Total Tayangan Halaman

Kamis, 29 Agustus 2019

'BRUTAL'


Hasil gambar untuk animasi PUNAKAWAN
“Masih pagi, tergesa-gesa mau ke mana Gong?” sapa Petruk saat melihat Bagong bergegas berjalan keluar dari Padepokan Romo Semar.
Sesaat langkah Bagong tertahan. “Pagi-pagi aku seneng, Kang mendapat kabar kalau kita boleh gabung lagi di Majalah Info Education. Tapi beritanya datang pas aku lagi update berita viral, pemuda ngamuk rikin motor emuk, gara-gara ditilang polisi. Lha dalah! Pemuda itu ternyata anaknya si Togog,” jawab Bagong. Ada cantrik SMP mencaci-maki gurunya. Ada lagi yang ngroyok tukang kebun di sekolahnya. Gonjang-ganjing apa ini, Kang?” bagong melanjutkan langkah.
Sambil berjalan menyusul, Petruk bertanya, “Lha terus kamu mau ke mana, mau apa?”
“Aku mau mencari si Togog, dulu yang jelas aku tahu. Mau tanya, tahu ndak kelakuan anaknya? Kalau ternyata dia tahu dan diam saja, ya perlu diwejang sama Romo Semar,” jawab Bagong sambil terus berjalan.

Petruk berusaha menyusul. “Tunggu Gong! Jangan gegabah! Masalah ini sudah bukan ranah padepokan. Kalau seperti ini sudah menjadi ranahnya kriminal, hukum.”
Sontak Bagong berhenti. “Kang Petruk, bagaimana to? Ilmumu tinggi, jangan pura-pura ndak ngerti! Oke! Pemuda itu, juga cantrik-cantrik yang nakal, biar ditangani polisi. Tapi, kita yang berkepentingan menanamkan nilai-nilai kepada para cantrik harus tahu akar masalahnya di mana? Kenapa seseorang bisa emosional sampai melakukan tindakan irasional destruktif seperti itu? Kenapa para cantrik ‘boleh’ bersikap brutal di lingkungan sekolah. Pertama, kita harus tahu seperti apa keseharian anak-anak itu. Penting kita mengerti pola asuh macam apa yang diterapkan si Togog dan orang tua lainnya terhadap anak-anaknya, hingga berbuah seperti itu? Setelah itu, baru kita tahu apa yang harus dilakukan agar cantrik-cantrik Padepokan Romo Semar tidak memiliki sifat-sifat negatif seperti itu”
“ Canggih! Kamu hendak melakukan penelitian hebat,” puji Petruk.
Ehm..boleh saja Kang Petruk sebut ini penelitian. Tetapi aku melakukannya spontan lho! Tidak ada proposal. Ini bentuk keprihatinanku terhadap fenomena sosial yang terjadi, ketika sifat temperamental dan emosional menggerus akal sehat generasi muda,”kata Bagong. Cuping hidungnya mengembang.
Petruk tersenyum melihat semangat dan nada kebanggaan dalam kalimat adiknya. “Bagong is best of the best teachers!”
“Aku ndak perlu pujian,” tukas Bagong. Namun ia berjalan mendekati Petruk yang tengah  menjabat sebagai wakil Romo Semar. Sambil berjinjit, ia berusaha berbisik di telinga kanan kakaknya itu. “Kang Petruk bantu aku, tolong buat tulisan tentang apa yang kulakukan sekarang ini sampai menjadi sebuah tulisan ilmiah. Setelah jadi, dimuat di Majalah Info Education. Trus  Kang Petruk sodorkan ke hadapan Romo Semar, tunjukkan kalau aku sudah membuat karya ilmiah dan dimuat di media massa, biar dapat poin!”
Petruk tertawa lepas. “Katanya ndak perlu pujian, Gong...Bagong!”
“Pujian ndak perlu. Tapi, perbaikan nasib, to” jawab Bagong lirih sembari garuk-garuk kepala. “Lha wong meskipun orang-orang bilang, “Bagong is best of the best teachers”  tetep saja jabatanku cuma Bagong. Cuma karena ndak rajin ngumpulin sertifikat dan piagam dari berbagai diklat, seminar, workshop, maupun kegiatan lainnya, aku dianggap tidak meningkatkan kompetensi. Lalu aku ndak boleh naik pangkat. Padahal, kemampuan otak dan ketrampilanku siap lho diadu sama otak Kang Petruk sekalipun. Sesekali naik jabatan, merasakan seperti apa empuknya kursi Kang Petruk sebagai wakilnya Romo Semar.” Bagong meracau.
Petruk semakin keras tertawa.
“Bantu adikmu y, Kang! Sesekali merasakan naik pangkat,” Bagong berulah seolah merajuk.
“Bagong adikku, best of the best teachers, ingat kembali ini! “ ...Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki...”(Ali-Imran:26)
Sambil tersenyum asam Bagong berkata lirih, “Bagong juga manusia, Kang Petruk.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar