TIGA
AMALAN DICINTAI ALLAH SWT
Amin Hidayat, M.Pd.
Bukhari-Muslim
meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud,
Ia berkata ; ‘Aku pernah bertanya kepada Nabi; Manakah amalan yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab; shalat tepat pada waktu utamanya. Aku bertanya; Lalu apa lagi ? Beliau menjawab : Berbakti kepada kedua orang tua Aku bertanya; Lalu apa lagi? Beliau menjawab ; Berjihad fi sabilillah
Dari Riwayat di atas, dapat ditarik sarinya bahwa ada
3 amalan yang paling dicintai Allah :
1. 1. Shalat
2. 2. Berbakti pada orang tua
3. 3. Jihad fi sabilillah
1. SHOLAT
1.
Saahun berarti orang yang lalai pada apa
yang dituju waktu mengerjakan shalat, seharusnya ingat Allah (dzikrullah)
2. Saahun berarti orang yang lalai akan tujuan pada waktu sesudah mendirikan shalat. Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an :
“Dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar” ( S. Al Ankabut : 45).
2. BERBAKTI KEPADA ORANGTUA
Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia
berkata ;
“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah SAW, lalu
bertanya’
“Wahai Rasululloh siapakah orang yang paling berhak
untuk aku hormati/ hargai dengan baik?”
Beliau menjawab; “Ibumu”
Orang tersebut bertanya; Lalu siapa lagi?
Beliau menjawab ; “Ibumu”
Orang tersebut bertanya : lalu siapa lagi ?
Beliau menjawab
: “Ibumu”
Orang tersebut bertanya lagi :, lalu siapa lagi ?
Beliau menjawab
: “Bapakmu”
Illustrasi berupa teguran :
seorang pedagang hewan qurban berkisah tentang
pengalamannya. Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari
penampilannya, sepertinya tidak akan mampu
membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan
kepadanya. “Silahkan bu…” Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah
sambil bertanya, “Kalau yang itu berapa, pak?”
“Yang itu 700 ribu, bu..”“Harga pasnya berapa?” “Enam
ratus, deh.. harga segitu untung saya kecil. Tapi biarlah..”“Tapi uang saya
hanya 500 ribu, boleh pak?” Waduh! Saya bingung, karena itu harga modalnya.
Akhirnya saya berembuk dengan teman dan akhirnya memutuskan untuk memberikannya
dengan harga itu. Sayapun kemudian mengantar hewan qurban itu sampai ke
rumahnya.
Begitu tiba di rumahnya, astaghfirullah...Allahu
Akbar... terasa menggigil seluruh badan saya melihat keadaan rumah ibu itu.
Rupanya dia hanya tinggal bertiga dengan ibunya dan
puteranya di rumah gubuk berlantai tanah. Saya tidak
melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot rumah lainnya
atau barang-barang elektronik. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar
dan bantal lusuh. Dan di atas dipan itulah ibunya, seorang nenek
tua kurus, berbaring. “Mak! Bangun, mak! Nih lihat,
saya bawa apa?” kata ibu itu
hingga ibunya yang renta itu akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban. Nanti kita antar ke Masjid, ya mak..” kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
Si nenek sangat terkejut bahagia. Sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah... akhirnya kesampaian juga kalua emak mau berqurban.”
“Nih, Pak. Uangnya! Maaf ya, kalau saya nawarnya kemurahan. Saya hanya tukang cuci di kampung sini. Saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya..” kata ibu itu.
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa, “Ya Allah, ampuni dosa hamba. Hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa...”
“Pak..! Ini ongkos kendaraannya..!” panggil ibu itu. “Sudah,
bu. Biar ongkos kendaraannya, saya yang bayar..” kata saya. Saya cepat pergi
sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah
karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang
sudah mempertemukan saya dengan hambaNya ini yang dengan kesabaran, ketabahan dan
penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya. Berapa banyak di antara kita yang
diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada keengganan untuk berkurban,
padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg
menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan
qurban. Namun selalu kita sembunyi di balik kata tidak mampu lantaran memang
tidak dianggarkan. (disadur dari Ust.
Aidil Heryana).
Teguran apa yang bisa kita ambil :
1.
Seorang nenek renta
mendambakan untuk bisa berkorban, ada apa dibalik semua itu ?
2.
Bakti seorang ibu untuk
bisa memenuhi keinginan mulia orangtuanya
3. JIHAD FI SABILLAH
Bukhari-Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah RA;
Ia berkata
“Rasulullah SAW bersabda’ Mati syahid itu ada lima, yaitu : Mati karena
penyakit tha’un, mati karena sakit perut, mati karena tenggelam, mati karena
tertimpa reruntuhan dan mati karena gugur fi sabilillah ( derajat syuhada).
Marilah kita tanyakan pada diri kita, sudah
benarkah sholat kita, sejauh mana pengorbanan kita pada orang tua kita dan
sudahkah segala aktivitas positif kita krono Allah ta’ala. Di Ramadhan ini
mari kita benahi bersama mumpung ada kesempatan, awal yang baik menuju
pencerahan. Semoga Ramadhan memberkahi kita semua, aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar