“Bismillaah..laaillahailallooh.”.
Itu juga yang sedang
dipraktikkan Gareng, Petruk, dan Bagong belakangan ini, atas nasihat Romo Semar,
bapak sekaligus guru tunggal bagi mereka. Ketiganya, juga anak-anak batur lainnya, tak pernah berkesempatan
belajar dari guru-guru terbaik di berbagai padepokan seperti para majikan. Guru
utama bagi mereka hanyalah alam. Lalu sang Romo yang sejatinya adalah salah
satu dari dua mahaguru, sesekali menasihati, menunjukkan sejarah sebagai
palajaran, atau menyentil jika mereka nakal. Kini, mereka sedang diajak
melakukan meditasi.
Kawah Candradimuka yang
menjadi pusat pendadaran terhebat di negeri ini masih bergolak. Bukan oleh ketatnya
persaingan para cantrik yang berpacu menguasai berbagai teknik ilmu tingkat
tinggi, melainkan karena sistemnya berantakan. Kong kalingkong Begawan korup seperti Drona dan seorang makelar
bernama Sengkuni, telah mengacaukan tatanan lembaga keilmuan, menebarkan
prasangka dan kebencian di antara para cantrik bangsawan. Mereka juga
membentangkan jalan terjal penuh onak duri bagi anak-anak Semar dan batur lainnya, yang tidak memungkinkan bagi
mereka sampai di pusat pendadaran bernama Kawah Candradimuka seperti para
majikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar