“Quo Vadis” merupakan sebuah
kalimat dari bahasa Latin yang diterjemahkan secara harfiah berati “kemana kau
pergi?” Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan virus jenis baru dari
corona virus yang menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan. Saat ini, covid 19 tersebut telah memberikan
dampak yang sangat signifikan di segala lini kehidupan dunia. Hampir seluruh
sektor terdampak dengan kondisi ini, mulai dari geliat ekonomi, sosial, budaya,
dan yang paling utama adalah dunia pendidikan. Persoalannya,
benarkah dunia pendidikan di Indonesia saat merebah Covid-19 belum pergi ke
mana-mana? Belum menghasilkan apa-apa ?
Pendidikan merupakan salah satu yang merasakan
dampak atas wabah Covid-19. Wajah
baru sistem pendidikan di era kenormalan baru diterapkan. Kebijakan pendidikan yang semula
menggunakan sistem belajar tatap muka berubah menjadi sistem pembelajaran jarak
jauh (PJJ). Melalui surat edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 Tahun 2020
tentang Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat Covid-19 pelaksanaan
pembelajaran menyesuaikan dengan kebijakan ini yang berisi 4 hal yakni (1)
pembelajaran mandiri ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna tanpa dibebani untuk menuntaskan capaian kurikulum untuk kenaikan
kelas maupun kelulusan; (2) para pelajar mesti dibekali dengan kecakapan hidup
tentang pandemi Covid-19; (3) guru memberikan tugas secara bervariasi dengan
mempertimbangkan perbedaan kemampuan setiap individu, dan fasilitas belajar;
dan (4) pemberian umpan balik (feedback) terhadap kinerja siswa mesti secara
kualitatif.
Konsep PJJ kenyataanya tidak maksimal
dilaksanakan. Penyebabnya mulai dari terbatasnya fasilitas teknologi yang dimiliki
oleh para pendidik, peserta didik, dan wali murid. Kurangnya kesadaran
masyarakat akan konsep pendidikan, minimnya kemahiran penggunaan IT para
pendidik. Belum siapnya tenaga pendidik untuk memberikan sistem evaluasi yang
diberikan kepada siswa. Ada beberapa sekolah/madrasah tertentu yang tidak
membolehkan siswanya untuk menggunakan IT (HP). Juga disebabkan faktor ekonomi
yang menghimpit sebagian besar masyarakat akibat terdampak wabah ini.
Kendala tersebut menjadikan pendidikan di
Indonesia kurang terarah. Hampir sebagian guru di jenjang pendidikan dasar dan
menengah hanya memberikan tugas untuk mengerjakan soal dari buku paket dan LKS.
Sisi lain guru sekedar menyuruh membuat ringkasan materi tanpa ada penjelasan
terlebih dahulu kepada siswa. Penggunaan daring (dalam jaringan) belum familier
dari sisi variasinya. Sinyal terbatas jangkauannya. Butuh kuota internet dengan
biaya yang tidak sedikit. Sistem evaluasinya pun tidak jelas, ada yang berkirim
absen, foto untuk memberikan tugas, ada pula yang tanpa dievaluasi sama sekali
oleh gurunya.
Kegiatan pembelajaran seperti inilah yang menyebabkan siswa sibuk dengan
beban tugas, merasa bosan, dan akhirnya banyak siswa yang tidak ikut
melaksanakan PJJ. Orang tua muridpun menjadi terbebani, kerja ekstra saat harus
mendampingi putra putrinya melaksanakan tugas PJJ karena terlalu padat.
Sejatinya sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dalam hal ini guru hanya memberi tugas kognitif saja tidak cukup, karena siswa masih dalam tataran suka bermain, bersenang-senang. Meskipun dalam masa pandemic ini sulit untuk direalisasikan. Namun setidaknya menghindari membebani siswa dengan tumpukan tugas yang tidak mendapatkan umpan balik. Yang dibutuhkan oleh siswa selama masa pandemic selain kognitif adalah value, karakter atau nilai-nilai kehidupan dan keterampilan untuk menghilangkan kejenuhan. Salah satu langkah yang dapat ditempuh dengan melaksanakan PJJ variatif, program membangun contoh praktik baik dalam pembelajaran yang di tawarkan Tanoto Foundation.
Dengan demikian penulis sebagai
pengawas SMP dengan adanya masa pandemic ini senantiasa membina dan melatih
guru sekolah binaan tanpa mengabaikan protocol kesehatan. Desiminasi praktik
baik di pembelajaran maupun Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Guru harus merivew perencanaan
pembelajaran dengan mengubah paradigma belajar jarak dekat menjadi belajar
jarak jauh dengan konsep variasi belajar yang tidak membosankan. Konsep PJJ daring
dengan memanfaatkan digital teknologi adalah siswa bisa belajar di rumah dengan
independen, bisa mengatasi keterbatasan pembelajaran di kelas, dan
meningkatkan prastic skills. Oleh
karena itu, pendidik dan peserta didik harus kreatif dan tanggap digital
karena digital technology saat
ini menjadi kebutuhan primer. Hal ini tanpa mengabaikan hak anak yang
keterbatasan fasilitas IT, harus tetap dilayani secara luring ( luar jaringan)
home visit individu ataupun kelompok kecil di lingkungan setempat. Dengan
demikian arah pendidikan tetap berjalan jelas dan terarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar