Total Tayangan Halaman

Selasa, 08 September 2015

LUAR BIASA

Limbuk menggenggam erat tangan anaknya, Cempluk yang baru saja lulus SMP. Bibirnya yang lebar dan tebal merekahkan senyum puas. Ditatapnya paras gadis belia itu dengan penuh kebanggaan.
“Terima kasih, Nduk! Kamu luar biasa,” katanya sambil masih memamerkan senyum tebal.
“Apa sih Simbok ini? Bikin Cempluk malu saja. Lha wong jelas-jelas nilainya saja pas pasan begini kok dibilang luar biasa. Nyindirnya jangan kebangeten begitu Mbok,” sahut Cempluk hampir tanpa ekspresi.
Lha bagaimana ndak luar biasa Nduk? Jelas tadi diumumkan namamu sebagai siswa paling jujur gitu, kok,” ujar Limbuk menimpali. Senyumnya semakin lebar dan tebal.
“Yang itu nggak ngaruh untuk daftar ke SMA faforit, Mbok,” potong Cempluk.
Limbuk mengamati wajah murung anaknya yang memaksakan senyum. Lalu ia berkata, “Kamu masih ingat nasihat Eyang Semar saat kamu mau ujian SD dulu?”
“Angka-angka bukan segalanya, Cantiknya karakter pribadimu itu lebih utama. Jujur. Teguh hati. Berbudi pekerti. Nikmati proses belajarmu, lalu syukuri hasilnya! Yang itu maksud Simbok?” 
Limbuk manggut-manggut. Senyum lebar dan tebalnya merekah lagi. “Ingat terus itu, Nduk! Maka di manapun kamu melanjutkan studi, pasti ilmunya akan menjadi tabungan abadi.”