Total Tayangan Halaman

Jumat, 07 Agustus 2020

TAKTIK MEMBANGKITKAN LITERASI KEPALA SEKOLAH

 

Mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) - Silabus

Penulis secara khusus mengamati ruang KS. Satu hal yang terlihat umum, bahwa di ruangan tersebut minim buku-buku literatur, baik berupa kamus, ensiklopedi, buku pengetahuan umum, maupun literature lainnya. Kalaupun ada tumpukan buku, biasanya hanya sebatas tumpukan berkas administrasi KS. Dengan demikian, penulis dapat menduga bahwa KS yang bersangkutan tidak terbiasa membaca.

PENDAHULUAN

Tugas pokok sebagai pengawas SMP di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, sesuai Permenpan-RB No. 14 Tahun 2016 tentang perubahan atas Permenpan-RB No. 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, antara lain setiap tahun melakukan: 1) Pembinaan terhadap guru dan kepala sekolah berdasarkan hasil pengamatan/pemantauan; 2) Melakukan bimbingan dan pelatihan profesionalisme guru pada MGMP dan kepala sekolah pada MKKS dengan materi sesuai dengan kebutuhan.

Pembinaan terhadap 10 KS SMP binaan, khususnya tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan yang berkaitan dengan publikasi ilmiah, dan karya inovatif dilakukan sebatas ceramah oleh penulis. Di situlah penulis menyampaikan berbagai informasi tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dan  publikasi ilmiah. Kegiatan berlanjut dengan diskusi terbuka antara penulis dengan para KS guna mengungkapkan berbagai masalah antara lain rendahnya literasi para KS tersebut.

Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain; membaca, melihat, menyimak, menulis atau berbicara (2016: 2). Setiap kepala sekolah harus memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Perhatian tersebut harus ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan sekolahnya secara optimal (Mulyasa, 2009: 70). Dengan demikian, perlu semacam taktik membangkitkan literasi KS, yang dimaksud adalah strategi yang dilakukan untuk mengeluarkan atau mengaktualisasikan kemampuan atau ide-ide KS melalui kegiatan membaca, melihat, menyimak, menulis dan mengungkapkan.

 

MENGAPA ‘KPK’ ?

Penulisan ‘KPK’ menggunakan tanda petik mengingat nama singkatan KPK sudah terlanjur akrab dan konotasinya mengarah pada Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun yang dimaksud KPK di sini adalah merupakan kependekan 3 aspek mengarah penciptaan budaya membaca. Meminjam istilah dari Modul Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), program Tanoto Foundation (2018 : 26), KPK  adalah  Keteladanan, Pembiasaan dan Ketersediaan buku.

Keteladanan dalam hal ini adalah contoh yang baik yang diberikan oleh kepala sekolah dalam hal tindakan membaca. Pembiasaan adalah membangun pola rutin gemar membaca. Dengan demikian ketersediakan buku yang memadahi, rutin biasa dibaca inilah yang membentuk budaya baca.

 

PETA MASALAH RENDAHNYA LITERASI KS

Setiap kali melakukan kegiatan visitasi sekolah-sekolah binaan, penulis secara khusus mengamati ruang KS. Satu hal yang terlihat umum, bahwa di ruangan tersebut minim buku-buku literatur, baik berupa kamus, ensiklopedi, buku pengetahuan umum, maupun literature lainnya. Kalaupun ada tumpukan buku, biasanya hanya sebatas tumpukan berkas administrasi KS. Dengan demikian, penulis dapat menduga bahwa KS yang bersangkutan tidak terbiasa membaca.

Ketika berdiskusi dan tanya jawab langsung dengan para KS binaan, terungkap bahwa pada umumnya mereka mengeluhkan beberapa hal.  

1. Sibuk, sehingga tidak sempat memikirkan tentang publikasi ilmiah.

2. Beranggapan bahwa publikasi ilmiah harus hasil penelitian yang rumit.

3. Repot mencari referensi.

4. Jarang mendapatkan pelatihan tentang publikasi ilmiah.

5. Pesimis akan ada media massa yang bersedia memuat tulisan pemula.

 

 

TAKTIK ‘KPK’

Guna mengatasi masalah-masalah tersebut, penulis menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan. Langkah awal, adalah melakukan koordinasi dengan rekan sejawat, dalam hal ini para pengawas SMP di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas lainnya yang berjumlah 16 orang, guna menyamakan persepsi dan langkah solusi secara menyeluruh. Bersama mereka disusun pula rencana kegiatan yang akan dilakukan. Termasuk membahas taktik ‘KPK’ .

Gambar 1 dan 2. Pelaksanaan Pembinaan dan bimbingan terhadap para KS

 

 

 

 

 

 


Penulis memberi motivasi guna membangkitkan kemauan untuk mulai menulis. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan menekankan bahwa:

a.       Publikasi ilmiah salah satu syarat kenaikan pangkat/golongan, terutama setelah golongan IVA.

b.      Bahwa semua orang pada dasarnya dapat menulis dan dapat membuat karya tulis. Yang diperlukan hanya niat, kemauan,  dan latihan.

c.       Menulis tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan membaca dan melihat. Yang dibutuhkan hanya banyak membaca dan mengamati.

d.      Gunakan taktik ‘KPK’

e.       Mulailah menulis sesuatu yang ringan, sederhana, yang benar-benar dikuasai dan menyenangkan hati, sehingga perasaan tak punya waktu, lelah, maupun repotmu akan hilang dengan sendirinya.

f.        Jika tulisan pertama belum bisa menembus media massa itu soal biasa, jika terus berusaha memperbaiki bersama-sama, suatu hari pasti bisa.

g.      Jangan paranoid dengan banyaknya teori menulis! Mulai saja, hasilkan tulisan, lalu kita revisi bersama-sama.

 

 

Dampak

Dampak dari kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai rencana, terlihat dalam beberapa hal.

1.      Semangat literasi KS meningkat. Hal ini antara lain terlihat dengan adanya perubahan di ruang KS sekolah binaan, yang semula hanya penuh dengan tumpukan berkas administrasi  KS, sekarang rata-rata sudah menyediakan lemari khusus berisi buku-buku referensi. Dengan demikian diharapkan mereka menggunakan sedikit waktu senggangnya untuk membaca buku-buku yang telah tersedia.

2.      Semangat menulis para KS binaan meningkat. Hal ini tampak dari meningkatnya jumlah naskah yang dikirimkan para KS binaan ke redaksi Majalah INFO Education. Walaupun belum semua memenuhi kriteria untuk dapat dimuat, ada yang berhasil membuat karya dan dimuat sampai dua tulisan.   

3.      Dampak positif lainnya dari kegiatan yang dilakukan adalah, adanya kecenderungan para KS binaan memotivasi guru dan karyawannya melalui ‘KPK’. Para guru dimotivasi untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maupun karya ilmiah popular. Pembenahan perpustakaan sebagai salah satu sumber reverensi  pun kian menjadi prioritas.

 

A.  Saran

Saran terutama penulis tujukan kepada rekan-rekan sesama pengawas SMP yang memiliki masalah serupa. Jika masalah itu juga rekan-rekan  temui, pola pembimbingan dan pelatihan profesional KS dalam kegiatan MKKS, seperti yang penulis lakukan dapat diadopsi sebagai salah satu solusi. Jangan takut lelah, karena memang membimbing KS bukan hal mudah. Tetapi, rasa lelah itu akan terobati ketika melihat hasilnya.

 

 

  

DAFTAR PUSTAKA

 

Dalman. 2013. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

 

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama.

 Mulyasa. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

 

Permenpan-RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

 

 Rahadi Aristo. 2003. Media Pembelajaran, Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

 Rosyada Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis,  Jakarta: Prenada Media.

 Sukarman Herry. 2003. Dasar-Dasar Didaktik dan Penerapannya dalam Pembelajaran, Jakarta; Ditjen Dikdasmen.

 

Tanoto Foundation. 2018. Modul I : Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar