Total Tayangan Halaman

Senin, 07 Mei 2012

TEKNIS MENULIS JURNALISTIK


A. BAHASA JURNALISTIK

Aturan umum penggunaan bahasa di dalam media masa (bahasa jurnalistik):
1.      Pada dasarnya harus tetap memperhatikan kaidah baku bahasa Indonesia.
2.      Penulisannya pun harus berpedoman pada kaidah EYD.
Kekhasan bahasa jurnalistik:
Mengingat fungsinya sebagai penyampai informasi dengan sasaran masyarakat pembaca yang bersifat umum dan kompleks, bahasa jurnalistik/ media massa lebih mendekati  bahasa sehari-hari. Dengan demikian lebih memudahkan penyampaian berita/informasi dan lebih komunikatif. Kekhasannya dibandingkan bahasa baku antara lain:
1.      Lebih sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif (Jus Badudu, 1992:62).
2.      Singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik (Rosihan Anwar, 1984:1).
3.      Diksi/pilihan kata khas karena adanya upaya ekonomi kata, kekhasan pengalimatannyang ditandai oleh pemendekan kaliman (Anton M. Muliono, 1994).
Posisi bahasa jurnalistik di dalam ragam bahasa bersifat medial atau berada di tengah-tengah. Di antara ragam baku – santai, antara  ragam tulis– lisan.
Jika bahasa baku ingin menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang setara dengan bahasa lain di dunia, bahasa jurnalistik memerlukan pengungkapan diri secara modern agar lebih  mudah diterima/ komunikatif.
Bahasa jurnalistik hampir sama dengan bahasa sastra. Kesamaannya terletak pada adanya kemerdekaan pengungkaan. Oleh karena itu, ia menjadi lebih informative, enak dibaca dan indah.
Bahasa jurnalistik merupakan cerminan bahasa masyarakat, karena yang dipakai adalah bahasa yang hidup/dipakai oleh masyarakat sasarannya.
Bahasa media massa/jurnalistik dipakai sebagai model penggunabahasa  (Harimurti Kridalaksana, 2000). Oleh karena itu, media massa mampu membentuk/mempengaruhi opini masyarakatnya.
Dinamika kehidupan bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dinamika kehidupan social politik. Bahasa Indonesia tidak dapat lepas dari perupahan masyarakatnya. Oleh karena itu terjadi perubahan dalam berbahasa Indonesia. Bahkan kata-kata yang popular dalam masyarakat akan segera muncul dan sah dipakai oleh media massa, demikian pula sebaliknya.

B. EJAAN /TATA TULIS MEDIA MASSA

Pada dasarnya tetap mengikuti kaidah EYD. Beberapa tambahan yang biasa ada;
  1. Dalam pemenggalan kalimat, usahakan untuk tetap menuliskan secara utuh nama orang/perusahaan/instansi. Kendala/kesalahan pemenggalan kata dalam media massa terkendala teknik/computer yang menggunakan kaidah pemenggalan bahasa Inggris yang system penyukukataannya berbeda dari bahasa Indonesia.
  2. Huruf besar/capital. Selain pemakaian sesuai EYD kekhasan penggunaan huruf capital di media massa antara lain;
a.       Untuk penulisan caption/teks foto dengan menggunakan huruf capital seluruhnya.
b.      Kata pertama paragraph pembuka/teras pembuka (Gamma, Tempo, Gatra, Info Bank, Forum Keadilan, Ekskekutif).
c.       Seluruh huruf baris pertama paragraph pemuka (Tajuk, Matra).
  1. Huruf miring, biasa dipakai oleh media massa untuk;.
a.       Menuliskan semua nama media massa.
b.      Nama kapal/pesawat.
c.       Judul/tema seminar/pameran.
d.      Menuliskan nama kantor berita.
e.       Menuliskan pertanyaan dalam tulisan yang berbentuk tanya jawab.
f.       Menuliskan nama rubric dan nama program acara di TV.
  1. Huruf tebal. Penggunaannya tidak diatur di dalam EYd, tetapi biasa dipakai oleh media massa.
a.       Untuk menuliskan judul.
b.      Untuk pertanyaan dalam tulisan yang berbentuk tanya jawab.
c.       Untuk menuliskan nama tokok public dalam rubric tanya jawab. Seperti ; ‘Tokoh & Peristiwa’ (Kompas) atau ‘Manusia-manusia’ (Republika).
d.      Untuk menuliskan nama penulis/pelopor dalam tubuh tulisan reportase.
e.       Untuk penulisan caption/teks foto.
f.       Untuk kod (teras berita dan penulisan subjudul).

C. PENULISAN JUDUL

  1. Pilih kata-kata yang berkembang di masyarakat.
  2. Judul bukan kalimat melainkan klausa.
  3. Jangan membuang awalan pada kata-kata yang berbentuk pasif, karena akan mempengaruhi perubahan makna.

D. ENAM LANGKAH JITU TULISAN MAKIN HIDUP

  1. Cermati bahasa error (salah) dan bahasa bello  (cantik). Perhatikan kesatuan dan keutuhannya, pastikan tulisan terjaga dalam satu tema/pikiran utama yang jelas, perhatikan prisnip-prinsip pengembangan, tetap tunduk pada kaidah dan peka.
  2. Baca kembali secara keseluruhan tulisan yang telah selesai. Lihat relasi antarkalimat. Kalimat harus kohesif; referensial, substitusi, ellipsis, konjungsi, kecermatan diksi.
  3. Perhatikan ejaan, kata klise, dan kontaminasi. Edit baris demi baris. Cek kembali fakta dan pahamibetul narasumber; kutipan nama, kutipan pendapat maupun catatan kaki.  Edit kata-kata redundan dan kontaminasi.
  4. Rangsang pembaca dengan tekstur dan konteks. Perhatikan ragam kalimat yang dipakai. Pastikan pula kalimat anda selalu efektif.
  5. Edit alinea demi alinea dan jaga penalarannya.
  6. Hindari pelecehan dengan memenuhi etiket wacana.  Sadari betul nilai rasa; konotasi, perluasan/penyempitan makna, ameliorasi, peyorasi, dan metafora. Katakana sesuatu dengan humor  jika perlu.

BIBLIOGRAFI
Wibowa, Wahyu. 6 Langkah Jitu Tulisan Makin Hidup. Jakarta:        2005.
Panuju, Redi Drs. Panduan Menulis untuk Pemula.
NS, Sutarno Drs. Menulis yang Efektif. Jakarta: Sagung seto, 2008.
A Sayuti, Suminto dkk. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar