Hai orang-orang yang beriman, makanlah
di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Al Baqarah : 172).
Ali
Bin Abu Thalib berkata :
“Sungguhnya
suatu kaum apabila beribadah kepada Allah karena takut, maka itulah ibadah seorang
budak, sedangkan bagi kaum yang beribadah kepada Allah karena mengharapkan terkabulnya
keinginan mereka, maka itulah ibadah orang-orang yang berdagang. Dan bila suatu
kaum beribadah kepada Allah karena syukur, maka itulah ibadah orang-orang yang
merdeka (Mahmud Ahmad Assayyid, 1994:37).
Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan ku jadikan kau
Kenangan terindah dalam hidupku
Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang tlah terukir abadi
Sebagai kenangan yang
terindah
Syair
dalam nyanyian ini menunjukkan keberterimaan atau kesiapan menerima kenyataan
yang harus dijalani tanpa harus menyesali. Apa yang telah menjadi kenyataan hidup
dinikmati, sehingga kenyataan tersebut dapat membahagiakan.
Diceritakan
oleh Aisyah, bahwa pada suatu malam Rasulullah bangun dari tidurnya, kemudian beliau
bermudlu dan terus mengerjakan sholat malam. Ketika I’tidal, ruku’ maupun sujud,
air mata beliau menetes sehingga membasahi pipinya. Selesai mengerjakan satu rangkaian
shalat beliau menengadahkan ke atas memanjatkan doa kepada Allah SWT. Beliau terus
mengerjakan sholat, sementara air matanya terus mengalir, sampai akhirnya terdengar
azan yang dikumandangkan Bilal, yang menandakan waktu subuh sudah tiba.
Keesokan
paginya, Aisyah berkata :
Adakah
Nabi SAW mengerjakan sholat malam hingga kedua telapak
kaki bengkak-bengkak, mengapa Engkau berbuat demikian ya Rasulullah, padahal semua
dosamu baik yang sudah berlalu, maupun yang belum terjadi, sudah pasti diampuni?”
Beliau menjawab, “ Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?”
( HRBukhori Muslim).
Bagian
Perwujudan Bersyukur
1. Menerima
secara positif profesi kita
Jarang masuk kerja, tidak
sungguh-sungguh bekerja berarti tidak mensyukuri nikmat sebagai pegawai, mau
menerima gaji tetapi tidak mau
melaksanakan kewajiban.
2. Tidak
dhalim terhadap Profesi
Yang dimaksud menempatkan sesuatu bukan
pada tempatnya. Seharusnya masuk kerja tidak masuk, seharusnya datang pukul
07.15 tetapi datang terlambat.
3. Mengembangkan
profesi kita
Jangan bekerja dengan
ayem ayem saja, dengan prinsip “begini saja sudah bisa atau sudah cukup, tanpa
mengembangkan dan bekerja dengan sungguh-sungguh berarti ia tidak bersyukur.
Menurut
pendapat Ray (2007 :152) menyatakan bahwa untuk mengalami perasaan bersyukur secara
terus menerus, Anda harus memahami dan mempercayai 3 kebenaran, yaitu :
1. Situasi
Anda sekarang sangatlah baik dan menjadi semakin baik
2. Kehidupan
Anda sekarang penuh dengan hal-hal yang patut disyukuri
3. Hasil
Anda sekarang akan terus menerus berubah, bertambah dan menjadi semakin baik
Sebagai
manivestasi rasa syukur maka dapat dilihat dari sudut pandang keberadaan,
bermaknaan dan kebermanfaatan profesi kita. Peran kita dalam kehidupan dapat diklasifikasikan
ke dalam 5 kelompok :
1. ManusiaWajib
Manusia yang keberadaan, kebermaknaan
dan kebermanfaatannya sangat menentukan. Ia menjadi orang kunci dan menentukan.
Jika ia tidak ada maka akan terasa kehilangan.
2. Manusia Sunnah
Manusia yang kehadiran dan keberadaanya
memberikan kebermaknaan dan kebermanfaatan, tetapi jika ia tidak ada tidak akan
mengganggu atau menggoyahkan jalannya sistem penyelenggaraan kegiatan.
3. Manusia Mubah
Ada atau tidak ada, hadir atau tidak
hadir, ia tidak member pengaruh apa-apa, tidak memberikan manfaat tetapi juga
tidak memberikan madharat.
4. Manusia Makruh
Manusia yang kehadiran dan keberadaannya
tidak memberikan kebermaknaan dan kebermanfaatan, tetapi jika tidak ada akan
memberikan kenyamanan dan kebaikan jalannya sistem penyelenggaraan kegiatan.
5. Manusia
Haram
Manusia yang keberadaan, kebermaknaan dan
kebermanfaatannya sangat tidak diharapkan bahkan ditolak sama sekali. Ia
menjadi orang “trouble maker”. Kehadirannya berpengaruh negative.
Berdasarkan
gambaran klasifikasi tersebut, maka diharapkan peran kita dapat memposisikan diri
sebagai manusia wajib, setidak-tidaknya menjadi manusia sunnah.
Daftar
Pustaka
Mahmud
Ahmad Assayyid, 1994, Mendidik Generasi Qur’ani, Terjemahan S.A Zemool, Solo :
CV
PustakaMantiq
Ray,
James Arthur. 2007. Rahasia Sukses Dengan Memanfaatkan Hukum-hukum Universal,
Terjemahan Daniel Wirajaya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Furqon
Hidayatulloh. 2009. Guru Sejati; Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta
:
Yuma Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar