Masih
ingat Oemar Bakrie? Sosok berpeluh usai mengayuh sepeda kumbang yang
terseok-seok di jalan berlubang? Bagaimana ekspresinya ketika di jalan
berpapasan dengan anak murid yang menyapanya, “Selamat pagi, Pak!” sambil
tersenyum dari balik kaca mobil yang lalu mendahuluinya?
Oemar
Bakrie tinggal menjadi legenda. Cuma dongeng pengantar tidur tentang dedikasi seorang
guru yang hampir selalu harus menelan getir ludah sendiri, karena tergencet
harga dirinya. Kisah nyata yang mengharu biru dan membuncahkan empati luar biasa itu, sudah
berlalu. Sepeda kumbangnya ikut menjadi rumpon. Sebutan pahlawan tanpa tanda
jasa yang melekat dengan sosoknya pun, hilang terkubur bersama matinya sang
Guru Oemar Bakrie.
Umar
Bakri Jr (junior) yang menggantikan, tampil
lebih elegan, jauh dari peluh, tak lagi kepanasan.
Ia kini selalu bermobil (meski second),
menyematkan beberapa gelar di sekitar namanya, dan menjinjing gadget canggih ala seorang professional.
Umar
Bakri Jr tidak lagi pusing memikirkan
susu anak, karena seluruh keringatnya telah terbayar tunai dengan banyak
tunjangan, juga kemudahan. Ia tampilkan dirinya sebagai professional sejati,
dengan kerap datang ke seminar, workshop,
diklat, atau kegiatan-kegiatan ilmiah lain. Tetapi alih-alih memenuhi
persyaratan profesional, ia justru ‘membeli’ , mencantumkan namanya tebal dan
besar di sampul depan, lalu dengan bangga mengupload
‘karya besarnya’ di media.
Ongkos
sebuah profesionalisme bagi si Umar Bakri Jr,
terlalu tinggi. Gaji plus-plus yang jumlahnya bahkan tak sanggup singgah dalam
mimpi Bapak Oemar Bakrie itu, tidak juga mencukupi. Ia kembali mencari peluang
tambahan pendapatan. Di kelas ia
berganti seragam menjadi pedagang, menjual berbagai penunjang pengajaran kepada
murid-murid. Untuk menarik konsumen, suatu saat sebelum mengajar ia berkata
lantang, “Kalau tidak memakai buku ini (dagangannya -red), nilai kalian jelek.” Seketika dagangannya laris manis,
kantongnya pun kian tebal. Ia tak peduli di luar sana si murid harus memangkas
uang bekal, atau para orang tua yang kembali nyengir getir karena merasakan biaya
sekolah terlalu mahal, sementara si Umar Bakri Jr bertingkah seolah lupa pada sejarah orang tuanya, Bapak Oemar
Bakrie.
Sudahlah!
Yuk kita renungkan! “Orang-orang
semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Alloh kepada mereka?”
(Alloh berfirman) “Tidakkah Alloh lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepadaNYA)?” (QS.
al-An’am: 53). Wallohu’alam (Mila)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar