Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 Mei 2013

OEMAR BAKRIE



 
Masih ingat Oemar Bakrie? Sosok berpeluh usai mengayuh sepeda kumbang yang terseok-seok di jalan berlubang? Bagaimana ekspresinya ketika di jalan berpapasan dengan anak murid yang menyapanya, “Selamat pagi, Pak!” sambil tersenyum dari balik kaca mobil yang lalu mendahuluinya?
Oemar Bakrie tinggal menjadi legenda. Cuma dongeng pengantar tidur tentang dedikasi seorang guru yang hampir selalu harus menelan getir ludah sendiri, karena tergencet harga dirinya. Kisah nyata yang mengharu biru dan  membuncahkan empati luar biasa itu, sudah berlalu. Sepeda kumbangnya ikut menjadi rumpon. Sebutan pahlawan tanpa tanda jasa yang melekat dengan sosoknya pun, hilang terkubur bersama matinya sang Guru Oemar Bakrie.
Umar Bakri Jr (junior) yang menggantikan, tampil lebih elegan, jauh dari peluh, tak lagi  kepanasan. Ia kini selalu bermobil (meski second), menyematkan beberapa gelar di sekitar namanya, dan menjinjing gadget canggih ala seorang professional.
Umar Bakri Jr tidak lagi pusing memikirkan susu anak, karena seluruh keringatnya telah terbayar tunai dengan banyak tunjangan, juga kemudahan. Ia tampilkan dirinya sebagai professional sejati, dengan kerap datang ke seminar, workshop, diklat, atau kegiatan-kegiatan ilmiah lain. Tetapi alih-alih memenuhi persyaratan profesional, ia justru ‘membeli’ , mencantumkan namanya tebal dan besar di sampul depan, lalu dengan bangga mengupload ‘karya besarnya’ di media.
Ongkos sebuah profesionalisme bagi si Umar Bakri Jr, terlalu tinggi. Gaji plus-plus yang jumlahnya bahkan tak sanggup singgah dalam mimpi Bapak Oemar Bakrie itu, tidak juga mencukupi. Ia kembali mencari peluang tambahan pendapatan. Di  kelas ia berganti seragam menjadi pedagang, menjual berbagai penunjang pengajaran kepada murid-murid. Untuk menarik konsumen, suatu saat sebelum mengajar ia berkata lantang, “Kalau tidak memakai buku ini (dagangannya -red), nilai kalian jelek.” Seketika dagangannya laris manis, kantongnya pun kian tebal. Ia tak peduli di luar sana si murid harus memangkas uang bekal, atau para orang tua yang kembali nyengir getir karena merasakan biaya sekolah terlalu mahal, sementara si Umar Bakri Jr bertingkah seolah lupa pada sejarah orang tuanya, Bapak Oemar Bakrie.  
Sudahlah! Yuk kita renungkan!  Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Alloh kepada mereka?” (Alloh berfirman) “Tidakkah Alloh lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNYA)?” (QS. al-An’am: 53). Wallohu’alam   (Mila)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar