Limbuk
menggenggam erat tangan anaknya, Cempluk yang baru saja lulus SMP. Bibirnya
yang lebar dan tebal merekahkan senyum puas. Ditatapnya paras gadis belia itu
dengan penuh kebanggaan.
“Terima
kasih, Nduk! Kamu luar biasa,”
katanya sambil masih memamerkan senyum tebal.
“Apa
sih Simbok ini? Bikin Cempluk malu saja. Lha wong jelas-jelas nilainya saja pas pasan begini kok dibilang
luar biasa. Nyindirnya jangan kebangeten begitu Mbok,” sahut Cempluk hampir
tanpa ekspresi.
“Lha bagaimana ndak luar biasa Nduk? Jelas
tadi diumumkan namamu sebagai siswa paling jujur gitu, kok,” ujar Limbuk
menimpali. Senyumnya semakin lebar dan tebal.
“Yang
itu nggak ngaruh untuk daftar ke SMA faforit, Mbok,” potong Cempluk.
Limbuk
mengamati wajah murung anaknya yang memaksakan senyum. Lalu ia berkata, “Kamu
masih ingat nasihat Eyang Semar saat kamu mau ujian SD dulu?”
“Angka-angka
bukan segalanya, Cantiknya karakter pribadimu itu lebih utama. Jujur. Teguh
hati. Berbudi pekerti. Nikmati proses belajarmu, lalu syukuri hasilnya! Yang
itu maksud Simbok?”
Limbuk
manggut-manggut. Senyum lebar dan tebalnya merekah lagi. “Ingat terus itu, Nduk! Maka di manapun kamu melanjutkan
studi, pasti ilmunya akan menjadi tabungan abadi.”
“Ya,
Mbok. Sebenarnya, Cempluk kepengin
nyantri di Padepokan Eyang Semar saja. Memang terdengar tidak keren, tetapi
bukankah para gurunya asli mumpuni? Tidak ada yang palsu di sana. Eyang Semar,
Paman Petruk, Paman Bagong, dan Paman Gareng asli didikan maha dewa, walau
tidak diwisuda dengan ijazah dan gelar moncer di depan/belakang nama mereka
yang kampungan. Tetapi lihatlah! Bahkan para ksatria terhebat Pandawa, sangat patuh
pada mereka. Cempluk pikir, keren
juga kalau kita bisa terlihat seperti orang biasa saja, tetapi menguasai ilmu
dan mengamalkannya secara bersahaja seperti mereka,” tutur Cempluk.
“Eyang
Semar pernah mengajarkan salah satu Firman Gusti Alloh yang artinya, “Sesungguhnya orang yang mengatakan Tuhan
kami adalah Alloh kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan
turun kepada mereka (dengan berkata) “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah
kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperolah) surga yang telah
dijanjikan,” (QS. Fussilat:30).
Jadi, Simbok sangat mendukungmu,”
tegas Limbuk mantap mengawal langkah anak gadisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar