Total Tayangan Halaman

Minggu, 16 Agustus 2020

QUO VADIS PENDIDIKAN ERA COVID-19

  Jurnal inspirasi.co.id

 “Quo Vadis” merupakan sebuah kalimat dari bahasa Latin yang diterjemahkan secara harfiah berati “kemana kau pergi?” Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan virus jenis baru dari corona virus yang menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan. Saat ini, covid 19 tersebut telah memberikan dampak yang sangat signifikan di segala lini kehidupan dunia. Hampir seluruh sektor terdampak dengan kondisi ini, mulai dari geliat ekonomi, sosial, budaya, dan yang paling utama adalah dunia pendidikan. Persoalannya, benarkah dunia pendidikan di Indonesia saat merebah Covid-19 belum pergi ke mana-mana? Belum menghasilkan apa-apa ?

Pendidikan merupakan salah satu yang merasakan dampak atas wabah Covid-19. Wajah baru sistem pendidikan di era kenormalan baru diterapkan. Kebijakan pendidikan yang semula menggunakan sistem belajar tatap muka berubah menjadi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Melalui surat edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat Covid-19 pelaksanaan pembelajaran menyesuaikan dengan kebijakan ini yang berisi 4 hal yakni (1) pembelajaran mandiri ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna tanpa dibebani untuk menuntaskan capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; (2) para pelajar mesti dibekali dengan kecakapan hidup tentang pandemi Covid-19; (3) guru memberikan tugas secara bervariasi dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan setiap individu, dan fasilitas belajar; dan (4) pemberian umpan balik (feedback) terhadap kinerja siswa mesti secara kualitatif.

 

Text Box: Jurnal inspirasi.co.id
Konsep PJJ kenyataanya tidak maksimal dilaksanakan. Penyebabnya mulai dari terbatasnya fasilitas teknologi yang dimiliki oleh para pendidik, peserta didik, dan wali murid. Kurangnya kesadaran masyarakat akan konsep pendidikan, minimnya kemahiran penggunaan IT para pendidik. Belum siapnya tenaga pendidik untuk memberikan sistem evaluasi yang diberikan kepada siswa. Ada beberapa sekolah/madrasah tertentu yang tidak membolehkan siswanya untuk menggunakan IT (HP). Juga disebabkan faktor ekonomi yang menghimpit sebagian besar masyarakat akibat terdampak wabah ini.


Kendala tersebut menjadikan pendidikan di Indonesia kurang terarah. Hampir sebagian guru di jenjang pendidikan dasar dan menengah hanya memberikan tugas untuk mengerjakan soal dari buku paket dan LKS. Sisi lain guru sekedar menyuruh membuat ringkasan materi tanpa ada penjelasan terlebih dahulu kepada siswa. Penggunaan daring (dalam jaringan) belum familier dari sisi variasinya. Sinyal terbatas jangkauannya. Butuh kuota internet dengan biaya yang tidak sedikit. Sistem evaluasinya pun tidak jelas, ada yang berkirim absen, foto untuk memberikan tugas, ada pula yang tanpa dievaluasi sama sekali oleh gurunya.

 

Kegiatan pembelajaran seperti  inilah yang menyebabkan siswa sibuk dengan beban tugas, merasa bosan, dan akhirnya banyak siswa yang tidak ikut melaksanakan PJJ. Orang tua muridpun menjadi terbebani, kerja ekstra saat harus mendampingi putra putrinya melaksanakan tugas PJJ karena terlalu padat.

Sejatinya sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dalam hal ini guru hanya memberi tugas kognitif saja tidak cukup, karena siswa masih dalam tataran suka bermain, bersenang-senang. Meskipun dalam masa pandemic ini sulit untuk direalisasikan. Namun setidaknya menghindari membebani siswa dengan tumpukan tugas yang tidak mendapatkan umpan balik. Yang dibutuhkan oleh siswa selama masa pandemic selain kognitif adalah value, karakter atau nilai-nilai kehidupan dan keterampilan untuk menghilangkan kejenuhan. Salah satu langkah yang dapat ditempuh dengan melaksanakan PJJ variatif, program membangun contoh praktik baik dalam pembelajaran yang di tawarkan Tanoto Foundation. 

 

Dengan demikian penulis sebagai pengawas SMP dengan adanya masa pandemic ini senantiasa membina dan melatih guru sekolah binaan tanpa mengabaikan protocol kesehatan. Desiminasi praktik baik di pembelajaran maupun Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Guru harus merivew perencanaan pembelajaran dengan mengubah paradigma belajar jarak dekat menjadi belajar jarak jauh dengan konsep variasi belajar yang tidak membosankan. Konsep PJJ daring dengan memanfaatkan digital teknologi adalah siswa bisa belajar di rumah dengan independen, bisa mengatasi keterbatasan pembelajaran di kelas, dan meningkatkan prastic skills. Oleh karena itu, pendidik dan peserta didik harus kreatif dan tanggap digital karena digital technology saat ini menjadi kebutuhan primer. Hal ini tanpa mengabaikan hak anak yang keterbatasan fasilitas IT, harus tetap dilayani secara luring ( luar jaringan) home visit individu ataupun kelompok kecil di lingkungan setempat. Dengan demikian arah pendidikan tetap berjalan jelas dan terarah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar