Total Tayangan Halaman

Sabtu, 13 Februari 2016

Review RKAS/M





Hasil gambar untuk GAMBAR  ANIMASI PEMBUKUAN
A.      Langkah-langkah Mereview RKAS/M
     Diadopsi dari Bahan Presentasi Modul Pelatihan BOS dengan judul Manajemen Keuangan Sekolah, langkah-langkahnya sebagai berikut :
  1. Mencermati apakah RKAS/M telah mencantumkan delapan standar nasional pendidikan (SNP).
  2. Memeriksa apakah setiap SNP dalam RKAS/M telah memuat rincian program/ kegiatan.
  3. Hasil gambar untuk GAMBAR  ANIMASI PEMBUKUAN Mengidentifikasi rincian program/kegiatan yang telah terlaksana pada tahun berjalan.
  4.  Mengidentifikasi rincian program/kegiatan yang sedang dilaksanakan pada tahun berjalan.
  5. Mengidentifikasi rincian program/kegiatan yang belum dilaksanakan pada tahun berjalan.
  6. Mengidentifikasi rincian program/kegiatan yang kemungkinan tidak dapat dilaksanakan pada tahun berjalan.
  7. Menghapus atau mengganti rincian program/kegiatan yang tidak sesuai dan menambahkan dan atau memindahkan ke SNP yang lebih tepat (silahkan cetak miring perubahan yang dilakukan)
  8. Mencermati besaran anggaran yang telah dianggarkan pada setiap program/kegiatan dalam RKAS/M untuk dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran perubahan.
  9. Merubah besaran anggaran setiap program/kegiatan agar sesuai dengan kondisi nyata di sekolah Saudara (silahkan cetak miring perubahan yang dilakukan).

PISAU BERMATA DUA

Oleh  : Miladiyah Susanti

Hasil gambar untuk GAMBAR GURU SEMAR‘Murid telat, dihukum. Guru telat, lewaaat…’
Semar menuliskan kalimat itu dengan tinta merah di white board di dalam pendopo. Senyum tipis menyembul dari bibirnya. Sinis. Pendar-pendar asam menyusup keluar melalui celah-celah dinding bambu padepokan.
“Senyum Romo kecut bener, kecium sampai keluar,” gumam Bagong yang muncul bersama Petruk.
Hush! Sama Romonya kok ngomong begitu! Mbok belajar berbicara yang santun. Bisa bahaya kalau ada yang ndak suka!” sergah Petruk.
Hasil gambar untuk GAMBAR GURU SEMAR“Kalian tahu kalimat itu?” tanya Semar tanpa menoleh. “Kalimat itu adalah pisau bermata dua yang dilemparkan tiga bocah di face book. Akibatnya, mereka dikeluarkan dari bangku sekolah, karena dianggap mencemarkan nama baik sekolah.”
Kok bermata dua, Mo? Siapa lagi yang kena akibatnya?” sela Bagong.
“Kamu ini, mbok ya mikir dulu!” sergah Petruk lagi. “Coba pikir! Kalau hanya karena kalimat seperti itu mereka dikeluarkan dari sekolah, kok bisa? Hari gini, gitu loh! Guru mengeluarkan siswanya hanya karena disindir di face book?”
“Ya. Dengan mengeluarkan tiga murid hanya karena ngomongin sebentuk ketidakkonsistenan peraturan sekolah dan kebiasaan buruk para guru, sekolah dalam hal ini guru seperti telah mengumumkan diri sebagai sosok yang tidak sanggup menghadapi perubahan. Tidak mampu menerima kritikan di era keterbukaan IT seperti ini. Romo jadi malu, jangan-jangan juga seperti itu,” tutur Semar tanpa ekspresi.
“Aku sih positive thingking, Mo. Pepatah lama bilang ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’. Pasti masih banyak guru yang tidak ingin ketahuan kencing berdiri agar tidak menemui muridnya kencing berlari. He he, apalagi Romo,” ujar Bagong nakal.

MENTORING



MENTORING


1.       Definisi
Mentoring didefinisikan sebagai salah satu bentuk dukungan yang mungkin diperoleh individu ketika ia sedang berupaya untuk meningkatkan kapasitas dirinya, baik sebagai profesional dalam pekerjaan maupun sebagai pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dukungan dari teman sebaya (peer support from collague), adanya supervisi dari atasan, pembelajaran dari guru/tutor, pelatihan dari pelatih (trainer), pendampingan dari teman atau orang tua, dan lain sebagainya juga merupakan berbagai bentuk dukungan selain mentoring.
Mentoring sendiri merupakan sebuah proses yang sangat kompleks, dengan rentang variasi yang sangat lebar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan situasi dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu, definisi mentoring relatif sulit untuk dijabarkan. Berikut ini beberapa definisi tentang mentoring, mentor, dan mentee.
a.       Mentoring
·         Mentoring adalah hubungan interpersonal berbentuk kepedulian dan dukungan antara seseorang yang berpengalaman dan berpengetahuan luas dengan seseorang yang kurang berpengalaman maupun yang pengetahuannya lebih sedikit (Crawford, 2010)
·         Mentoring merupakan dukungan terhadap perorangan sehingga mereka dapat berkembang dan dapat melakukan sesuatu secara lebih efektif. Mentoring dalam konteks ini berbentuk kemitraan antara mentor (yang memberi bimbingan) dan mentee (yang menerima bimbingan) yang dirancang untuk membangun kepercayaan diri mentee (Europe Region, 2006)
·         Mentoring adalah hubungan pembelajaran timbal balik dan kolaboratif antara dua orang atau lebih yang sama untuk membantu mentee bekerja mencapai sasaran pembelajaran yang jelas dan didefinisikan bersama (Zachary, 2005)
·         Mentoring adalah bantuan tidak resmi dari satu orang ke yang lainnya untuk memperluas wawasan, mencapai perubahan paradigma berpikir, dan peningkatan kualitas kerja (McKimm, Jollie, & Hatter, 2007)
·         Mentoring memiliki tujuan dasar yakni proses pelibatan (engagement) dan belajar. Mentoring akan berhasil jika kebutuhan belajar menentukan strukturnya, apabila dilakukan secara bersama, dan komitmen belajar oleh mitra mentoring menjadi unsur kuncinya (Kaswan, 2012)

Jumat, 12 Februari 2016

SENGKARUT HONORER TOGOG



Hasil gambar untuk animasi togog sekolahOleh : Miladiyah Susanti
Togog tergopoh-gopoh berjalan keluar rumah sambil mengepit erat map biru. Wajahnya kusut. bibirnya cemberut, pantulan isi hati yang sedang sengkarut. Beberapa puluh meter dari pintu rumah, datang Gareng yang juga terlihat sedang gelisah.
“Kebetulan ketemu, aku mau ke rumah Wa Togog!” sapa Gareng.
”Wah, aku sedang terburu-buru mau ke rumah Guru Sangkuni. Kalau sampai telat, pasti aku gagal lagi jadi PNS,” jawab Togog sambil terus berjalan.
“Sebentar saja, Wa! Ini tentang anakku Kompleng yang habis dikeroyok temannya saat sedang pelajaranmu?” sergah Gareng.
“Yang penting si Kompleng ndak apa-apa. Lukanya ndak serius dan sudah diobati. Sekarang ini deadline untukku mengumpulkan berkas-berkas, bukti pengabdianku sebagai guru honorer selama 20 tahun untuk kepentingan ferifikasi. Inilah ujung asaku bisa diangkat menjadi PNS, Reng,” kata Togog memelas.
“Wa Togog kok nyepelekke. Kompleng itu anakku, Wa. Aku mau tahu, bagaimana mungkin saat jam pelajaran kok dia dihajar sama teman-temannya? Apa yang Wa Togog lakukan waktu itu?” Intonasi Gareng meninggi.

PERAN, KETERAMPILAN DAN ETIKA COACHING



Hasil gambar untuk gambar guru animasi 
1. Peran Coaching
Ada dua komponen dalam sesi coaching, yaitu: proses dan isi. Coach bertanggung jawab atas proses, yaitu sebagai pengatur waktu dan memastikan bahwa coachee menentukan tujuan, strategi dan tindakan yang jelas. Coach juga harus menjaga kepercayaan coachee dan menjaganya untuk selalu fokus pada tujuannya. Sedangkan coachee bertanggung jawab atas isi, yaitu: memilih bidang coaching, menentukan tujuan yang spesifik, strategi, dan tindakan yang akan dilaksanakan. Selain itu, ia juga bertanggung jawab untuk menentukan batas waktu dilakukannya tindakan yang telah disepakati. Dengan demikian, coachee bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil coaching. Coachee menjadi penentu atas sukses atau tidaknya proses coaching.
Menurut Boyd (2008: 6) dalam Coaching in Context ada berbagai peran coach yang berbeda-beda dalam membantu guru. Peran yang berbeda-beda ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru dan sesuai dengan tingkat pengalaman profesionalnya. Pemahaman tentang variasi peran coach ini akan membantu seorang coach untuk mengenali perannya dan kapan mereka mencapai parameter tertentu.
Peran-peran coach adalah sebagai berikut:

KONSEP COACHING





1. Definisi Coaching
Hasil gambar untuk gambar guru animasi
   Parsloe dan Wray (2000) menyatakan bahwa coaching adalah suatu proses membantu seseorang agar bisa belajar sehingga terjadi perkembangan dalam dirinya dan diikuti peningkatan kinerjanya. Ditegaskan pula oleh pakar lainnya bahwa coaching adalah seni memberikan bantuan peningkatan kinerja serta seni membantu mengembangkan diri seseorang melalui belajar (Downey, 2001). Sedangkan menurut Luecke (2002), coaching adalah suatu proses interaktif yang dilakukan manajer atau supervisor untuk mengatasi masalah kinerja atau untuk mengembangkan kapabilitas karyawan. Sementara itu, menurut Greene dan Grant (2003), coaching adalah suatu proses sistematis kolaboratif yang berorientasi pada hasil dan berfokus pada solusi di mana seorang coach membantu peningkatan kinerja dan pengalaman hidup ke arah belajar mandiri agar mencapai pengembangan diri. Pendapat lainnya menegaskan bahwa coaching adalah upaya menciptakan perubahan ke arah positif, yaitu tentang bagaimana membantu orang untuk mengembangkan potensi mereka (Senge dalam Greene, 2003). Selanjutnya (O’Connor dan Lages, 2004), menyatakan bahwa coaching adalah membantu seseorang dengan cara yang dikehendakinya dan membantunya menuju arah yang dikehendakinya. Coaching mendukung seseorang pada setiap level untuk menjadi apa yang mereka inginkan dan menjadi yang terbaik sejauh kemampuan mereka.

PERENCANAAN SARPRAS SEKOLAH



PERENCANAAAN SARANA DAN PRASARANA PERSEKOLAHAN
Disadur dari BPU Pengelolaan Sarana dan Prasarana

A.    Hakikat Perencanaan Sarana dan Prasarana Persekolahan
Hasil gambar untuk ANIMASI  GEDUNG SEKOLAH KUMUHDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya, oleh Dwiantara dan Sumarto (2004) dikemukakan bahwa perencanaan adalah merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengadaan, pengelolaan, penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan prasarana.
Berdasarkan pengertian di atas, pada dasarnya perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.