Total Tayangan Halaman

Jumat, 20 Januari 2012

Sejarah Kota : Purwokerto Kota Satria


Stasiun KA Purwokerto tempo Doeloe
A.   PENDAHULUAN
            Perkembangan ekologi kota menurut Abdurrachman Surjomihardjo (1979: 157) memiliki manifestasi perubahan yang melatarbelakangi. Manifestasi tersebut yang cukup dominan antara lain  :
  1. Adanya pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara cepat.
  2. Terjadinya perubahan-perubahan fungsi pasar.
  3. Terdapat jaringan komunikasi yang menyebar dari dan menuju kota.
  4. Terjadi perubahan dalam sistem produksi
  5. Retaknya gaya dan cara hidup lama (tradisional).
  6. kecenderungan untuk membuat konsep baru bagi kehidupan kota yang tertib.
 
Makalah ini berbicara tentang ekologi kota dengan batasan spasial wilayah Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa-Tengah. Kota Purwokerto memiliki latar belakang perkembangan yang unik. Kelahiran dan kebesaran Kota Purwokerto tidak dapat terlepas dari sejarah terbentuknya kabupaten Banyumas. Sejarah dan perkembangan kota Purwokerto yang pernah mengecap sebagai Kota Administratip patut di ketahui oleh warga Kab. Banyumas, meskipun akhirnya kembali menjadi Kecamatan Kota.
            Perkembangan Kota Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten Banyumas yang juga ibukota eks karesidenan Banyumas semakin bertambah pesat. Beberapa fasilitas umum ditambah dan ditingkatkan. Di samping sebagai kota pedalaman, kota agraris, dan kota transit, Purwokerto juga berfungsi sebagai wilayah penyangga (hinterland) dari kota Cilacap.

B.   SEJARAH KOTA PURWOKERTO
            Istilah kota dalam sumber-sumber sejarah kuno telah dikenal dengan berbagai nama. Dalam kitab Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi, ditemukan istilah kota nagari atau negara yang artinya sama dengan kota (Suyatno K. dan Sutiyah. 2007: 31). Ini merupakan petunjuk adanya kota-kota di daerah pedalaman yang mempunyai basis ekonomi pertanian. Sedangkan istilah Purwokerto berasal dari kata purwo yang artinya wiwitan atau asal mula, dan kerto yang artinya  kemakmuran, jadi Purwokerto artinya asal mula kemakmuran.
            Pada tanggal 21 – 23 Pebruari 1861 kota Banyumas sebagai ibukota Kabupaten Banyumas dilanda banjir hebat (Blabur Banyumas) karena meluapnya sungai Serayu.  Bupati Banyumas waktu itu adalah Raden Adipati Cokronegoro I yang menjabat sejak tahun 1831. Pada perkembangan selanjutnya, Kabupaten Purwokerto dihapus, digabungkan dengan  Kabupaten Banyumas beribukota di Purwokerto yang juga menjadi ibukota Karesidenan Banyumas pada tahun 1936. Atas prakarsa Adipati Aryo Sujiman Gondosubroto (Bupati Banyumas II), pendopo “Si Panji” pada  tanggal 5 Januari 1937 dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto ( Bambang S. Purwoko. 2004 : 2).
            Undang-undang tentang Pemerintah Daerah telah mengalami beberapa pergantian itu tidak banyak mempengaruhi pembagian wilayah (kecamatan dan desa) dalam Kabupaten Banyumas. Kota Purwokerto sebagai tempat kedudukan Pembantu Gubernur Jawa Tengah wilayah Banyumas dan ibukota Kabupaten Banyumas terus mengalami pertumbuhan, karena ditunjang oleh letaknya yang strategis dan lingkungan sekitar beruapa lahan pertanian yang subur.
            Luas wilayah Kota Purwokerto adalah 3.585,34 ha, terdiri dari tanah sawah kering, perkebunan negara/ swasta/ perorangan dan lain-lain termasuk sungai, jalan dan kuburan. Wilayah kota Purwokerto saat ini terdiri atas 28 kelurahan yang terbagi dalam 4 wilayah kecamatan. Kecamatan Purwokerto Utara terdiri atas 7 kelurahan, kecamatan Purwokerto Selatan ada 7 kelurahan, kecamatan Purwokerto Barata da 7 kelurahan juga dan kecamatan Purwokerto Timar juga ada 7 kelurahan. Sedangkan batas wilayah kota Purwokerto yaitu; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Karang Lewas, sebelah utara dengan Kecamatan Sumbang dan Kecamatan Baturraden, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sumbang dan Kecamatan Sokaraja dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Patikraja dan Kecamatan Sokaraja.      
 
C.   KONDISI KOTA PURWOKERTO
          
  Wilayah kota Purwokerto terletak di bagian selatan Propinsi Jawa Tengah, terdiri atas 4 kecamatan dan 28 kelurahan berpenduduk sekitar 208.160 jiwa. Adanya jalur regional yang menghubungkan kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang melalui Kota Purwokerto yang menyebabkan kota ini menjadi pusat simpul jalur transportasi dan distribusi. Sedangkan menurut sistem perkotaan di Jawa Tengah, peranan dan fungsi kota Purwokerto adalah sebagai pusat utama wilayah pembangunan poros Cilacap. Berdasarkan letak geografis, wilayah kota Purwokerto dibagi dalam tiga kawasan, yaitu :
  1. Lingkungan rural (daerah pedesaan atau pinggiran) yang meliputi sebagian Kecamatan Purwokerto Utara dan Purwokerto Selatan.
  2. Lingkungan urban (perkotaan) yaitu sebagian Purwokerto Utara dan Purwokerto Timur.
  3. Lingkungan transisi, yaitu kecamatan Purwokerto Barat.

Fasilitas perekonomian yang ada meliputi perusahaan, bengkel, pasar, hotel supermarket/ pertokoan dan home industri. Di bidang pendidikan, sosial dan budaya terdapat sarana pendidikan mulai dari TK sampai perguruan Tinggi dan beberapa lembaga pendidikan lain. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban di wilayah Purwokerto menggunakan sistem keamanan lingkungan secara terpadu. Secara umum Purwokerto sesuai dengan fungsinya terdapat 4 jenis lingkungan kota, yaitu  :
  1. Lingkungan perdagangan dan perkantoran, berlokasi di daerah pusat kota, sepanjang jalan regional dan berkembang lancar sepanjang beberapa jalan arteri.
  2. Pada bagian tengah kota, penggunaan lahannya untuk perumahan, berkembang konsentris terhadap pusat kota.
  3. Fasilitas pendidikan dasar dan menengah menyebar di beberapa bagian kota dan masih berlokasi di sekitar wilayah pusat kota.
  4. fasilitas sosial yang paling menonjol adalah fasilitas kesehatan berlokasi di beberapa pusat kota, ada yang di wilayah bagian barat, timur dan utara.
Kota Purwokerto dalam menyelenggarakan pemerintahan, menggerakan pembangunan dan dalam membina masyarakat selalu bertolak dari kondisi, potensi dan kemungkinan pengembangannya di masa yang akan datang. Adapun potensi yang dimiliki Kota Purwokerto dapat dikelompokkan dalam 2 aspek yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya manusia merupakan motor penggerak lajunya pembangunan, sehingga selalu diupayakan pembinaanya, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Potensi sumber daya alam secara geografis di samping memiliki letak strategis sebagai kota sentral terhadap kota-kota lain dalam wilayah kabupaten Banyumas, dilaluinya jalur regional yang menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah    juga memiliki peran sebagai jasa koleksi dan distribusi hasil-hasil pertanian dan industri kecil.

D.   MOTTO SATRIA SEBAGAI ARAH PEMBANGUNAN
          
Sudut Purwokerto tempo doeloe
  Pembangunan  Banyumas yang dilaksanakan di berbagai daerah, sektor dan bidang, perlu dilakukan secara terarah, terpadu, bertahap dan berencana serta berkesinambungan. Selain itu perlu dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang sehat mental, sehat pengelolaan, berdaya guna dan berhasil guna serta disiplin yang kuat dengan berdasarkan pada strategi wawasan identitas menuju terwujudnya masyarakat Kabupaten Banyumas yang berketahanan.
            Dengan mendasarkan pada tujuan pembangunan daerah serta kondisi dan potensi daerah, maka pembangunan Banyumas terus diupayakan dan diarahkan pada pemecahan masalah-masalah pokok yang dihadapi melalui pencptaan keterpaduan dengan pembangunan daerah tetangga. Dengan arahan tersebut, kota Purwokerto akan menyesuaikan, karena kedudukannya sebagai salah satu pusat pengembangan, pendukung utama pembangunan Kabupaten Banyumas.
            Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (2002 : 79) bahwa pemerintah pusat menganjurkan kepada pemerintah daerah agar diusahakan supaya rakyat berpartisipasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam pembangunan menyangkut 2 tipe yang pada prinsipnya berbeda, ialah  :
  1. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan yang khusus.
  2. partisipasi sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan, atas dasar kemauan mereka sendiri untuk berinisiatif dan berkarya.
Bawor  si jelata yang cablaka
Dengan Surat Keputusan Bupati Kepala daerah Tingkat II nomor 130/1207/1988, pada waktu itu Bupati Djoko Sudantoko, telah ditetapkan motto Kota Purwokerto/ Kabupaten Banyumas. Motto diperlukan sebagai motivasi memacu jalannya pembangunan. Karena itu, dipilih motto kota ‘SATRIA’ yang dirasa tepat untuk Kabupaten Banyumas yang beribu kota di Purwokerto. Satria di sini mengandung dua pengertian. Pertama, Satria adalah singkatan atau akronim dari Sejahtera, Adil, Tertib, Rapi, Indah dan Aman. Motto yang terkandung dalam ungkapan Satria ini sejalan dengan usaha-usaha pembangunan yang sedang dan terus dilaksanakan pemerintah daerah. Peran Satria sebagai motto, etos kerja bagi aparat dan masyarakat juga sebagai sasaran atau arah pembangunan. Kedua, Satria mempunyai pengertian sifat masyarakat Banyumas yang “cablaka”. Artinya Jujur, terbuka (terus terang), tulus ikhlas, mempunyai loyalitas, dedikasi yang tinggi dan berani sebagai watak seorang ksatria. Sosok Bawor sebagai tokoh wayang khas Banyumas menjadi trade mark.
Dari segi historis, Banyumas memang banyak melahirkan satria, baik dari zaman perjuangan maupun zaman pembangunan dewasa ini sebagaimana diuraikan M. Kudori (1991 : 9) . Di barisan militer , Banyumas memang gudangnya, seperti Panglima Besar Jenderal Sudirman, Jendral gatot Subroto, dan Letjen Suprapto. Di bidang kesehatan, tercatat Prof. Dr. Margono Sukaryo sebagai ahli bedah pertama di Indonesia. Kini nama nya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum Purwokerto. Di bidang koperasi, perintisnya adalah A. Wiria Atmaja, patih Purwokerto saat itu. K.H. Abu Dardiri perintis berdirinya Departemen agama. Dunia Perbangkan yang kini tumbuh menjamur, ternyata perintis pertamanya juga putra Banyumas yaitu Margono Joyohadikusumo (ayah Prof. Sumitro Djojohadikusumo).  
Arah yang ingin dicapai dari slogan atau motto Purwokerto kota Satria adalah :
1.   Sejahtera               :   Kondisi masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.
2.   Adil                       :   Kesejahteraan yang merata dalam arti seluruh wilayahnya.
3.   Tertib                     :   Situasi masyarakat yang serba tertib dalam kehidupannya.
4.   Rapi                       :   Keadaan tertata sebagai dampak lanjut dari ketertiban.
5.   Indah                     :   Dalam arti enak dilihat dan nyaman
6.   Aman                    :   Suasana tentram dan tenang sehingga pembangunan lancar.

Pertumbuhan ekonomi nasional dewasa ini telah berlangsung cukup significan dan dampaknya berpengaruh langsung terhadap perkembangan daerah perkotaan, yang biasanya diiringi pula dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari lajunya secara alamiah. Didukung oleh pesatnya industrialisasi dan perdagangan, maka daerah perkotaan, dalam hal ini Purwokerto mempunyai peranan yang semakin besar dalam kegiatan ekonomi nasional. Dengan demikian cita-cita Kota Satria akan segera terwujud yaitu masyarakat Banyumas atau Purwokerto yang didam-idamkan yaitu masyarakat yang Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja.

E.   PENUTUP
            Kota Purwokerto ditinjau dari perkembangan ekologi kota, memiliki kekhasan tersendiri. Wilayah kota Purwokerto yang terletak di bagian selatan Propinsi Jawa Tengah, terdiri atas 4 kecamatan dan 28 kelurahan berpenduduk sekitar 208.160 jiwa merupakan potensi terseindiri. Adanya jalur regional yang menghubungkan kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang melalui Kota Purwokerto, menyebabkan kota ini menjadi pusat simpul jalur transportasi dan distribusi.
            ‘SATRIA’ dipilih sebagai slogan atau motto yang dirasa tepat untuk Kabupaten Banyumas yang beribu kota di Purwokerto. Satria di sini mengandung dua pengertian. Pertama, Satria adalah singkatan atau akronim dari Sejahtera, Adil, Tertib, Rapi, Indah dan Aman. Motto yang terkandung dalam ungkapan Satria ini sejalan dengan usaha-usaha pembangunan yang sedang dan terus dilaksanakan pemerintah daerah. Peran Satria sebagai motto, etos kerja bagi aparat dan masyarakat juga sebagai sasaran atau arah pembangunan. Kedua, Satria mempunyai pengertian sifat masyarakat Banyumas yang “cablaka”. Artinya Jujur, terbuka (terus terang), tulus ikhlas, mempunyai loyalitas, dedikasi yang tinggi dan berani sebagai watak seorang ksatria.
            Idaman ke depan masyarakat Banyumas, khususnya kota Purwokerto adalah masyarakat Banyumas atau Purwokerto yaitu masyarakat yang Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja.
           













DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman Surjomihardjo. 1979. Pembinaan Bangsa dan Masalah Historiografi.
Jakarta : Yayasan Idayu


Bambang S. Purwoko. 2004. Kota Purwokerto. Purwokerto : UD. Satria Utama


Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama


M. Koderi. 1991. Banyumas Wisata dan Budaya. Purwokerto : CV. Metro Jaya



Suyatno Kartodirdjo dan Sutiyah. 2007. Sejarah Kota. Salatiga : Widya Sari




1 komentar:

  1. bagus gan blog nya, agan org banyumas juga bukan? ayo ikut serta populerkan keunikan kab banyumas gan, visit my blog n like FP x, makasih

    Negeri Kang Bawor

    BalasHapus