A.
PERMASALAHAN
Perlu diingat, bahwa ada sebagian
orang –semoga Allah menunjukinya- menyia-nyiakan datangnya Ramadhan.
Detik-detik bulan Ramadhan yang sangat mulia dan berharga , berlalu begitu
saja. Hal ini harus diwaspadai dan sebagai iktibar agar jangan sampai terjadi
pada diri kita, seperti :
1.
Puasa
tapi tidak sholat
Barangsiapa
berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun terpenting
dari rukun-rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama sekali tidak bermanfaat
baginya, selama ia meninggalkan shalat. Sebab shalat adalah tiang agama, di
atasnyalah agama tegak. Dan orang yang meninggalkan shalat hukumnya adalah
kafir. Orang kafir tidak diterima amalnya
2.
Hanya
di ramadhan mengenal shalat
Sebagian orang
apabila datang bulan Ramadhan, mereka bertaubat, mendirikan shalat dan
melaksanakan ibadah puasa. Namun jika Ramadhan lewat mereka kembali
meninggalkan shalat dan melakukan perbuatan maksiat. Mereka inilah seburuk-buruk
manusia, karena mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja.
Tidakkah mereka tahu bahwa pemilik bulan-bulan itu adalah Satu, berbagai bentuk
kemaksiatan adalah haram di setiap waktu dan Allah Maha Mengetahui setiap
gerak-gerik mereka di mana saja dan kapan saja. Maka sebaiknya mereka
cepat-cepat bertaubat nashuha.
Allah Ta'ala
berfirman : "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nuur: 31).
3.
Pada
bulan Ramadhan tidak sedikit orang, mungkin termasuk kita, yang membuat
berbagai variasi pada menu makanan dan minuman. Walaupun hal itu diperbolehkan,
tetapi tidak dibenarkan israf (berlebih-lebihan) dan melampaui batas. Justeru
seharusnya adalah menyederhanakan makanan dan minuman.
Allah Ta 'ala
berfirman :
"Makan dan
minumlah dan janganlah kalian berbuat israf (berlebih-lebihan), sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf". (Al-A'raaf: 31),
"Sungguh,
di antara yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian
adalah
nafsu yang menyesatkan dalam perut dan kemaluanmu serta hal-hal
yang
dapat menyesatkan hawa nafsu. " (HR.Ahmad).
Dampak
teringan akibat berlebih-lebihan dalam makan dan minum adalah banyak tidur dan
malas melaksanakan shalat tarawih serta membaca Al-Qur'an, baik di waktu malam
atau di siang hari. Barang siapa yang banyak makan dan minumnya, maka akan
banyak tidurnya sehingga tidak sedikit kerugian yang menimpanya. Karena ia
telah menyia-nyiakan detik-detik Ramadhan yang mulia dan sangat berharga yang
tidak dapat digantikan dengan waktu lain serta tidak ada yang menyamainya.
4.
Jika diperhatikan, banyak manusia termasuk
kita mungkin, yang menghabiskan siang hari di bulan Ramadhan hanya untuk tidur
mendengkur, sementara malamnya dihabiskan untuk mengobrol dan bermain-main,
sehingga tidak merasakan puasa sedikit pun bahkan tidak sedikit yang
meninggalkan shalat berjamaah -semoga Allah menunjukinya. Hal ini mengandung
bahaya dan kerugian yang sangat besar bagi kita, karena Ramadhan adalah musim
segala ibadah seperti melaksanakan shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, dzikir,
berdo'a dan mohon ampunan.
Diriwayatkan
dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, bahwasanya ia berkata:
"Sesungguhnya
Allah Ta'ala menjadikan bulan Ramadhan sebagai saat untuk
berlomba-lomba
dalam amal kebajikan dan bersaing dalam melakukan amal
shalih.
Maka satu kaum mendahului lainnya dan mereka menang, sedangkan
yang
lain terlambat dan mereka pun kecewa."
Dan musibah
terbesar adalah ia tertidur hingga meninggalkan shalat Shubuh tepat pada
waktunya dengan berjamaah, padahal pahalanya sebanding dengan melaksanakan
shalat separuh malam bahkan semalam suntuk, sebagaimana disebutkan dalam hadits
riwayat Utsman radhiallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa mendirikan shalat Isya'
dengan berjamaah; maka ia bagaikan melaksanakan shalat separuh malam; dan
barangsiapa shalat shubuh berjamaah maka ia bagaikan shalat semalam suntuk.
" (HR. Muslim).
KAJIAN TEORI
Rasulullah
bersabda, “ Seandainya umat Islam tahu dan merasakan apa saja keistimewaan
ramadhan, maka mereka akan memohon kepada Allah agar seluruh bulan selainnya
menjadi ramadhan. Aku selalu sedih bila ramadhan meninggalkanku, karena itulah
Aku selalu bermohon kepada Allah kiranya diberi umur panjang untuk bertemu
kembali dengan ramadhan tahun depan. Aku amat bergembira bila bertemu kembali
dengan ramadhan. Dan bila ramadhan meninggalkan kita, Aku amat sedih”.
Kekhususan
dan Keistimewaan Bulan Ramadhan :
Puasa Ramadhan
adalah rukun keempat dalam Islam. Firman Allah Ta'ala : "Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. "(Al-Baqarah : 183).
Ibadah puasa
merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab
untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan
derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari
amal-amal ibadah lainnya.
Firman Allah
dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi:
"Puasa itu
untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua
kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika
berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari
pada aroma kesturi." (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Ketahuilah bahwasanya puasa tidak
sempurna kecuali dengan merealisasikan enam perkara (Lihat Mau'idzatul
Mukminiin min Ihyaa'i Uluumid Diin, hlm. 59-60.):
1.
Menundukkan
pandangan serta menahannya dari pandangan-pandangan liar
yang
tercela dan dibenci.
2.
Menjaga
lisan dari berbicara tak karuan, menggunjing, mengadu domba dan dusta.
3.
Menjaga
pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau yang tercela.
4.
Menjaga
anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.
5.
Hendaknya
tidak memperbanyak makan.
6.
Setelah
berbuka, hendaknya hatinya antara takut dan harap. Sebab ia tidak tahu apakah
puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah,
ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurkai. Hal yang sama
hendaknya ia lakukan pada setiap selesai melakukan ibadah.
Diriwayatkan dalam hadits marfu'
dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali :
"Barang siapa mendapati
Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang
harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya, juga menundukkan
pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya
secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk shalat Jum'at; sungguh ia telah
puasa sebulan (penuh),
menerima pahala yang sempurna,
mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang
Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu Ja 'far berkata: Hadiah yang tidak serupa
dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).
Bagaimana dengan diri kita ?
SOLUSI PADA
SEPULUH HARI AKHIR DI BULAN RAMADHAN
Dalam Shahihain disebutkan, dari
Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata :
"Bila masuk sepuluh (hari
terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan
kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan
membangunkan Keluarganya . " Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim
meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha :
"Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan
Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan
amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di
antaranya :
1.
Menghidupkan
malam
Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan
seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar
daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata: "Aku
tidak pernah mengetahui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat malam
hingga pagi. "
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu
'anhu disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasalam melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada
malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan
disebutkan bahwasanya beliau mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya
pada malam dua puluh tujuh (27) saja. "
Ini menunjukkan bahwa beliau
sangat menekankan dalam membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan
turun Lailatul Qadar di dalamnya.
Dalam kitab Al-Muwaththa'
disebutkan dengan sanad shahih, bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan
shalat malam seperti yang dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada
pertengahan malam, ia membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan
kepada mereka: "Shalat! shalat!"
Kemudian membaca ayat ini :
"Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. "
(Thaha: 132).
2.
Mengakhirkan
berbuka hingga waktu sahur.
Diriwayatkan
dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh (akhir bulan Ramadhan) menjadikan
makan malam (berbuka)nya pada waktu sahur. Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id
radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"Janganlah
kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin menyambung
(puasanya) maka hendaknya ia menyambung hingga waktu sahur (saja). " Mereka
bertanya: "Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai Rasulullah ?
"Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Sesungguhnya
pada malam hari ada yang memberiku makan dan minum. "(HR. Al-Bukhari).
3.
Mandi
antara Maghrib dan Isya'.
Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha : "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan
manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan
menjauhkan diri dari (menggauli) isteriisterinya, serta mandi antara Maghrib
dan Isya."
Karena itu, dianjurkan pada
malam-malam yang diharapkan di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan
diri, menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan
berpakaian bagus, seperti dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at
dan hari-hari raya. Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi
dengan berhias
secara batin. Yakni dengan
kembali (kepada Allah), taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa.
Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah,
hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan
taqwa.
Allah Ta'ala berfirman :
"Hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf:
26).
4.
I'tikaf.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf
adalah: Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk untuk menyambung penghambaan
kepada AI-Khaliq. Menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya
dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan
berdo'a kepada-Nya.Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu
dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih
khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari
terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar .
Dalam Shahihain
disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha : Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan,
sehingga Allah mewafatkan beliau. "
Demikian, semoga kita senantiasa
dalam lindunganNya, tetap sehat, iman dan Islam sehingga dapat memanfaatkan
detik-detik 10 akhir bulan Ramadhan yang sangat berharga dan mulia ini dengan
sebenar-benar taqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar