a. Hakekat
FGD
Tugas
pengawas satuan pendidikan mencakup pengawasan atau supervisi administrasi dan
pengelolaan (manajerial) sekolah sekaligus supervisi akademik atau
pembelajaran. Ditjen PMTK dalam Materi dasar Diklat Pengawas (2008: 18-21)
merekomendasikan metode dan teknik
supervisi manajerial meliputi monitoring dan evaluasi, refleksi dan focused group discussion, metode Dhelphi
dan workshop. Terkait kajian mendalam pengembangan KTSP di satuan pendidikan,
peneliti menggunakan teknik focused group
discussion (FGD).
FGD adalah
suatu metode riset yang oleh Irwanto (1988:1) didefinisikan sebagai “suatu
proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok”. Dengan perkataan lain FGD merupakan proses
pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan perorangan, dan bukan
diskusi bebas tanpa topik spesifik. Focused
group discussion (FGD) dapat dikatakan sebagai metode
atau teknik dalam mengevaluasi, cek dan ricek ataupun memecahkan secara
terfokus. Dengan teknik ini secara runtun akan terkoreksi kelemahan dan
kekurangan karena berbagai pendapat dan masukan dari peserta FGD saling
melengkapi. Dengan FGD akan cepat diperoleh solusi dan bisa jadi adanya
temuan-temuan baru dan sekaligus penjelasannya, yang mungkin tidak terdeteksi
jika menggunakan teknik lain. Intinya, menurut Morgan and Kruger (1993: 9), FGD
sangat cocok untuk suatu studi yang bertujuan “to generate theories and
explanations” .
b. Fungsi
FGD
Fungsi
dari FGD adalah untuk mengembangkan pemahaman dan menyatukan pandangan KS, stakeholder
atau Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah mengenai realitas kondisi (kekuatan
dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun
operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal
ini adalah sebagai fasilitator sekaligus sebagai narasumber apabila diperlukan.
Melalui pendekatan
itu memungkinkan memperoleh informasi:
1)
yang bersifat kualitatif yang bermutu dalam
waktu yang relatif singkat,
2)
bersifat sangat lokal dan spesifik, dan
3)
diyakini tidak dapat diperoleh secara
menyeluruh akar permasalahan melalui pendekatan survei dan wawancara individu.
c. Teknik
FGD
Persiapan FGD yang perlu diperhatikan adalah
menentukan jumlah peserta, tempat, pengaturan tempat duduk, perlengkapan,
notulen dan fasilitator/moderator. Peneliti dalam FGD bertindak
sebagai moderator yang tugas utamanya memimpin diskusi sehingga dapat
belangsung lancar. Sebagai moderator peneliti tidak akan berpihak termasuk
terhadap dirinya, melainkan memperlakukan peserta secara setara.
Dalam studi ini FGD tidak terlalu bebas
dalam arti harus diarahkan untuk memperoleh informasi sesuai dengan studi yang
dikehendaki secara subjektif. Di sini dibutuhkan keterampilan substantif yaitu tidak lain dari pada kemampuan untuk
“mendengarkan dengan baik”. Untuk memperoleh kemampuan itu moderator dituntut untuk
memiliki sejumlah keterampilan khusus yaitu: (a) keterampilan untuk melakukan
klarifikasi terhadap apa yang disampaikan peserta FGD, (b) keterampilan untuk melakukan
refleksi terhadap pernyataan peserta FGD, (c) keterampilan memberikan motivasi
dan probing yakni mengupayakan agar peserta meneruskan cerita dan
membangun kesan bahwa moderator tertarik untuk mendengarkan, dan (d)
keterampilan untuk mengembangkan sensitivitas (Irwanto, 1998:19-23).
Maka dapat dikemukaan bahwa teknik yang
dapat dilakukan pada waktu melaksanakan FGD antara lain :
1. Klarifikasi.
Sesudah peserta menjawab
pertanyaan, fasilitator dapat mengulangi jawaban peserta dalam bentuk
pertanyaan untuk meminta penjelasan yang lebih lanjut.
2. Reorientasi.
Agar diskusi hidup dan menarik,
teknik reorientasi harus efektif. Fasilitator dapat menggunakan jawaban seorang
peserta untuk ditanyakan kepada peserta lainnya.
3. Motivasi
Keterampilan mendorong untuk
mengemukakan pendapat secara luas, memancing dengan penawaran masalah terkait.
Memberi apresiasi terhadap komentar, tanggapan, masukan dari peserta.
4. Mensiasati
Peserta yang dominan.
Apabila ada peserta yang dominan,
maka fasilitator harus lebih banyak memperhatikan peserta lain agar supaya
mereka lebih berpartisipasi. Dapat juga dilakukan dengan tidak memperhatikan
orang yang dominan tersebut sehingga tidak mendorongnya untuk mengeluarkan
pendapat atau jawaban. Apabila tidak berhasil maka secara sopan fasilitator
dapat menyatakan kepadanya untuk memberi kesempatan pada peserta yang lain
untuk berbicara.
5. Mensiasati
Peserta yang diam.
Agar peserta yang diam mau
berpartisipasi, maka sebaiknya memberikan perhatian yang banyak kepadanya
dengan selalu menyebutkan namanya dan mengajukan pertanyaan.
6. Penggunaan
gambar atau foto.
Dalam melakukan FGD, fasilitator
dapat menggunakan alat peraga atau media seperti foto atau gambar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar