usai sudah galau gara-gara ujian nasionalmu yang kacau
tapi langkah belum
usai, tuk terus menapaki lorong panjang keilmuan
menuju kearifan, menyongsong janji Sang Maha Pandai
“Alloh akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat” (Q.S. Al-Mujadalah:11)
Kadang
Ibu miris menyaksikan ironi di sekitarmu. Di jalan, di pasar, di gedung-gedung
pemerintahan, bahkan di gedung DPR sekalipun, kau bisa menggelar acara tawuran.
Tak satu tempat pun steril dari kekerasan, merefleksikan adanya kearifan. Cermati
satu satu!
Jalanan
menjadi akses bagi setiap orang. Tempat yang paling umum dan bebas bagi setiap
orang. Lelaki-perempuan, tua-muda, berpendidikan-buta ilmu, kaya-kere, pejabat-penjahat,
bahkan orang gila pun berhak di jalan. So,wajar jika jalanan menjadi panggung
paling kacau.
Pasar,
itu layaknya kebun binatang. Monyet, ulat, harimau, babi, ular, bahkan buaya mencari
penghidupan. Mereka hanya dianugerahi naluri untuk bertahan hidup, sekedar asal
perut kenyang dan bisa meneruskan keturunan.
Logis jika di pasar berlaku hukum rimba, bahkan jauh lebih kejam daripada yang
terjadi di belantara pedalaman Kalimantan, karena binatang-binatangnya berbekal
akal dan pengetahuan.
Belakangan,
gedung-gedung pemerintahan dan wakil rakyat juga menjadi ajang pentas banyak
lakon tak terpuji. Tawuran ala parlemen, pat gulipat pejabat, bahkan transaksi
‘sexi’ seakan menjadi tema sampingan di tengah sidang dewan. Padahal, tempat itu
semestinya diperuntukkan bagi orang dengan kriteria tertentu. Setidaknya mereka harus berpredikat
‘terpelajar’, ilmuwan, bahkan sebagian bertitel
akademik lebih panjang dari nama pemberian orang tua. Seharusnya tempat-tempat
itu menjadi kiblat bagi banyak tindakan arif bijaksana, yang mencerminkan ketinggian
derajat para pemilik ilmu pengetahuan. Kenyataannya, justru di situlah
predator-predator paling rakus bersarang. Ternyata titel kesarjanaan dan hebatnya
akal tak serta-merta membuat manusia menjadi lebih bijaksana dibandingkan primata-primata
penghuni rimba.(Mila)