Alhamdulillah. Terlontar ucapan seakan latah, sesaat setelah kita mendapat rejeki, kebahagiaan atau kenikmatan. Bahkan mungkin mendapat sesuatu yang berbau maksiat atau dosa. Disadari atau tidak kita sendiri mengucapkan kata Alhamdulillah sudah bias yang semestinya sebagai cermin rasa syukur pada Allah SWT, bergeser sebagai kosa kata " latah ".
Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah SWT. menurut Agung Sasongko dalam http://khazanah.republika.co.id/ yang saya unduh tangga 29 September 2016.
Pertama, syukur dengan hati.
Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Alloh Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan sedikit nikmat Allah yang diperolehnya.
Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT. "Pengakuan ini diikuti dengan memuji Allah melalui ucapan alhamdulillah. Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah," kata Kang Erick, sapaan akrabnya, saat mengisi pengajian di SD Mutiara Bunda, Rancamanik, Bandung, Senin (25/5).
Ketiga, syukur dengan perbuatan.
Ketiga, syukur dengan perbuatan.
Hal ini dengan menggunakan nikmat Allah pada jalan dan perbuatan yang diridhai-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan Alloh dalam segala aspek kehidupan
Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Allah) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.
Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.
Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya: “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS al-Baqarah:152)
Akantetapi, belum termasuk orang yang bersyukur mengucapkan hamdalah tetapi juga menggunakan rizki Allah untuk maksiat.
Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Allah) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.
Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.
Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya: “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS al-Baqarah:152)
Akantetapi, belum termasuk orang yang bersyukur mengucapkan hamdalah tetapi juga menggunakan rizki Allah untuk maksiat.
“Syukur berasal dari kata syakaro-yasykuru yang artinya mensyukurinya,memujinya atau berterima kasih.ada juga yang mengartikan syukur ini adalah membuka lawan dari kafaro(menutup),” paparnya.
Menurut Kang Erick, ketika Muslim bersyukur maka syukur itu akan membuka nikmat lainnya. Sebaliknya, ketika seorang Muslim kufur sesungguhnya itu perbuatan dosa. “Allah SWT berfirman dalam Alqurqan surat Ibrahim ayat 7 yang artinya Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih,” ucapnya.
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa kata syukur lawan katanya adalah kufur (menutupi nikmat). Syukur konsekuensinya adalah bertambah nikmat sedang kufur konsekwensinya adalah siksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar