kepada rekan-rekan sesama pengawas SMP yang memiliki masalah
serupa. Jika masalah itu juga rekan-rekan temui, pola pembimbingan dan pelatihan profesional
KS dalam kegiatan MKKS, seperti yang penulis lakukan dapat diadopsi sebagai
salah satu solusi. Jangan takut lelah, karena memang membimbing KS bukan hal
mudah. Tetapi, rasa lelah itu akan terobati ketika melihat hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dalman. 2013.
Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Dasar dan
Menengah. 2016. Panduan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Menengah Pertama.
Permenpan-RB
Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Tanoto Foundation. 2018. Modul I : Praktik
yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar